4 dari 10 Anak SD di Jakarta Sudah Rabun Jauh, Apa Dampak Mata Minus pada Anak?

Apa yang menyebabkan anak SD di Jakarta sudah mengalami rabun jauh atau mata minus?

oleh Tiara Laninda diperbarui 22 Mar 2023, 09:00 WIB
Survei Terbaru Menemukan Bahwa 4 dari 10 Anak SD di Jakarta Sudah Mengalami Rabun Jauh atau Mata Minus. Konon, Salah Satu Penyebabnya Akibat Penggunaan Gadget Selama Proses Belajar di Masa Pandemi COVID-19

Liputan6.com, Jakarta - Survei terbaru tentang kesehatan mata pada anak usia sekolah dasar di Jakarta menunjukkan bahwa empat dari 10 anak SD mengalami gangguan penglihatan berupa rabun jauh.

Menurut survei yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat untuk Kesehatan Mata, jumlah kasus rabun jauh pada anak SD di Jakarta mencapai 40,5 persen.

Pimpinan Tim Pengabdian Masyarakat untuk Kesehatan Mata, Nila Moeloek, menegaskan bahwa temuan kasus rabun jauh pada anak SD di Jakarta ini lebih tinggi dari beberapa data survei dan studi gangguan penglihatan sebelum masa pandemi COVID-19. 

Menurut Nila, hasil survei ini menunjukkan adanya potensi masalah kualitas hidup jangka panjang di Indonesia.

"Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat potensi masalah kesehatan dan kualitas hidup jangka panjang bagi negara," kata Eks Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo pada sebuah diskusi bersama media di Jakarta, Selasa, 21 Maret 2023.

"Statistik empat dari 10 anak SD mengalami rabun jauh atau mata minus menunjukkan bahwa adanya potensi besaran masalah yang serius yang berdampak langsung terhadap kualitas hidup, kegiatan belajar hingga proses tumbuh kembang anak," dia menambahkan.

Gawai Penyebab Anak SD Banyak yang Rabun Jauh?

Menurut Nila, penglihatan merupakan salah satu modalitas penting untuk membentuk kualitas sumber daya manusia yang baik. 

Aspek lain yang diduga memiliki hubungan tingginya kasus rabun jauh pada anak adalah aspek penggunaan gadget selama proses belajar di masa pandemi.

2 dari 4 halaman

Kesulitan Belajar Karena Sulit Melihat atau Rabun Jauh atau Mata Minus

Survei Terbaru Menemukan Bahwa 4 dari 10 Anak SD di Jakarta Sudah Mengalami Rabun Jauh atau Mata Minus. Konon, Salah Satu Penyebabnya Akibat Penggunaan Gadget Selama Proses Belajar di Masa Pandemi COVID-19

Selain tingginya prevalensi rabun jauh pada anak, survei ini menemukan beberapa fakta lain.

Data collection dan skrining kelainan refraksi ini dilakukan di dua sekolah dasar negeri di Jakarta meliputi 269 anak SD kelas 4 hingga 6, dengan rentang umur antara 9 hingga 12 tahun.

Ditemukan bahwa hampir separuh anak SD yang menderita rabun jauh adalah anak umur 9 hingga 10 tahun.

Tim peneliti juga melakukan sub analisis untuk melihat persepsi anak SD terkait gangguan penglihatan yang dialami.

Ditemukan bahwa 54 persen siswa mengalami kesulitan membaca tulisan di papan tulis karena gangguan penglihatannya.

24 persen siswa mengalami kesulitan belajar karena kesulitan melihat dan membaca, serta 38 persen siswa mengaku sulit berolahraga karena gangguan melihat ketika beraktivitas fisik.

3 dari 4 halaman

Rabun Jauh Berpotensi Mengganggu Prestasi dan Perkembangan Anak

Survei Terbaru Menemukan Bahwa 4 dari 10 Anak SD di Jakarta Sudah Mengalami Rabun Jauh atau Mata Minus. Konon, Salah Satu Penyebabnya Akibat Penggunaan Gadget Selama Proses Belajar di Masa Pandemi COVID-19

Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat distorsi subjektif dari kondisi gangguan kesehatan. Apabila dibiarkan, hal ini dapat berpotensi mengganggu prestasi akademik, perkembangan fisik, dan psikologis anak.

Tim peneliti juga sempat melakukan pendalaman persepsi dari data survei ini kepada beberapa guru dan orangtua.

Ditemukan bahwa guru juga cukup sering menemukan murid yang harus berjuang karena kesulitan membaca tulisan di papan tulis.

Tak jarang mereka harus sampai menyipitkan mata atau mendekatkan buku bacaan ke arah mata agar bisa membaca. Hal ini merupakan sebuah gangguan serius dalam kegiatan belajar mengajar.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Deteksi Dini Rabun Jauh atau Mata Minus pada Anak

Survei Terbaru Menemukan Bahwa 4 dari 10 Anak SD di Jakarta Sudah Mengalami Rabun Jauh atau Mata Minus. Konon, Salah Satu Penyebabnya Akibat Penggunaan Gadget Selama Proses Belajar di Masa Pandemi COVID-19 (dok. Pixabay.com/LichDinh)

Menurut tim peneliti, intervensi koreksi dengan kacamata wajib dilakukan. Apabila dibiarkan, kondisi kelainan penglihatan ini akan berlanjut dan memberat.

Maka dari itu, dibutuhkan intervensi serius dalam hal deteksi dini dan penggunaan kacamata.

Menurut Nila, dengan dukungan dari berbagai pihak, timnya dapat melakukan intervensi pemberian kacamata gratis bagi para murid yang terdiagnosis.

Tak hanya itu, mereka juga berusaha untuk meyakinkan anak agar patuh memakai kacamata bila membutuhkan.

"Selain intervensi kacamata, dukungan edukasi juga wajib dilakukan, terutama untuk memastikan agar anak tetap patuh memakai kacamata dan tidak malu karena ada stigma atau potensi bully di sekolah," kata Nila Moeloek.

Saat ini, Nila mengaku dia dan tim sedang mengupayakan agar permasalahan rabun mata anak ini masuk ke dalam permasalahan prioritas pemerintah.

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya