Tantangan Belajar Online Bagi Gen Z di Masa Pandemi

Di luar masalah kuota data internet, semakin sempitnya waktu berinteraksi dengan guru di sekolah membuat pelajar kesulitan memahami materi yang diajarkan.

oleh Iskandar diperbarui 19 Okt 2020, 13:30 WIB
Ilustrasi belajar online

Liputan6.com, Jakarta - Menurut penelitian IBM Institute, 74 persen generasi Z (Gen Z) menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan aktivitas online, yang mana smartphone menjadi perangkat paling banyak digunakan dengan presentase 75 persen, diikuti laptop 45% persen, desktop 30 persen, dan tablet 10 persen.

Dalam sebuah diskusi online, Maryam Mursadi selaku Head of Academic dari Kelas Pintar, mengatakan lahir dan tumbuh di era digital membuat para siswa (Gen Z) lebih matang dan mandiri dalam hal pemanfaatan teknologi.

"Termasuk saat pandemi mengharuskan mereka untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar online," ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (19/10/2020).

Ia menambahkan, ketika pandemi Covid-19 melanda dunia dan hampir semua aktivitas belajar mengajar bergeser ke online, Gen Z bisa dengan cepat beradaptasi karena mereka memang sudah terbiasa berinteraksi di dunia maya.

"Hanya kebiasaannya saja yang berubah, jika sebelumnya mungkin mereka lebih aktif di media sosial, kini porsi untuk belajar online dan mencari informasi untuk kebutuhan belajar jadi lebih tinggi," Maryam menjelaskan.

 

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Pengakuan Sejumlah Pelajar di Daerah

Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Menunjuk Surat Edaran Mendikbud, Kepala BNPB dan Walikota Tangsel, pelaksanaan belajar dari rumah di perpanjang sampai tanggal 20 Mei 2020. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Berkaitan dengan hal di atas, sejumlah pelajar, yaitu Nasyillah kelas 8 (Palangkaraya), Eva kelas 9 (Balikpapan) dan Billy kelas 11 (Surabaya), kompak menyebut bahwa smartphone adalah perangkat yang paling sering digunakan, baik untuk berkomunikasi via WhatsApp, belajar online atau pun mencari informasi di internet.

Ketiga siswa itu juga mengaku bahwa rutinitas mereka di dunia maya kini lebih banyak didominasi oleh aktivitas yang terkait dengan pembelajaran online.

Kabar baiknya, mereka mengaku cepat beradaptasi dengan metode PJJ. Pun begitu, mereka lebih suka belajar di sekolah secara tatap muka dengan alasan bisa punya banyak waktu untuk berinteraksi sehingga bisa lebih memahami materi yang diajarkan.

Namun, di luar masalah kuota data internet, semakin sempitnya waktu berinteraksi dengan guru di sekolah membuatnya kesulitan memahami materi yang diajarkan.

Begitu pula saat melajutkan belajar di luar jam sekolah. Mereka mengaku lebih suka jika ada yang mendampinginya saat belajar.

 

3 dari 3 halaman

Tantangan Penyedia Platform Belajar Online

Ilustrasi Belajar Online (pixabay.com)

Maryam melanjutkan, di masa pandemi ini waktu belajar para siswa berubah atau tidak sama seperti saat mereka bersekolah. Waktu mereka bertanya atau berinteraksi dengan guru juga jadi lebih sedikit,

"Untuk itu, tantangan penyedia solusi belajar online di masa pandemi ini adalah bagaimana menghadirkan engagement lebih dan membuat belajar online menjadi lebih menyenangkan," ucapnya.

Maryam juga menyoroti tentang pentingnya memberikan pendampingan belajar bagi para siswa untuk membantu guru di sekolah dalam men-deliver kurikulum secara optimal. Khususnya saat siswa melanjutkan proses belajarnya selepas jam sekolah.

(Isk/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya