Sukses

Tips Jaga Lingkungan Media Sosial yang Positif dan Antihoaks

Penyebaran informasi yang akurat kerap kali tidak berjalan dengan lancar karena banyaknya misinformasi di media sosial, berikut adalah sejumlah tips menjaga lingkungan media sosial agar tetap positif dan bebas dari hoaks.

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial menjadi bagian erat dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial menjadi sarana mengungkapkan ekspresi kreatif dan berbagi informasi.

Sayangnya, penyebaran informasi yang akurat kerapkali tidak berjalan dengan lancar karena banyaknya misinformasi di media sosial.

Kemkominfo pada 2021 menyebut, ada 1.773 isu hoaks yang ditemui di berbagai platform media sosial Indonesia sepanjang 2021. Untuk itu, literasi digital masih perlu ditingkatkan.

Helo dan Mafindo sejak 2021 berkolaborasi meningkatkan literasi digital, termasuk mengedukasi agar warga digital lebih bijak bermedia sosial.

Berikut adalah tips dari Helo dan Mafindo agar masyarakat Indonesia bisa lebih bijak dalam bermedia sosial:

1. Ikuti akun kredibel untuk cek fakta

Banyaknya informasi yang beredar di media sosial yang dibagikan secara real time kadang membuat pengguna bingung apakah informasi itu adalah fakta dan bisa dibagikan ke pengguna lain.

Untuk itu, pengguna didorong untuk berhati-hati menyebarkan informasi, khususnya jika informasi tersebut tidak berasal dari sumber yang kredibel dan akurat.

Untuk itulah, Mafindo membagikan tips dalam menghadapi berita yang kebenarannya masih perlu dipastikan.

Cofounder dan Fact-Checking Specialist Mafindo Aribowo Sasmito mengatakan, menghindari dan menghadapi beredarnya hoaks bisa dilakukan dengan cara sederhana.

"Dimulai dari membaca berita secara menyeluruh, mencari sumber berita, dan menahan diri untuk menyebarkan berita yang meragukan serta menelaah manfaat penyebaran informasi tersebut ke orang lain," kata Aribowo.

Cara lainnya dengan memastikan bahwa akun yang kita follower untuk mendapatkan informasi adalah akun yang kredibel atau resmi. Misalnya akun media massa yang sudah mendapatkan centang biru di platform media sosial.

Bisa juga dari akun-akun resmi dari pemerintah dan organisasi. Di mana, akun-akun ini akan berguna saat kita hendak melakukan cek fakta atau verifikasi kebenaran informasi yang beredar, sebelum dibagikan ke orang lain.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tips Lainnya

2. Ikuti diskusi yang sesuai dengan minat dan keahlian

Untuk memperkaya pengetahuan, pengguna bisa mengikuti diskusi bersama orang-orang dengan minat yang sama.

Dengan mendapatkan pandangan dari berbagai sisi, membatu kita melihat suatu topik dari sudut pandang yang lebih luas dan menimbulkan lebih banyak ketertarikan terhadap topik tertentu.

Hal ini bisa dilakukan dengan melihat topik yang sedang trending. Topik trending memungkinkan pengguna media sosial mengetahui topik hangat apa yang sedang dibicarakan dan ikut membahasnya.

Nah, diskusi bersama orang lain juga membuat pengguna bisa memastikan informasi atau pendapat yang dibagikan tetap positif dan dipahami.

3. Ikut menambahkan informasi yang akurat dan berbagi konten positif

Untuk menekan angka misinformasi, pengguna bisa membagikan konten yang dianggap bermanfaat, misalnya informasi tentang kemacetan atau kondisi jalanan. Bisa juga informasi tentang suatu peristiwa khusus yang terjadi di sekitar kita.

Namun, sebelum membagikan apa pun di media sosial, pastikan dulu akurasi informasi sebelum menekan tombol posting.

3 dari 4 halaman

3 Miliar Orang di Dunia Belum Akses Internet

Terlepas dari keamanan bermedia sosial, rupanya hingga akhir 2021, sebanyak 38 persen dari populasi dunia atau sekitar hampir 3 miliar orang ternyata belum kebagian akses internet. Informasi ini berasal dari laporan Perkembangan Dunia yang disajikan oleh China International Development Knowledge Center.

Mengutip Gizchina, Jumat (24/6/2022), menurut laporan yang sama, 96 persen dari hampir 3 miliar orang yang belum mendapatkan akses internet ini tinggal di negara-negara berkembang.

Laporan ini juga mengklaim, pada 2020, jumlah pengguna internet di area urban alias perkotaan di seluruh dunia tercatat sebesar 75,6 persen.

Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari angka pengguna internet di area pedesaan yang mencapai 38,8 persen.

Terlepas dari upaya dari semua lapisan masyarakat untuk menjembatani kesenjangan cakupan digital, ada beberapa faktor yang membuat internet masih belum dirasakan oleh 3 miliar orang di dunia. Berikut adalah beberapa faktor yang menghambat inklusi digital:

- Tingginya biaya akses internet relatif terhadap pendapatan di beberapa negara dan wilayah

- Ketidakmampuan untuk membayar biaya terminal seluler, seperti smartphone

- Kurangnya keterampilan digital bagi beberapa kelompok.

Laporan tersebut juga mengklaim sejumlah hal yang membuat lalu lintas internet global di 2020 meningkat sebesar 15,9 kali dibandingkan satu dekade lalu.

Faktor yang dimaksud meliputi percepatan penyebaran konstruksi infrastruktur informasi generasi baru, peningkatan teknologi digital yang cepat, hingga kebangkitan platform digital di berbagai bidang.

 

4 dari 4 halaman

Ekonomi Digital Diprediksi Alami Peningkatan

Sekadar informasi, dari 2019 ke 2020, ekonomi digital dunia terus meningkat. Selama pandemi, peran dukungan teknologi digital dalam produksi dan berbagai layanan sangatlah penting.

Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi digital di negara berkembang mencapai 3,08 persen. Sementara di negara maju menjadi 2,99 persen. Keduanya sama-sama tumbuh positif.

Transaksi digital juga menjadi kekuatan penting yang mendorong perdagangan global. Sejauh ini, skala ekspor perdagangan layanan pengiriman digital global tumbuh dari USD 1,2 triliun pada 2005 menjadi USD 3,1 triliun pada 2020.

Jumlah tersebut jauh melebihi tingkat pertumbuhan perdagangan barang dan jasa selama periode yang sama.

Laporan ini juga mengklaim, jalur produksi otomatis dan robot akan menggantikan sejumlah besar pekerja yang terlibat dalam pekerjaan berulang dan mekanis.

Hal ini bahkan bisa menyebabkan hilangnya pekerjaan tradisional padat karya berskala besar.

Perkiraan laporan itu juga mengungkap, mesin akan mengambil alih 85 juta pekerjaan di seluruh dunia antara 2020 dan 2025.

(Tin/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.