Bom Sambut Kepulangan Presiden Nigeria dari AS

Kunjungan Presiden terpilih Nigeria ke AS membuat militan meledakan bom menewaskan lebih banyak masyarakat sipil.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Jul 2015, 13:27 WIB
Buhari dan Obama di Gedung Putih (Reuters)

Liputan6.com, Abuja - Tak lama setelah Presiden Baru Nigeria Muhammad Buhari mengumukan pada Kamis 23 Juli 2012 bahwa Amerika akan mendukung negaranya dalam memerangi Boko Haram, sebuah bom meledak di stasiun bus di utara ibukota menewaskan 29 orang.

Juru bicara Badan Penanggulagan Nasional untuk Nigeria (NEMA), Sani Datti mengatakan bahwa lembaganya memerlukan donor darah untuk merawat 105 orang yang terluka akibat bom bersebut.

Sementara itu, di negara tetangga Kamerun, terjadi dua ledakan bom bunuh diri terjadi di dekat perbatasan pada Rabu 22 Juli yang menewaskan 22 dan melukai 50 orang.

Buhari, setelah lawatan 4 hari ke Amerika, mengatakan bahwa ia menyambut baik tawaran Obama untuk membantu Nigeria melawan Boko Haram dan militan lainnya namun, presiden yang baru terpilih itu tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Nigeria meminta AS dan Kongres untuk lebih fleksibel dalam proyek undang-undang Leahy yang telah melarang penjualan senjata di negara itu.

Militer Nigeria dihukum oleh Amnesty Internasional beserta aliansinya karena telah membunuh 8.000 tahanan-- dua kali lebih banyak dari korban Boko Haram yang telah meneror negara itu 4 tahun terakhir.

"Penerapan UU Leahy justru telah membantu persengkongkolan Boko Haram untuk menegakkan ideologi mereka yang mengakibatkan banyaknya pembunuhan tanpa pandang bulu dan melukai warga sipil," katanya kepada media seperti dikutip dari ABC. (Rie/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya