ITAGI Sarankan Rentang Waktu Penyuntikan Dua Dosis Vaksin AstraZeneca 8 Minggu

ITAGI mengatakan bahwa rekomendasi rentang waktu pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca juga terkait efek samping dan imunogenisitasnya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 31 Mar 2021, 12:00 WIB
Botol vaksin COVID-19 terlihat pada mesin pengisi di Serum Institute of India, Pune, India, Kamis (21/1/2021). Serum Institute of India telah dikontrak untuk memproduksi miliar dosis vaksin AstraZeneca-Oxford University. (AP Photo/Rafiq Maqbool)

Liputan6.com, Jakarta Indonesian Technical Advisory Group on Immunization ITAGI merekomendasikan agar dua dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca disuntikan dalam jarak waktu delapan minggu

Menurut Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro, vaksin AstraZeneca sendiri dapat digunakan bagi mereka yang berusia di atas 18 tahun, termasuk lansia.

"Untuk lansia sangat baik, sangat aman. Imunogenisitasnya cukup tinggi," kata Sri Rezeki dalam konferensi pers secara virtual pada Selasa (30/3/2021) sore.

Sri Rezeki mengatakan, vaksin COVID-19 AstraZeneca diberikan dalam dua kali dosis penyuntikan. Ia mengungkapkan, World Health Organization (WHO) memberikan saran rentang waktu penyuntikan pertama dan kedua adalah empat sampai delapan minggu.

"Tetapi ITAGI menyarankan, sebaiknya delapan minggu. Mungkin itu lebih baik, karena melihat efek sampingnya lebih rendah dan imunogenisitasnya lebih baik," kata Sri Rezeki.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Mengenai Pembekuan Darah

Banner Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

ITAGI menyebutkan bahwa vaksin AstraZeneca sendiri telah diuji klinis terhadap lebih dari 20 ribu sukarelawan, di banyak negara seperti Inggris, Afrika Selatan, Brasil, Amerika Serikat, dan Jepang.

"Di dalam uji klinis itu, efek sampingnya ada tetapi ringan. Dan ini tidak sampai masuk ke rumah sakit, tidak ada yang meninggal. Ini sangat penting untuk kita memakai vaksin yang aman."

Selain itu, terkait pembekuan darah usai vaksinasi yang terjadi di Eropa, Sri Rezeki mengatakan bahwa hasil kajian yang telah dilakukan beberapa lembaga menyebutkan bahwa manfaat vaksin masih lebih tinggi ketimbang risikonya.

"Gangguan pembekuan darah sebetulnya secara alami cukup tinggi. Dengan adanya vaksinasi ini tidak bertambah. Kalau dia disebabkan oleh vaksin pasti angka kejadiannya akan naik. Ini tidak terjadi," ujar Sri Rezeki.

Walaupun begitu, ITAGI tetap mengatakan bahwa pemantauan pelaksanaan vaksinasi secara berkala haruslah terus dilakukan. "Kita harus berhati-hati memantau secara serius dan berkala. Ini yang kita anjurkan untuk dikerjakan oleh Kementerian Kesehatan."

3 dari 3 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya