Sukses

54 Persen Konsumen Global Bersedia Ubah Kebiasaan Belanja di Musim Liburan

54 persen dari konsumen global yang disurvei menyatakan bersedia untuk mengubah kebiasaan berbelanja di musim liburan demi membantu mengurangi dampak lingkungan

Liputan6.com, Jakarta - Laporan IBM Institute for Business Value di tingkat global menunjukkan keberlanjutan tetap menjadi prioritas utama bagi konsumen, meskipun belanja di musim liburan akan berbeda dalam banyak hal karena pandemi Covid-19.

Menurut laporan tersebut, 54 persen dari konsumen global yang disurvei menyatakan bersedia untuk mengubah kebiasaan belanja di musim liburan demi membantu mengurangi dampak lingkungan.

Menariknya, perspektif ini lebih lazim di beberapa negara di seluruh dunia, terutama India (74 persen), Meksiko (74 persen), dan Brasil (66 persen).

Angka tersebut lebih sedikit dari 57 persen yang serupa pada Januari 2020 melalui laporan IBM/NRF bagi hampir 19.000 konsumen.

Ternyata, para pembeli mencari lebih dari sekadar kesepakatan bagus, terlepas dari gangguan di banyak anggaran konsumen dan ketenagakerjaan yang disebabkan Covid-19. Selain itu, 44 persen dari konsumen yang disurvei melaporkan bahwa mereka akan sangat mempertimbangkan sesuatu yang tahan lama saat belanja atau memilih merek pada tahun ini.

Laporan bertajuk "Rumah untuk Liburan" ini mencakup pandangan lebih dari 12.500 konsumen pada Oktober di seluruh Brasil, Kanada, Jerman, India, Meksiko, Spanyol, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.

"Riset ini menunjukkan bahwa lebih banyak konsumen yang telah mulai berbelanja di musim liburan mereka lebih awal daripada tahun-tahun sebelumnya," ujar Jesus Mantas, Senior Managing Partner di IBM Services dikutip dari keterangan tertulis.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perubahan tren karena Covid-19

Selain itu, kata Jesus, ada perubahan tren, yakni lebih banyak konsumen memiliki rencana untuk berbelanja online dibandingkan belanja di toko mengingat kasus Covid-19 mengalami peningkatan.

"Pada tahun lalu, 60 persen perbelanjaan dilakukan di toko dan hampir 30 persen online dan tahun ini jumlah tersebut mungkin hampir berkebalikan," tutur Jesus menegaskan.

Dalam hal ini, Jesus menyebut bisnis-bisnis harus dipersiapkan untuk memberikan platform yang mengutamakan aspek digital yang dipersonalisasi untuk menarik pelanggan.

Di samping itu, penggunaan teknologi seperti Komputasi Awan dan Kecerdasan Buatan dalam membantu menangani fluktuasi permintaan, mengelola rantai pasokan secara hampir real time, dan membuat pengalaman lebih baik juga perlu dipertimbangkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.