6 Fakta Unik Ismail Marzuki, Musisi Betawi yang Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

Banyak fakta menarik tentang sosok pahlawan nasional Ismail Marzuki. Berikut beberapa fakta tersebut.

oleh Komarudin diperbarui 10 Nov 2021, 20:10 WIB
Ismail Marzuki (dok.wikimedia commons)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Ismail Marzuki jadi perbincangan di dunia maya bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2021. Bertepatan dengan hari istimewa tersebut, Google Doodle pun menampilkan wajah sang maestro musik Indonesia itu.

Ismail Marzuki merupakan salah seorang pahlawan nasional. Namanya ditetapkan sebagai pahlawan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2004 di Istana Negara.

Ia menikah dengan Eulis Zuraida. Ia mengenal Ismail pertama kali ketika lagunya berjudul 'O Sarinah' menjadi hits di radio.

Sang musisi meninggal pada 25 Mei 1958, Kampung Bali, Jakarta Pusat. Namanya kemudian diabadikan di Taman Ismail Marzuki, pusat kesenian yang berlokasi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, yang saat ini sedang direvitalisasi

Meski begitu, karya-karyanya tetap lestari. 'Panon Hideung', 'Aryati', 'Gugur Bunga', 'Melati di Tapal Batas', 'Halo, Halo Bandung', 'Indonesia Pusaka', adalah sederetan lagu yang dikenal luar. Dilansir dari berbagai sumber, berikut enam fakta unik Ismail Marzuki.

Nama Panggilan

Ismail Marzuki lahir di Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, 11 Mei 1914. Di lingkungan keluarga maupun kerabat, ia sering dipanggil dengan sebutan Mail atau Maing.

Ayahnya Ismail Marzuki, Marzuki Saelan, sosok yang cukup disegani di kawasan Kwitang saat itu. Ia juga aktif di kelompok musik di tempat tinggalnya.

2 dari 4 halaman

Suka Main di Sungai

Petugas UPK Badan Air Pemprov DKI Jakarta membersihkan ceceran sampah di sepanjang Anak Sungai Ciliwung yang membelah kawasan Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Selasa (9/7/2019). Pembersihan ini untuk menghindari penumpukan sampah dan memperlancar aliran air. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Semasa anak-anak, ia suka bermain di Sungai Ciliwung. Bersama teman-temannya, ia bebas mandi, berenang, menyelam, dan terjun setiap hari di sungai yang lebar dengan airnya yang masih jernih dan dalam.

Seiring waktu berjalan, malah tak suka dengan mereka yang mandi atau berenang di sungai. Ia takut jika ada yang terbawa arus.

Belajar Ilmu Agama

Supaya mendapatkan ilmu agama Islam dan dapat memahami kitab suci Alquran dengan baik, sore harinya ia pergi belajar mengaji. Ia belajar mengaji di Madrasah Unwanul Fallah di Kwitang yang didirikan seorang ulama bernama Habib Ali Al Habsi.

Mahir Bahasa Belanda

Berbeda dengan anak seusianya, sejak kecil Ismail Marzuki hobi di bidang musik. Bakat musiknya ditopang dengan kemahirannya dalam berbahasa Belanda.

Kemerduan suara dan kemahirannya berbahasa Belanda membuat banyak orang Belanda memanggilnya Benjamin atau Ben. Bakat musik Ismail itu tak lepas dari pengaruh ayahnya, Marzuki Saelan, yang ikut aktif membentuk kelompok musik rebana di Kwitang.

 

 

3 dari 4 halaman

Penjaga Toko

Makam Pahlawan Nasional Ismail Marzuki (dok.wikimedia commons)

Ismail Marzuki sempat bekerja di sebuah toko. Pekerjaan tersebut diterimanya dengan bermodalkan ijazah MULO dan kehamirannya dalam bahasa Belanda dan Inggris.

Namun, tak lama bekerja di toko, ia mengundurkan diri. Ia lalu diterima di sebuah perusahaan di kawasan HOS Cokroaminoto, Menteng, sebagai kasir dengan gaji 30 gulden.

Penjual Alat Musik

Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, Ismail Marzuki kemudian bekerja di bidang musik, khususnya penjualan alat musik. Ia mampu meyakinkan calon pembelinya dan mendapat banyak komisi dari penjualan piano, radio, dan piringan hitam.

Ismail Marzuki juga dikenal sosok sangat alim dan tidak suka keluyuran. Ia tak hanya pintar bermain musik, tapi juga pintar mengaji Alquran.

4 dari 4 halaman

Infografis Polemik Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Jakarta

Infografis Polemik Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya