Pengamat: TNI Perlu Patroli Tertutup Antisipasi ISIS

Ridlwan mengatakan, memang ada kemungkinan gerilyawan pro-ISIS Marawi menyeberang ke Sulawesi Utara.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2017, 06:22 WIB
Tentara Filipina mengarahkan senjatanya saat bertempur melawan militan maute di kota Marawi, (28/5). Pasukan Filipina melancarkan serangan udara pada hari Minggu untuk mengusir militan yang terkait dengan kelompok ISIS. (AP Photo/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat intelijen dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib mengatakan, TNI perlu patroli tertutup dalam mengantisipasi masuknya kelompok ekstrimis pro-ISIS yakni Maute dari Filipina ke Indonesia, agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat.

"Tidak perlu menggunakan seragam maupun kapal besar. Ini agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat," ujar Ridlwan Habib di Jakarta, Rabu 14 Juni 2017.

Ia mengatakan, memang ada kemungkinan gerilyawan pro-ISIS Marawi menyeberang ke Sulawesi Utara. Gerilyawan ini, menurut dia, memiliki jalur rahasia untuk masuk ke Indonesia.

"Mereka punya jalur-jalur tikus yang sudah belasan tahun digunakan, ini harus diantisipasi TNI. Di dalam kota-kota terluar juga harus dilakukan pemantauan intelijen, terutama jika ada pendatang tidak dikenal, Polri harus melibatkan masyarakat agar bisa waspada," kata Ridlwan dikutip dari Antara.

Hingga saat ini pertempuran antara militer Filipina dengan kelompok ekstrimis pro-ISIS yakni Maute, di Marawi, Filipina, tak kunjung usai.

Ridlwan mengatakan masih ada 300-an pasukan pro-ISIS yang menguasai sudut kota Marawi, dan mereka juga memiliki akses transportasi laut.

Pemerintah Filipina juga telah mengajak sejumlah negara seperti Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, termasuk Indonesia untuk ikut membantu menggempur kelompok Maute di Marawi guna mencegah meluasnya kelompok pro-ISIS di kawasan Asia Tenggara.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:



Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya