MSJA dan SMLE Jadi Pendatang Baru di BEI Hari Ini 10 Januari 2024

PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MSJA) dan PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) akan menjadi emiten ke-4 dan 5 pada awal 2024.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 10 Jan 2024, 08:20 WIB
PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MSJA) dan PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) mencatatkan saham perdana di BEI pada 10 Januari 2024. Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 10 Januari 2024. Adapun perusahaan yang dimaksud adalah PT Multi Spundino Jaya Tbk (MSJA) dan PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE). 

Berikut ini Liputan6.com ulas dua calon emiten yang akan menjadi penghuni baru BEI. 

1.PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MSJA)

PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MSJA) bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 10 Januari 2024. Perusahaan tersebut mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-4 di BEI pada 2024

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia,  PT Multi Spunindo Jaya Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham MSJA. 

Perseroan akan mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 882,35 juta saham. Lalu, emiten dengan kode saham MSJA akan mencatatkan saham sejumlah 5,88 miliar saham.

Adapun, harga penawaran saham senilai Rp 300 per saham. Dengan demikian, perseroan berhasil meraup dana sebanyak Rp 264,70 miliar.

Dalam melancarkan aksinya, Multi Spunindo Jaya telah menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Sementara itu, sekitar 40% dana IPO akan dialokasikan untuk pembelian mesin SAP Sheet beserta utilitasnya dalam rangka penambahan lini produksi baru di perseroan.

Sebanyak 30% akan digunakan untuk bentuk modal kerja Perseroan, seperti untuk pembiayaan kebutuhan operasional Perseroan, antara lain: pembelian bahan baku, pembiayaan kegiatan operasional, pembayaran gaji karyawan, biaya marketing, dan lain-lain.

Sisanya, 30% akan digunakan untuk pembayaran seluruh dan sebagian pinjaman bank untuk fasilitas modal kerja.


2. PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE)

Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 10 Januari 2024. Perusahaan tersebut mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-5 di BEI pada 2024

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham SMLE.

Perseroan akan mencatatkan saham di papan pengembangan  dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 465,62 juta saham. Lalu, emiten dengan kode saham SMLE akan mencatatkan saham sejumlah 2,32 miliar saham.

Adapun, harga penawaran saham senilai Rp 175  per saham. Dengan demikian, perseroan berhasil meraup dana sebanyak Rp 81,48 miliar.

Dalam melancarkan aksinya, Sinergi Multi Lestarindo telah menunjuk PT MNC Sekuritas  sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan PT Erdikha Elit Sekuritas sebagai penjamin emisi efek.

Perseroan berencana mengalokasikan Rp 6 miliar dana IPO untuk pembelian satu gudang khusus bahan baku untuk memfasilitasi pertumbuhan modal kerja. Rinciannya, masing-masing Rp 2 miliar untuk bahan baku specialty food ingredients, udang khusus bahan baku specialty personal care & cosmetics, dan gudang khusus bahan baku specialty industrial chemicals.

Kemudian sekitar Rp 3,4 miliar akan dialokasikan untuk pengembangan lab Research & Development Perseroan untuk dapat menghasilkan prototipe dan formulasi yang lebih cepat dan variatif dengan tujuan menunjang permintaan dari masing-masing pelanggan terkait spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan.

Sisanya akan digunakan untuk modal kerja berupa pembelian bahan baku yang akan digunakan pada unit bisnis food ingredients, personal care & cosmetics ingredients, serta industrial chemical ingredients.

 

 


OJK Sebut Ada 60 Rencana IPO di Pasar Modal, Nilainya Segini

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut masih ada 60 rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di pipeline penghimpunan dana di pasar modal. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih bagus, masih tinggi, yaitu sebesar Rp 255,33 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 83 emiten hingga 29 Desember 2023.

"Penghimpunan dana per Desember ini telah melampaui capaian target di 2023 sebesar Rp 200 triliun," kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Selasa (9/1/2024). 

Sementara itu, di pipeline OJK masih terdapat 85 penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 28,68 triliun.  

Bila dirinci, terdapat 60 perusahaan yang berencana melakukan IPO senilai Rp 10,01 triliun. Lalu, ada juga 11 perusahaan yang akan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) senilai Rp 5,40 triliun. 

Kemudian, ada 8 rencana penawaran umum efek bersifat utang dan atau sukuk (EBUS) senilai Rp 9,26 triliun. Selain itu, ada 6 rencana penerbitan PUB EBUS Tahap I,II dan seterusnya senilai Rp 4,01 triliun.

 


BEI Incar 62 IPO pada 2024

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.

"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).

Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 0 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 5 Perusahaan dari sektor industrials

• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 5 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.

Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.

Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya