Obama Raih Nobel Perdamaian

Presiden Amerika Serikat Barack Obama meraih Nobel Perdamaian karena telah memberikan dunia "harapan untuk masa depan yang lebih baik" dan perjuangannya melucuti senjata nuklir.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Okt 2009, 18:41 WIB
Liputan6.com, Oslo: Presiden Amerika Serikat Barack Obama meraih Nobel Perdamaian. Seperti diwartakan Reuters, Jumat (9/10), nobel tersebut diraih pria kelahiran 4 Agustus 1961 karena telah memberikan dunia "harapan untuk masa depan yang lebih baik" dan perjuangannya melucuti senjata nuklir. Tentu saja, keputusan memberikan penghargaan tersebut untuk seorang presiden yang kurang dari sembilan bulan masa jabatannya dan belum mencetak keberhasilan besar dalam kebijakan luar negeri, menjadi kejutan besar.

Komite Nobel Norwegia memuji pria lulusan hukum Harvard ini untuk upayanya yang luar biasa dalam memperkuat diplomasi internasional dan kerja sama antar bangsa. Presiden pertama Afrika-Amerika itu telah menyerukan perlucutan senjata dan bekerja untuk memulai kembali terhentinya proses perdamaian Timur Tengah sejak menjabat pada Januari silam. "Sangat jarang memiliki orang yang sama seperti Obama yang berhasil menangkap perhatian dunia dan memberikan rakyatnya harapan untuk masa depan yang lebih baik," ujar komite tersebut.

Dalam pidatonya di Prague, Republik Ceko pada April lalu, Obama menyatakan: "Jadi hari ini, saya menyatakan dengan jelas dan dengan keyakinan serta komitmen Amerika untuk mencari kedamaian dan keamanan dunia tanpa senjata nuklir." Namun, ia bukan presiden Amerika pertama yang menetapkan perihal tersebut, dan diakui mungkin hal itu tidak dapat dicapai dalam masa hidupnya.

Masalah mendesak lainnya, suami dari Michelle Obama ini masih mencari terobosan pada perselisihan program nuklir Iran dan terhentinya proses perdamaian Timur Tengah. Adapun pada Kamis silam, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan tidak ada kesempatan untuk kesepakatan damai selama bertahun-tahun.

Sementara kepala perundingan perdamaian Palestina, Saeb Erekat menyambut baik penghargaan yang diberikan kepada Obama. "Kami berharap dia akan mampu mencapai perdamaian di Timur Tengah dan dapat menarik kembali perbatasan 1967 dari Israel dan mendirikan negara Palestina merdeka di perbatasan 1967," ujar Erekat.

Bagaimanapun di Gaza, Palestina, pemimpin Jihad Islam, Khaled Al-Batsh mengutuk keputusan komite atas Nobel tersebut. "Obama memenangkan penghargaan perdamaian menunjukkan hadiah ini bersifat politisi, tidak diatur oleh prinsip-prinsip kredibilitas, nilai-nilai dan moral," ujar Khaled kepada Reuters.

"Mengapa Obama diberi hadiah perdamaian sementara negaranya sendiri memiliki senjata nuklir terbesar di bumi ini dan tentaranya terus menumpahkan darah orang-orang tidak bersalah di Irak dan Afghanistan?" imbuh Khaled.

Bulan lalu, Obama memimpin pertemuan bersejarah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dengan suara bulat menyetujui konsep resolusi AS yang memanggil negara-negara senjata nuklir untuk membongkar gudang penyimpanan senjata mereka.

Obama adalah senior ketiga Partai Demokrat AS yang memenangkan penghargaan tersebut tahun ini setelah mantan Wakil Presiden Al Gore yang menang pada 2007 bersama dengan panel iklim PBB dan Jimmy Carter pada 2002.

Hadiah makhota Swedia senilai US$1.4 juta atau sekitar 13 miliar itu akan diserahkan di Oslo, Norwegia pada 10 Desember mendatang.(ANS)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya