Ini Sanksi untuk Penumpang MRT Berbuka Puasa Selain Air Putih dan Kurma

Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin memaparkan, air putih, dinilai tidak berisiko meninggalkan noda di stasiun dan lantai kereta.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2019, 13:11 WIB
Penumpang menaiki kereta MRT pada hari pertama fase operasi secara komersial (berbayar) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Senin (1/4). PT MRT Jakarta mulai memberlakukan fase operasi secara komersial (berbayar) dengan potongan harga 50 persen selama April 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Selama Ramadan, PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta memberlakukan kebijakan khusus, memperbolehkan penumpangnya membatalkan puasa di dalam kereta dengan air putih dan kurma. Penumpang dilarang mengonsumsi menu berbuka selain air putih dan kurma.

Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin memaparkan, alasan penumpang dilarang meminum selain air putih. Air putih, dinilai tidak berisiko meninggalkan noda di stasiun dan lantai kereta. Selain itu air putih juga dinilai tidak mengundang serangga.

"Air putih juga tidak mengandung gula atau garam yang berpotensi mengundang semut dan tikus masuk ke sistem MRT. Hal ini akan membahayakan kehandalan sistem kami dan berbahaya untuk keselamatan," kata Kamaluddin ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/5/2019).

Begitu pula dengan kurma yang tidak berpotensi meninggalkan remah-remah makanan.

"Selain itu, tujuan utama kebijakan ini ditujukan untuk pengguna yang membatalkan puasa dan berdasarkan ajaran Islam juga disarankan membatalkan dengan kurma dan air putih," kata dia.

Penumpang dilarang meminum teh, sirup, atau minuman selain air putih, dan makanan ringan selain kurma. Jika penumpang kedapatan melanggar, maka akan dilakukan tindakan tegas.

"Misalnya pengguna X naik Ratangga MRT dari Bundaran HI menuju Lebak Bulus. Namun baru berangkat dari Bundaran HI kedapatan oleh petugas keamanan kami sedang makan nasi goreng ayam, maka petugas keamanan kami akan tegas meminta pengguna X tersebut turun di stasiun Dukuh Atas," tegas Kamaluddin.

Dia mengatakan, penumpang yang ada di dalam rangkaian dan di peron stasiun akan diawasi petugas untuk menghindari pelanggaran yang dilakukan.

"Tentu ada pengawasan dan penindakan oleh petugas keamanan dan staf MRT yang keliling stasiun dan keliling rangkaian kereta," Kamaluddin menandaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Hari Pertama Buka Puasa Kondusif

Warga mengikuti uji coba publik pengoperasian MRT (Moda Raya Terpadu) di Stasiun Bundaran HI, Jakarta, Minggu (17/3). Uji coba untuk publik dibuka dari 12 hingga 24 Maret 2019 dengan menargetkan sebanyak 285 ribu penumpang. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Muhammad Kamaluddin mengatakan, pada hari pertama Ramadan sekaligus penerapan kebijakan khusus, mayoritas penumpang mematuhi aturan yang telah dibuat. 

"Pelaksanaan hari pertama Ramadan cukup baik. 77 ribu penumpang cukup tertib tidak makan selain kurma, namun masih ada yang minum selain air putih dan kami ingatkan untuk tidak melanjutkan minum selain air putih," kata dia.

Untuk melakukan evaluasi penindakan, pihak MRT melakukan pemantauan melalui rekaman foto dan CCTV.

 

(Dewi Larasati)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya