Demi MotoGP, Sentul Berhenti Gelar Balapan 2016

Renovasi Sentul mutlak dilakukan agar Dorna menyetejui proposal Indonesia menggelar MotoGP.

oleh Risa Kosasih diperbarui 07 Okt 2015, 18:39 WIB
Rapat terbatas Kemenpora, Direktur Sirkuit Sentul, dengan Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) membahas rencana penyelenggaraan MotoGP. (Liputan6.com/Risa Kosasih)

Liputan6.com, Jakarta- Direktur Sirkuit Sentul Tinton Soeprapto membeberkan kesiapan pihaknya dan pemerintah untuk bertemu Dorna, pemegang lisensi komersial MotoGP, pada 21 Oktober mendatang. Hasil pertemuan itu menjadi penentu keikutsertaan Indonesia menjadi tuan rumah balapan motor kelas Premier itu.

Menurut Tinton, selain harus menyetorkan uang sebesar Rp 108 miliar pada Dorna selaku promotor MotoGP, Sentul wajib memenuhi standar untuk menggelar balapan kelas dunia. Renovasi Sentul mutlak dilakukan agar Dorna menyetejui proposal Indonesia menggelar MotoGP.

Agar renovasi menyambut MotoGP 2017 berjalan optimal, kegiatan di sirkuit Sentul bakal dibatasi mulai 2016 mendatang."Jadi memang tahun depan kami stop dulu (balapan di Sentul). Tapi untuk drag race masih berjalan," kata Tinton kepada wartawan pada Rabu (7/10) siang.

Cukup beralasan bila Tinton ngotot merombak sirkuit sepanjang 4,12 km tersebut. Sejak dibuka Mantan Presiden (Alm.) Soeharto pada 1993, hingga kini Sentul belum mengalami renovasi signifikan. "Anda sudah mendengar kalau Sentul itu barang jadi, tapi umurnya sudah tua dan perlu renovasi untuk meningkatkan keamanannya agar dapat Grade I dan bisa dipakai untuk balapan MotoGP," lanjut pria 70 tahun tersebut

Rencananya, guna meyakinkan Dorna pihaknya bakal menambah trek sepanjang 500 meter sebagai bagian perombakan sirkuit Sentul. Menyambut Dorna, Tinton telah menyiapkan beragam dokumen, termasuk izin dari pemerintah Indonesia.

Ini menjadi kunjungan kedua Dorna ke Indonesia. Sebelumnya, awal Mei lalu, Presiden Dorna Carmelo Ezpeleta mengunjungi Tanah Air untuk mengukur kesiapan Sirkuit Sentul menghelat MotoGP

"Laporan yang disiapkan untuk Dorna pertama Letter of Intent (LOI), kesiapan pemerintah Indonesia untuk mendukung yang sudah ada. Nanti tinggal lihat desainnya, dan direstui dengan Dorna. Setelah itu barulah dibuat kontrak pengakuan (kesiapan Indonesia)," tambah Ayah dua mantan pembalap Indonesia, Ananda Mikola dan Moreno Soeprapto tersebut. (Ris/Rjp)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya