[PHOTO STORIES] Perjalanan Panjang Virus Mematikan Ebola

Sejumlah anak berjalan melewati dinding yang bertuliskan 'Ebola' di Monrovia, Liberia, 31 Agustus 2014. Liberia melarang para awak kapal untuk berlabuh di negara-negara yang rentan epidemi Ebola. (AFP PHOTO/DOMINIQUE FAGET)

oleh Arny Christika Putri diperbarui 11 Agu 2015, 17:12 WIB
20150812-#CERITA Perjalanan Panjang Virus Mematikan Ebola
Sejumlah anak berjalan melewati dinding yang bertuliskan 'Ebola' di Monrovia, Liberia, 31 Agustus 2014. Liberia melarang para awak kapal untuk berlabuh di negara-negara yang rentan epidemi Ebola. (AFP PHOTO/DOMINIQUE FAGET)
Sejumlah anak berjalan melewati dinding yang bertuliskan 'Ebola' di Monrovia, Liberia, 31 Agustus 2014. Liberia melarang para awak kapal untuk berlabuh di negara-negara yang rentan epidemi Ebola. (AFP PHOTO/DOMINIQUE FAGET)
Seorang peserta melihat layar proyeksi yang memperlihatkan rupa virus Ebola saat sesi presentasi yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Los Angeles, California, 7 November 2014. (David McNew/Getty Images/AFP)
Penumpang menggunakan masker dan sarung tangan saat tiba di Bandara Murtala Mohammed, Lagos, 11 Agustus 2014. Nigeria mengkonfirmasi kasus baru Ebola yang ditemukan di Lagos. (AFP PHOTO/PIUS UTOMI EKPEI)
Petugas medis Croix Rouge LSM mengenakan pakaian pelindung sebelum mengevakuasi mayat korban Ebola di Monrovia, 29 September 2014. Dari empat negara di Afrika Barat, Liberia menjadi negara yang paling parah terkena wabah Ebola. (AFP PHOTO/PASCAL GUYOT)
Petugas medis di rumah sakit Pulau mensterilkan warga yang membawa pasien terduga Ebola, Monrovia, 2 Oktober 2014. Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf mengumumkan status darurat dalam menghadapi wabah penyebaran virus Ebola. (AFP PHOTO/PASCAL Guyot)
Pekerja menjahit pakaian pelindung khusus yang akan digunakan petugas kesehatan untuk merawat pasien virus Ebola di pabrik berbasis US Lakeland Industries di kota Anqiu di China, 23 Oktober 2014. (AFP Photo/JOHANNES EISELE)
Tim medis mengevakuasi pasien terduga virus Ebola di Lapangan Monas, Jakarta, 12 November 2014. Dalam rangka Hari Peringatan Kesehatan Nasional, Kemenkes menggelar simulasi penanganan dan pencegahan masuknya Ebola ke Indonesia. (AFP PHOTO/ROMEO GACAD)
Presiden Prancis Francois Hollande diperiksa suhunya saat mengunjungi rumah sakit Donka, Guinea, 28 November 2014. Francois menjadi pimpinan Barat pertama yang mengunjungi negara yang terkena dampak terparah dari Ebola. (AFP PHOTO/ POOL/ALAIN JOCARD)
Jeff Hulbert dari Annapolis, mengenakan baju pelindung dan masker sambil membawa poster menuntut penghentian semua penerbangan dari Afrika Barat terkait virus Ebola, di luar Gedung Putih, Washington DC, 16 Oktober 2014. (AFP PHOTO/MLADEN ANTONOV)
Sejumlah siswa melihat sebuah poster saat kampanye pencegahan virus Ebola di SMA Santa Theresia de Koummassi, Abidjan, 15 September 2014. Virus Ebola telah menghancurkan Afrika Barat dan menewaskan lebih dari 2400 orang. (AFP PHOTO/SIA KAMBOU)
Petugas medis dari Croix Rouge LSM membawa jenazah korban Ebola dari sebuah rumah di Monrovia, Liberia, 29 September 2014. Dari empat negara di Afrika Barat, Liberia menjadi negara yang paling parah terkena wabah Ebola. (AFP PHOTO/PASCAL GUYOT)
Reaksi kerabat setelah tim medis membawa jenazah korban Ebola dari sebuah rumah di Waterloo, Sierra Leone, 7 Oktober 2014. Inggris mengirimkan personel militer ke Sierra Leone untuk membantu memerangi penyebaran virus Ebola. (AFP PHOTO/FLORIAN PLAUCHEUR)
Sejumlah batu nisan yang bertuliskan nama korban meninggal akibat virus Ebola yang di makamkan di pemakaman masal di Kenema, 15 November 2014. (AFP PHOTO/ FRANCISCO LEONG)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya