Sukses

Mark Zuckerberg Ingin Konten Online Punya Sistem Khusus

CEO Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan konten online seharusnya diatur dengan sebuah sistem di antara aturan yang sudah ada untuk industri telekomunikasi dan media.

Liputan6.com, Jakarta - CEO Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan konten online seharusnya diatur dengan sebuah sistem di antara aturan yang sudah ada untuk industri telekomunikasi dan media. Hal ini disampaikannya dalam acara Munich Security Conference di Jerman pada Sabtu (15/2/2020).

"Saya pikir harus ada regulasi untuk konten berbahaya. Ada pertanyaan tentang kerangka kerja mana yang digunakan untuk hal ini," ungkap Zuckerberg.

Menurut Zuckerberg, saat ini kerangka kerja untuk industri-industri yang sudah ada seperti surat kabar dan media-media lain, serta telekomunikasi.

Ia menyebut ada data yang mengalir melalui saluran telekomunikasi, tapi perusahaan telekomunikasi tidak akan bertanggungjawab jika ada seseorang mengatakan hal yang berbahaya melalui sambungan telepon.

"Saya pikir kita (konten online) seharusnya ada di antara itu," jelas Zuckerberg seperti dilansir Reuters, Selasa (18/2/2020).

Zuckerberg mengatakan, Facebook saat ini memiliki 35 ribu karyawan untuk meninjau konten online, dan mengimplementasikan langkah-langkah keamanan. Tim tersebut dan teknologi Facebook telah menangguhkan lebih dari satu juta akun palsu setiap hari.

Menurut Zuckerberg, sebagian besar akun tersebut terdeteksi dalam beberapa menit setelah mendaftar.

"Anggaran kami saat ini lebih besar daripada seluruh pendapatan perusahaan ketika go public pada 2012, ketika kami memiliki satu miliar pengguna. Saya bangga dengan hasilnya, tapi kami tetap waspada," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peluncuran Facebook Dating Ditunda di Eropa

Lebih lanjut, Facebook menunda peluncuran fitur kencannya, Dating, di Eropa. Hal ini disebabkan belum ada persetujuan dari Komisi Perlindungan Data (DPC) Irlandia.

DPC baru tahu mengenai fitur tersebut hanya 10 hari sebelum jadwal peluncuran, serta tidak ada informasi dan dokumentasi yang diberikan. "Kami sangat khawatir ini adalah yang pertama kali kami dengar," ungkap pihak DPC, seperti dikutip dari BBC.

Pihak DPC telah mengumpulkan berbagai dokumen selama peroses penyelidikan kantor Uni Eropa milik Facebook. Langkah DPC ini memengaruhi pasar Inggris, yang terikat dengan regulasi Uni Eropa selama periode transisi pasca-Brexit pada tahun ini.

Sementara itu, pihak Facebook mengatakan telah menyelesaikan dokumen yang diperlukan dan membagikannya ketika diminta.

"Sangat penting bagi kami untuk meluncurkan Facebook Dating dengan benar, jadi kami mengambil sedikit lagi waktu memastikan produk siap untuk pasar Eropa," ungkap perwakilan Facebook.

"Kami bekerja dengan hati-hati untuk menciptakan pengamanan privasi yang kuat, dan menyelesaikan penilaian dampak pemrosesan data sebelum peluncuran yang diusulkan di Eropa, yang telah kami bagikan dengan regulator ketika diminta," jelas pihak perwakilan tersebut.

Sejauh ini belum ada tanggal peluncuran baru untuk Facebook Dating di Eropa.

(Din/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini