Studi: 9 dari 10 Konsumen Tertarik Metaverse

Sembilan dari sepuluh konsumen memiliki rasa ingin tahu tentang metaverse.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 21 Des 2022, 06:08 WIB
Niantic ingin wujudkan metaverse di dunia nyata dengan Lightship. (Doc: Niantic)

Liputan6.com, Jakarta - Metaverse saat ini menjadi titik fokus studi yang berupaya mengidentifikasi potensi investasi menggunakan teknologi ini. Capgemini, sebuah perusahaan konsultan, menemukan terdapat minat yang signifikan terhadap metaverse baik dari konsumen maupun perusahaan dalam laporan terbarunya yang dikeluarkan pada 8 Desember 2022.

Dilansir dari Bitcoin.com, Selasa, 20 Desember 2022, laporan berjudul “Total Immersion: How Immersive Experiences and the Metaverse Benefit Customer Experience and Operations” menemukan sembilan dari sepuluh konsumen memiliki rasa ingin tahu tentang metaverse dan apa yang mungkin dihasilkannya dalam hidup mereka.

8.000 konsumen dan 1.000 organisasi di 12 negara disurvei untuk laporan antara Juli dan Agustus. Penelitian Capgemini juga menemukan sementara metaverse sebagian besar masih dalam pembangunan, ada perusahaan yang sudah memanfaatkan kemungkinan yang ditawarkannya.

Hal ini berkat ekspektasi yang dimiliki konsumen terkait dampak teknologi. Sebanyak 77 persen konsumen melaporkan mengharapkan pengalaman mendalam untuk memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan bisnis dan juga orang lain. 

Dengan cara yang sama, tujuh dari setiap sepuluh perusahaan percaya metaverse akan menjadi faktor pembeda terkait citra perusahaan. Perusahaan lain juga optimis tentang jangkauan metaverse, memperkirakannya akan segera mencapai triliunan dolar, dalam hal penilaian.

Metaverse dan Evolusi Perusahaan

Fokus pada metaverse ini, dan nilai yang berpotensi dibawanya ke beberapa pengalaman imersif, dapat menyebabkan perusahaan mengambil pendekatan yang lebih fungsional terhadapnya, alih-alih mempromosikannya sebagai gimmick belaka. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Metaverse dan Evolusi Perusahaan

Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam hal ini, Charlton Monsanto, pemimpin penawaran pengalaman imersif global di Capgemini.

“Laporan ini mendukung gagasan bahwa minat awal pada metaverse yang dihadapi konsumen, didorong oleh investasi dari pemain utama, perlu memberikan pemikiran yang cukup terhadap tantangan nyata seputar ergonomi, aksesibilitas, keselamatan, dan privasi, yang sekarang sedang ditangani oleh organisasi,” kata Monsanto.

Laporan tersebut juga menemukan sebagian besar organisasi memiliki rencana untuk mengintegrasikan metaverse dalam waktu dekat. 

Dua pertiga dari perusahaan yang disurvei memiliki peta jalan yang mengintegrasikan pengalaman imersif dalam dua tahun ke depan, sementara 15 persen memiliki rencana untuk membangun kehadiran metaverse dalam satu tahun. 

Namun, sebagian besar perusahaan masih belum berinvestasi di metaverse, karena 56 persen dengan jelas menyatakan mereka belum menetapkan jalur adopsi yang jelas.


Raksasa E-Commerce India Beri Pengalaman Belanja di Metaverse

Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/ThisIsEngineering)

Sebelumnya, PT Lavender Bina Cendikia Tbk cukup percaya diri prospek perusahaan ke depan akan cerah. Selain sektor pendidikan relatif tahan krisis, perseroan juga melakukan inovasi berupa penggunaan teknologi virtual sebagai media pembelajaran.

Mengacu pada laporan World Economic Forum (WEF) yang diterbitkan pada Oktober 2020, kebutuhan pendidikan akan teknologi virtual reality (VR) mencapai 70 persen hingga 2025. Teknologi ini diklaim berdampak pada pencapaian murid, mulai dari pemahaman materi, peningkatan emosi positif, hingga kemampuan berpikir kritis.

Sebagai gambaran, VR merupakan teknologi yang bertujuan untuk meniru dunia nyata dengan lingkungan yang dihasilkan oleh komputer dan melibatkan panca indera manusia. Teknologi inin membuat penggunanya dapat merasakan kondisi yang seolah-olah terasa nyata dari efek tiga dimensi yang dihasilkan.

"Kita optimis untuk bisa berkambang. Kita tahan krisis, ketika pandemi banyak industri alami gangguan finansial, kamim bisa tumbuh dan mantap mencatatkan saham di Bursa agar bisa lebih kencang lagi percepatan kita. Jadi kami punya banyak peluang dan market, termasuk digital banyak peluang besar,” kata Direktur Utama PT Lavender Bina Cendikia Tbk, Galih Pandekar dalam paparan publik perseroan, Selasa (20/12/2022).

 

 

 


Dana IPO

Metode belajar Imersif menggunakan Metaverse pertama di Indonesia.

Perusahan saat ini tengah dalam proses pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam rangka penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), perseroan melepas 280 juta saham atau setara 27,19 persen dari modal ditempatkan dan disetor BMBL setelah IPO saham. Harga saham ditawarkan kepada publik berada di rentang Rp 187 sampai Rp 196 per saham.

Dengan demikian, dana segar yang berpotensi diraup perseroan sebanyak-banyaknya sebesar Rp 54,88 miliar. Galih menjabarkan, sekitar 75 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal atau capex berupa pelunasan pembelian apartemen dan bangunan, pembelian ruang kantor, penambahan ruang kelas, renovasi kantor dan ruang kelas, renovasi bangunan dan apartemen.

"Selain itu, belanja modal termasuk untuk pengembangan kanal pembelajaran digital, pengembangan konten untuk pembelajaran digital dan program virtual reality,” imbuh Galih.

Kedua, sekitar 25 persen akan digunakan untuk Modal Kerja berupa biaya pemasaran, biaya training dan biaya konsultan pengembangan untuk SDM dan keuangan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya