Liputan6.com, Jakarta Inara Rusli kembali memantik kotroversi setelah menang award alias penghargaan atas “prestasi” rumah tangganya bersama Virgoun ambyar akibat dugaan perselingkuhan dengan pelakor.
Datang ke ajang penghargaan dengan gaun merah berkilauan plus hijab warna senada, ia semringah saat naik panggung, memegang piala untuk rumah tangganya dengan Virgoun yang ambruk.
Advertisement
Netizen heran, mengapa Inara Rusli seolah menikmati kemenangan ini. Mengingat, rumah tangga ambruk, apalagi akibat dugaan suami selingkuh bukan prestasi yang layak dibanggakan.
“Zaman kini, keretakan rumah tangga dijadikan ajang. Miris,” @bunga**** merespons kemenangan Inara Rusli. “Penghargaan karena prestasi (X) Penghargaan karena rumah tangga hancur (V),” @anton**** menyindir.
Anak-anak Perlu Tahu
Inara Rusli pun memamerkan sejumlah foto saat mendatangi ajang penghargaan hingga senang memegang piala. Ia menyampaikan pernyataan sikap di akun Instagram terverifikasi, Sabtu (1/7/2023).
“Anak-anak perlu tau bahwa orang dewasa juga tidak selalu benar. Kami membuat kesalahan sampai hari kami mati. Dan itu manusiawi. Gwenchana, tidak apa-apa,” Inara Rusli mencuap berama foto tersebut.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Lelah Jatuh Tersungkur
“Tidak apa sesekali lelah jatuh tersungkur, tapi ingatlah orangtua kita susah payah mengajari kita berjalan saat kecil, untuk terus bangkit tiap kali tersungkur,” pesohor dengan 2 jutaan pengikut itu menyambung.
Pernyataan sikap ini tak meredakan gelombang protes netizen. Terang-terangan seorang netizen mempertanyakan apakah penghargaan di bidang kehancuran rumah tangga alias korban perselingkuhan layak dibanggakan?
Jadi Korban Selingkuh
“Penghargaanya korban perselingkuhan, apakah patut dicontoh?” @chu**** mengoceh di kolom komentar. Tak tinggal diam, Inara Rusli menjelaskan bahwa tak perempuan di dunia ini yang mau diselingkuhi apalagi setelah menikah resmi di mata agama dan hukum negara.
“Jadi korban selingkuh enggak bisa dipilih dan enggak ada yang mau milih juga. Tapi bisa jadi contoh pembelajaran buat pelakunya bahwa korban enggak selamanya jadi objek penderitaan,” Inara Rusli membeberkan.
Advertisement