Pertamina Geothermal Percepat Proyek Pembangkit Panas Bumi

Pada 2017, PGE akan menjadi perusahaan yang mengelola PLTP dengan total kapasitas terbesar, yakni 677 MW.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Jul 2016, 15:57 WIB
Tiang pemancang terpasang di pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mempercepat penggarapan proyek-proyek panas bumi. Mulai dari pemboran hingga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Sekretaris Perusahaan PGE Tafif Azimudin mengatakan, cara mempercepat proyek diantaranya dengan menggunakan delapan rig pemboran dan membangun empat PLTP secara bersamaan agar cepat mendapat uap panas bumi.

"Saat ini semua sedang dikerjakan. Bahkan kami sampai, sepertinya kami sudah full speed," kata Tafif dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (15/7/2016).

Hingga akhir 2016, kapasitas terpasang PLTP yang dikelola PGE menjadi 542 Mega Watt (MW) dengan masuknya tambahan 105 MW dari tiga pembangkit, yakni PLTP Ulubelu Unit 3 berkapasitas 55 MW, PLTP Lahendong Unit 5 berkapasitas 20 MW, dan PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW.

"Untuk merealisasikan tiga proyek PLTP tersebut, Pertamina telah mengeluarkan investasi hingga US$ 525 juta," jelas Tafif.

Pada 2017 PGE  akan menjadi perusahaan yang mengelola PLTP dengan total kapasitas terbesar, yakni 677 MW. Total investasi yang dikeluarkan untuk membiayai pembangunan PLTP dengan kapasitas tersebut ditaksir mencapai US$ 5 miliar.

"Kami juga menyiapkan US$ 2,5 miliar untuk meningkatkan lagi kapasitas PLTP menjadi 907 MW pada 2019," ungkap Tafif

Secara umum tidak ada kendala yang berarti dalam merealisasikan proyek-proyek panas bumi. Namun PGE menemui kendala terletak pada proyek Lumutbalai, Lampung.

Kendala terkait lokasi yang direncanakan menjadi lokasi konstruksi PLTP, ternyata merupakan zona patahan yang sangat berpotensi longsor sehingga menghambat kemajuan proyek.

"Selain itu, terjadinya bencana longsor di Hululais, Bengkulu yang merusakkan tiga sumur. Tentu ini akan memundurkan realisasi proyek," dia menambahkan.(Pew/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya