Sukses

Isu Penyensoran dan Privasi, Bos TikTok Bakal Bertemu Senator AS

Pimpinan TikTok disebut akan bertemu dengan sejumlah anggota parlemen AS di Capitol Hill terkait kekhawatiran soal penyensoran dan privasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan TikTok, Alex Zhu, dilaporkan akan menyambangi Washington, D.C., pada pekan depan. Ia disebut akan bertemu dengan sejumlah anggota parlemen AS di Capitol Hill terkait kekhawatiran soal penyensoran dan privasi.

Dikutip dari Business Insider, Sabtu (7/12/2019), sejumlah anggota parlemen AS mengkritik hubungan TikTok dengan pemerintah Tiongkok yang menimbulkan kekhawatiran soal penyensoran dan privasi. Washington Post menyebut, ini akan menjadi kunjungan pertama Zhu ke Capitol Hill atas nama platform video pendek tersebut.

TikTok belakangan menjadi topik pembicaraan hangat di pemerintah AS, yang baru-baru ini membuka penyelidikan keamanan nasional, dan mempertanyakan seberapa dekat hubungan antara layanan tersebut dengan induk usahanya, ByteDance.

Washington Post melaporkan, Zhu akan bertemu dengan senator Partai Republik, Josh Hawley, Tom Cotton, dan Marco Rubio, yang menjadi pendukung investigasi terhadap TikTok. Juru bicara Cotton, James Arnold, mengatakan kepada Business Insider, Zhu dan senator Arkansas tersebut tidak akan bertemu pada pekan depan, tapi memang mereka bertemu di level staff pada pekan ini.

TikTok pada bulan lalu diminta untuk memberikan pernyataan di sidang kongres tentang hubungan perusahaan teknologi tersebut dengan Tiongkok. Namun, TikTok menolak mengirim siapa pun sebagai perwakilan. Hawley yang mengatur pertemuan tersebut dengan cepat menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap sikap TikTok.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan dengan Tiongkok Picu Kekhawatiran

TikTok telah diunduh lebih dari 1,5 miliar di dunia. Layanan ini tumbuh dengan cepat, dan terutama digemari oleh para remaja untuk membuat serta berbagi video pendek di ranah internet.

Sejak hadir di AS pada Agustus 2018, TikTok menghadapi peningkatan pengawasan terkait hubungannya dengan ByteDance yang berbasis di Tiongkok. TikTok sendiri secara konsisten membela diri dengan menyatakan tidak ada moderatornya yang berbasis di Tiongkok, dan tidak ada "pemerintah asing" meminta platform itu untuk menyensor konten.

Menurut keterangan mantan karyawannya, TikTok menghadapi tuduhan menyensor permasalahan budaya, dan konten politik yang dipandang menyerang pemerintah Tiongkok. Ketika demo Hong Kong tengah mengemuka, TikTok disebut dengan anehnya tidak memiliki tanda-tanda adanya konten soal kejadian itu.

Kasus terbaru, akun remaja bernama Feroza Aziz ditangguhkan setelah videonya soal perlakuan Tiongkok terhadap muslim Uighur viral di internet. TikTok menyampaikan permintaan maaf, dan beralasan penghapusan video Aziz terjadi karena kesalahan moderasi manusia.

Selain itu, hubungan antara Tiongkok dan TikTok dikhawatirkan membahayakan privasi data pengguna. Sebuah gugatan class-action baru-baru ini diajukan di California oleh seorang mahasiswa yang menuding informasi pribadinya diakses oleh TikTok tanpa izin, dan disimpan di server Tiongkok.

(Din/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.