Liputan6.com, Sampang - Kekeringan akibat kemarau panjang, membuat para petani berbagai jenis tanaman merugi. Kurangnya air membuat tanaman mereka rusak.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (9/8/2015), banyak tanaman tembakau petani di Desa Aeng Sareh, Sampang, Jawa Timur yang tumbuh kerdil. Padahal seharusnya tembakau ini tumbuh lebih tinggi dan hijau.
Advertisement
Selain menyebabkan tembakau tumbuh tidak normal, kekurangan air juga menyebabkan ulat berkembang lebih cepat. Hama ini pun menyerang daun tembakau hingga banyak yang rusak.
Kurangnya air juga memaksa petani di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memanen padi mereka lebih awal. Hal itu dilakukan daripada tanaman padi mereka mati kekeringan. Petani memilih panen dini meski dengan risiko hasilnya lebih sedikit dibanding biaya tanam.
Menurut perhitungan petani, kerugian akan lebih besar bila mereka gagal panen akibat kekeringan. Kekurangan air menyebabkan sebagian bulir padi tidak berisi, bahkan sebagian bulir tidak sempat berkembang. Bila cukup air, hasil panen bisa mencapai 6 kg gabah dari 1 meter persegi sawah, namun kini maksimal hanya 3 sampai 4 kg gabah.
Di Banjarnegara, Jawa Tengah, kemarau menyebabkan menyusutnya air Waduk Mrica di PLTA Panglima Besar Jenderal Soedirman. Akibatnya, 3 turbin berkapasitas 180 mega watt tidak bisa dioperasikan.
Turunnya permukaan air waduk ini akibat berkurangnya aliran air dari Sungai Serayu secara drastis. Di masa normal, debit air dari Sungai Serayu lebih dari 20 meter kubik per detik, tapi kini hanya sekitar 11 meter kubik per detik.
Selama musim kemarau, air Waduk Mrica hanya digunakan untuk pengairan lahan pertanian di Kabupaten Banjarnegera seluas 8.000 hektare. (Vra/Mvi)