Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok orang yang mengatasnamakan Warga Peduli Perumahan Bukit Mas (WPPBM) menolak keberadaan rumah Denni Krisna Putera (41) karena dianggap bukan bagian dari perumahan. Tembok setinggi dua meter dibangun, pertanda pemisah antara perumahan Bukit Mas dan warga nonperumahan.
Didirikan sejak Minggu 1 November kemarin, hari ini tembok berbahan batako itu diplester. Biaya yang digelontorkan untuk membangun tembok diklaim tidak murah.
"Enggak murah bangun tembok itu, kami pakai batako mahal, semen mahal. Dibanding dengan tembok panel sebelumnya yang dibongkar Denni, ini belum seberapa," kata Rena Mulyana (60) kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2015).
Rena mengaku yang dituakan oleh warga Bukit Mas dalam menolak keberadaan rumah Denni. Meski demikian, dia menolak membuka berapa biaya yang dikeluarkannya untuk membangun 'tembok derita' di depan kediaman Denni.
"Saya tidak tahu berapa pastinya, karena ada bendaharanya," ujar Rena.
Baca Juga
Advertisement
Uang yang disebut Rena tidak sedikit untuk membangun tembok yang menutup akses rumah Denni, beber Rena, didapat secara patungan. Dari 90 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Bukit Mas, Bintaro, Jakarta Selatan, ada 70 KK yang ikut mendukung dan menyumbang uang untuk membangun tembok.
"Jumlahnya tidak ditentukan, disesuaikan kemampuan masing-masing," jawab Heru saat disinggung jumlah yang dipatok per keluarga untuk menyumbang.
Lalu, apakah ada jalan damai antara warga Bukit Mas dengan Denni?
"Jalan damai yang bagus adalah, kedua akses pintu masuk ke Jalan Mawar dibongkar lagi," pinta Rena.
Jalan Mawar adalah akses di luar perumahan Bukit Mas, Bintaro. Jalan tersebut memiliki luas sekitar tujuh meter dan bisa dilalui dua mobil.
"Padahal Jalan Mawar itu jalannya aspal, kenapa dia malah tutup akses itu dan buka akses ke Bukit Mas?" Heran Rena. (Dry/Mut)