Putus Aliran Bola ke Messi, Cara Belanda Kalahkan Argentina

"Setiap tim punya kelemahan dan kekuatan masing-masing. Terpenting kami harus memastikan, Messi tidak bisa menguasai bola," ujar Martin Indi

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 08 Jul 2014, 07:39 WIB
Jelang berlaga di Perempat Final Piala Dunia 2014 kontra Kosta Rika, Timnas Belanda kembali berlatih di Rio de Janeiro, (2/7/2014). (REUTERS/Pilar Olivares)

Liputan6.com, Dua kutub kekuatan sepakbola dunia, Belanda dan Argentina akan bersua di semifinal Piala Dunia 2014.  Tiga puluh enam tahun silam, Belanda menyerah dengan skor 1-3 di final Piala Dunia 1978.

Mario Kempes dan Daniel Bertoni menjadi mimpi buruk bagi Belanda. Kini setelah tiga dekade,  kedua kubu kembali dipertemukan.  Sekarang, di kubu Argentina,  Lionel Messi menjadi pemain yang patut diwaspadai.  Tidak dapat dipungkiri bila pemain berjuluk "Si Kutu" itu momok bagi pertahanan di lini belakang.

Selama perhelatan Piala Dunia tahun ini, Messi telah mencetak 4 gol. Bomber milik Barcelona itu tampak semakin berbahaya. Dilansir dari Marca, daya jelajah Messi menyisir setiap jengkal lapangan menjadi catatan tersendiri bagi pemain bertahan lawan. Di Piala Dunia ini, rata-rata Messi berlari hingga 8,2 km, meningkat pesat dari perempat final Liga Champions musim lalu yang hanya mencapai 6,8 km.

Foto dok. Liputan6.com

Pemain bertahan "Tim Oranye", Bruno Martin Indi menyadari ancaman itu. Memutus aliran bola ke kaki Messi menjadi kunci untuk mematahkan serangan "Tim Tango". "Setiap tim punya kelemahan dan kekuatan masing-masing. Terpenting kami harus memastikan, Messi tidak bisa menguasai bola," ujar Martin Indi.

Bek yang membela Feyenoord ini mengungkapkan, penempatan posisi pemain belakang memegang peranan penting untuk menghalau serangan Argentina. "Kami harus menempatkan posisi dengan benar. Saya selalu melakukan variasi dan kemudian terbiasa melakukannya dan kemudian berusaha membaca jalannya pertandingan,"

Laga Argentina kontra Belanda berlangsung di Arena Corinthians, Sao Paulo pada 9 Juli 2014. "Bagi kami, pertandingan melewan Argentina menjadie ajang balas dendam atas kekalahan di final Piala Dunia 1978," tegas Martin Indi dikutip dari FOX Sport.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya