Ratusan Petani di Jambi Masih Hidup Prihatin

Keprihatinan masih menyelimuti 65 tahun kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Sebagian petani di Jambi, misalnya, masih belum merdeka dan terbelenggu.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Agu 2010, 11:06 WIB
Liputan6.com, Jambi: Saat seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan ke-65, sekitar 500 orang petani di Kecamatan Mersam, Kabupaten Batang Hari, Jambi, berkumpul di sebuah lapangan, Selasa (17/8). Para petani ini menengadahkan tangan dan berdoa agar pemimpin bangsa ini diberikan kekuatan untuk membela rakyat kecil yang tertindas seperti mereka.
 
Tak ada upacara bendera di sana, yang ada ungkapan perasaan sedih seperti yang dilakukan Wati atau ungkapan kekesalan seperti yang disampaikan Warsidi. Sudah lebih dari tiga tahun mereka tergusur oleh sebuah perusahaan perkebunan sawit PT Tunjuk Langit Sejahtera (TLS).
 
Awalnya tidak ada masalah di antara kedua pihak. Saat itu, perusahaan merupakan mitra warga dalam menanam kebun sawit dengan pola inti plasma. Kebun seluas 1.000 hektare dibangun perusahaan sebagai inti dan masing-masing warga mendapatkan antara 2-10 hektare tanah sebagai plasma. Untuk warga, mereka diberikan fasilitas pembukaan lahan pembibitan sampai pemupukan dan perawatan. Mereka juga mendapatkan fasilitas kredit dari Bank Bali senilai hanya Rp 7 juta per petani.
 
Semua berjalan lancar hingga tiga tahun lalu, ketika manajemen perusahaan kemudian mengalihkan utang dari Bank Bali ke Bank Mandiri. Kemudian mereka menyebutkan bahwa jumlahnya membengkak hingga Rp 133 miliar. Utang masing-masing petani pun ikut membengkak antara Rp 30-50 juta. Tentu saja petani tidak terima.
 
Namun perusahaan tetap bersikeras mengatakan bahwa setiap petani panen, mereka tidak boleh menjual sawit ke perusahaan lain dengan ketentuan hasil penjualan 30 persen dipotong untuk bayar utang. Petani tentu saja menolak dan mereka diusir perusahaan dari lahan plasma. Bahkan sejak tiga tahun lalu mereka tidak boleh memanen kebun sawit mereka.
 
Upaya perlawanan telah berulang dan beragam cara dilakukan, namun hasilnya belum ada. Pada momen kemerdekaan inilah warga berdoa agar lahan mereka dapat kembali mereka gunakan untuk meraih penghasilan.(MRQ/ADO)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya