Cerita di Balik Munculnya Love Pink

Shanti Persada (45), ibu anak satu inilah wanita hebat itu. Ia bersama sahabatnya, Madelina Mutia, membangun yayasan yang bernama Love Pink.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 15 Sep 2016, 14:55 WIB
kanker payudara tak membuatnya putus asa, tapi justru dari situ muncul yayasan love pink

Liputan6.com, Jakarta Sakit parah seperti kanker payudara, bisa jadi membuat kita tak memiliki semangat hidup. Berbeda dengan wanita satu ini, ia malah bisa mendirikan sebuah yayasan khusus kanker payudara dan mendukung 500 wanita lebih yang juga menderita penyakit sama.

Shanti Persada (45), ibu anak satu bersama sahabatnya, Madelina Mutia, membangun yayasan yang bernama Love Pink di tahun 2011.

Semua bermula kala di akhir Oktober 2009, ia merasakan bahwa payudara kanannya terasa sakit sekali. Namun tidak ada benjolan seperti gejala umum yang sering dialami kebanyakan wanita. Karena merasakan sakit terus-menerus, ia pun segera mengunjungi dokter onkologi (ahli kanker), namun awalnya, dokter mengatakan bahwa ini bukan masalah apa-apa.

"Awalnya dokter bilang ‘ini nggak papa cuma hormonal aja, nanti juga kembali seperti semula. Mungkin dulu kamu menyusui tidak terlalu disusui anaknya yang kanan.’ Which is true gituloh, anakku emang enggak terlalu mau yang kanan. Jadi make sense kan, jadinya aku diemin,” ujarnya saat ditemui di gedung Love Pink, Jakarta Selatan, ditulis Sabtu (10/9/2016).

Jelang tahun 2010, ternyata payudara sebelah kanannya semakin membesar dan bentuknya juga sudah berubah, “Selain membesar, kulit di sekitar puting juga berubah tekstur seperti kulit jeruk dan puting tertarik ke dalam, jadi sudah berubah bentuk,” ujarnya.

Karena hal ini, ia pun kembali mengunjungi dokter yang sama untuk menanyakan kondisinya, namun berita yang ia dapat ternyata sangat menyesakkan. Ia didiagnosis menderita kanker payudara stadium 3B, yang merupakan stadium lanjut.

“Pas dengar itu ya lemas. Saat didiagnosis itu saat merasa udahlah, hidup ku sudah invalid. Buat apalagi gitu loh’,” ungkapnya. Namun karena dukungan keluarga, sahabat, dan teman-temannya yang meminta untuk terus berjuang, membuat dirinya kembali bangkit berjuang.

“Ya support teman, support sahabat, support keluarga itu memang paling penting,” katanya.

Ia kemudian menjalani kemoterapi sebanyak enam kali, bahkan ia pernah menjalani 20 kali kemoterapi dalam satu tahun setengah di bulan Juli 2011. Namun karena kankernya telah menyebar, ia kemudian melakukan pengangkatan payudara.

Setelah operasi pengangkatan tersebut, ia diwajibkan untuk memeriksakan dirinya kembali ke dokter setiap lima tahun. Hal ini untuk mengetahui apakah sel-sel kanker muncul kembali atau tidak. Tetapi kenyataannya, ini bukan kabar baik.

“Kalau lima tahun pertama bebas, untuk dia kembali itu makin kecil persentasenya, apalagi kalau stadiumnya tinggi kayak aku. Nah terus pas cek setelah lima tahun, ternyata dia menyebar ke getah bening tahun lalu 2015, yaudah saya kemo lagi sepuluh kali. Baru selesai Desember kemarin, nah sekarang tiga bulan sekali cek ke dokter,” jelasnya.

Sebelum akhirnya mendirikan yayasan kanker payudara bernama Love Pink di tahun 2011, ia awalnya hanya menjalani pengobatan kankernya sendiri saja. Namun ketika bertemu dengan sahabatnya, Mutia, keduanya sering menjadi rekomendasi bagi wanita-wanita yang baru saja terdiagnosis penyakit tersebut, yang ingin mencari motivasi.

"Awalnya menjalani sendiri di bulan-bulan pertama. Tapi ketika sudah bertemu itu rasanya jauh lebih ringan, dan kita sering direkomendasikan orang kalau ada keluarga atau temannya yang terdiagnosa",katanya.

Bahkan sebelum yayasan berdiri, dalam waktu enam bulan, sudah ada 50 orang yang mereka dukung,"jadi aku bilang ‘kita penting nih buat sesuatu’, karena penting banget support dari orang yang sudah menjalani dan motivasi spirit yang kita sebarkan ke temen-temen,” ujarnya.

Alasan lain kenapa ia mendirikan yayasan tersebut, yakni karena ia ingin berkontribusi untuk Indonesia dalam mengampanyekan deteksi dini kanker payudara, ”why? karena 80 persen pasien di Indonesia yang datang ke dokter itu sudah stadium lanjut, hanya 20 persen yang stadium 1 dan 2. Kalo di luar negeri kebalikannya. Jadi Love Pink ingin berkontribusi untuk negara ini dan mengampanyekan deteksi dini kanker payudara,"ungkapnya.

Selain memberikan motivasi dan dukungan, ternyata yayasannya juga menyediakan bantuan USG mobile yang dibawa oleh mobil van yang mereka miliki. Dalam mobil tersebut, bahkan sudah ada dokter radiologi dan sonografernya yang bertugas memeriksa payudara para wanita di Jakarta dan sekitarnya.

“Ada van USG berjalan yang free of charge ke puskesmas-puskesmas DKI, rumah susun, dan company-company. Kita memeriksa ibu-ibu yang mau di cek payudara dan kita melakukan edukasi tentang pentingnya SADARI.”

Yang unik dari lembaga ini, kalau pada umumnya yayasan dijalankan oleh orang-rang yang tidak menderita penyakit yang sama. Berbeda dengan Love Pink ini, “Uniknya pendiri, pengurus, hingga member-membernya, semua adalah orang-orang dengan kanker payudara," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya