Liputan6.com, Jakarta: Teroris mengincar kaum muda untuk direkrut karena pada umumnya masih labil. Mereka dengan mudah dijejali paham baru meski paham tersebut salah. Film Son of Al Qaeda atau Putra Al Qaeda mungkin tepat menggambarkan internalisasi doktrin Islam dan kekerasan lewat terorisme.
Film ini berkisah tentang Abdurahman Khadr, pria muda asal Kanada berayahkan anggota senior Al-Qaidah, orang dekat Usamah bin Ladin. Dua adiknya jadi korban kekerasan saat melawan kekuatan Barat di Afghanistan. Namun, sekalipun keluarganya akrab dengan ideologi Usamah, pada akhirnya Abdurahman memilih melarikan diri dan bergabung menjadi informan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA).
Advertisement
Tidak semua kisah teroris berakhir seperti Abdurahman. Banyak pemuda yang direkrut tetap mempertahankan keyakinan sampai mati. Tengok saja Dani Dwi Permana, pengebom Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pertengahan Juli silam. Pengamat mengingatkan usia muda memang rentan dipengaruhi. Tapi tidak selalu selamanya ideologi kekerasan bertahan terutama jika ditangani dengan tepat seperti melalui pendidikan. Bila dari Afghanistan ada kisah sukses, bukan tak mungkin demikian halnya di Indonesia. Simak selengkapnya video berita ini.(YNI/ANS)