Picu Obesitas Anak, Tolak Kembalian Permen Saat Belanja di Mini Market

Kembalian dengan permen bukan uang berkontribusi picu obesitas pada anak

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Agu 2023, 15:26 WIB
dr Indah Novitria dari RSPI - Puri Indah Mengatakan Bahwa Kembalian Permen Bukannya Uang Adalah Hal Sederhana yang Berkontribusi pada Kenaikkan Kasus Obesitas pada Anak (8/8/2023) (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin)

Liputan6.com, Jakarta - Ada beberapa hal sederhana yang bisa berkontribusi pada kenaikan angka obesitas pada anak.

Menurut dokter spesialis anak subspesialis kesehatan anak, nutrisi, dan penyakit metabolik RS Pondok Indah - Puri Indah, Novitria Dwinanda, salah satu hal itu adalah kembalian permen.

Saat belanja, jika pemilik warung tidak memiliki uang receh atau uang kecil, opsi yang dipilih adalah memberi kembalian dengan permen bukannya uang.

"Kalau permen kan biasanya anak yang makan. Kembalian pakai permen adalah hal sepele yang sumbang permasalahan obesitas," kata Novitria dalam temu media di Jakarta Selatan pada Selasa 8 Agustus 2023.

Novitria, menambahkan, obesitas pada anak memang dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk lingkungan, keluarga, individunya sendiri, dan kebijakan.

Pemicu Obesitas Anak dari Sisi Lingkungan

Dari sisi lingkungan, Novitria memberi contoh lingkungan sekolah dengan kantin yang menyediakan berbagai jajanan yang mengandung gula adalah pemicu obesitas pada anak.

Baik dalam bentuk keripik, makanan ringan dalam kemasan, minuman manis, minuman berwarna, dan jenis makanan lain yang dijual dengan harga murah.

"Di lingkungan kantin itu makanannya chips (keripik), minuman manis, minuman berwarna, coklat. Karena kalau jual air putih aja enggak laku, kalau jual rujak pada anak-anak itu enggak laku," kata Novitria.

2 dari 4 halaman

Hal Sederhana Pemicu Obesitas Anak dari Sisi Keluarga

dr Indah Novitria dari RSPI - Puri Indah Mengatakan Bahwa Kembalian Permen Bukannya Uang Adalah Hal Sederhana yang Berkontribusi pada Kenaikkan Kasus Obesitas pada Anak (8/8/2023) Foto: Freepik.

Dari sisi keluarga, anak-anak juga kerap diasuh dengan pola makan yang tidak teratur dan tidak tepat. Misalnya, anak dibiasakan makan sambil nonton TV.

"Supaya anak mau makan malah diberi tontonan, kalau itu berlanjut, jadinya obesitas karena kebiasaan," katanya.

Novitria pun memberi alasan anak tak disarankan makan sambil menonton, sambil digendong, dan sambil melakukan kegiatan lainnya.

"Makan enggak boleh sambil nonton, anak jadi enggak tahu apa yang dikasih. Dia enggak tahu itu benda apa, dia enggak tahu ayam goreng seperti apa dan enaknya tuh seperti apa," ujarnya.

"Ketika anak tidak tahu apa yang dimakan, dia menjadi pasif. Saat makan, anak hanya menjadi objek, hanya tahu mangap aja," Novitria menjelaskan.

Alih-alih nonton sambil makan, Novitria merekomendasikan para orangtua untuk mengajak anak berpartisipasi dalam kegiatan makan.

"Anak itu diajak partisipasi pada saat makan, biar dia tahu apa yang dia makan, apa yang diberikan, dan apa rasanya," katanya.

3 dari 4 halaman

Kebiasaan Beri Reward Makanan Picu Obesitas pada Anak

dr Indah Novitria dari RSPI - Puri Indah Mengatakan Bahwa Kembalian Permen Bukannya Uang Adalah Hal Sederhana yang Berkontribusi pada Kenaikkan Kasus Obesitas pada Anak (8/8/2023) Foto: Freepik.

Kebiasaan lain di lingkungan keluarga yang dianggap sepele tapi dapat berkontribusi pada angka obesitas anak adalah kebiasaan memberi reward atau hadiah makanan.

Yang dihadiahkan biasanya bukan jenis makanan sehat melainkan makanan yang digemari anak-anak, seperti es krim, makanan cepat saji, dan lain-lain.

Tak sedikit orangtua yang menjanjikan makanan enak jika anaknya berhasil mencapai sesuatu.

"Misalnya, kalau bisa ini nanti dikasih es krim, kalau bisa itu dikasih apa. Kebiasaan reward dengan makanan itu sepele tapi sebenarnya menyumbang angka obesitas," ujar Novitria.

4 dari 4 halaman

Pemicu Obesitas dari Sisi Individunya

dr Indah Novitria dari RSPI - Puri Indah Mengatakan Bahwa Kembalian Permen Bukannya Uang Adalah Hal Sederhana yang Berkontribusi pada Kenaikkan Kasus Obesitas pada Anak (8/8/2023) Foto: Freepik.

Sementara, dari sisi individunya, anak bisa obesitas karena faktor genetik. Bisa pula karena penyakit lain yang mengharuskan dia minum obat yang bisa berdampak pada obesitas.

Obesitas pada anak menjadi perhatian serius pasalnya kondisi ini tidak hanya menyebabkan anak menjadi gendut dan pipinya chubby. Namun, anak obesitas berisiko terkena hipertensi, diabetes tipe dua, dan penyakit serius lainnya.

“Kalau anak di bawah 10 tahun sudah punya penyakit-penyakit ini, bagaimana nanti di usia 30?” kata Novitria.

Ciri-Ciri Obesitas pada Anak

Dia juga mengingatkan pada orangtua untuk mengetahui ciri-ciri obesitas pada anak. Salah satu ciri yang bisa terlihat adalah leher belakang hitam.

"Leher hitam itu bukan daki, itu menggambarkan ada resistensi insulin jadi metabolisme insulin yang sudah tidak baik," katanya.

Selain leher yang menghitam, ciri lain yang bisa timbul adalah:

  • Gampang mual
  • Gampang kembung
  • Gerd
  • Fatty liver
  • Micropenis
  • Bentuk kaki bengkok
  • Gangguan menstruasi
  • Asam urat tinggi.
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya