Sukses

Diam-Diam, Google Ternyata Lacak Aktivitas Belanja Pengguna

Parahnya lagi, informasi belanja tersebut juga bisa melacak non-pengguna Gmail melalui alat web pribadi yang selalu aktif.

Liputan6.com, Jakarta - Google diam-diam melacak seluruh aktivitas belanja online para penggunanya.

Hal ini dilacak Google lewat email bon pembelian yang dikirimkan ke akun Gmail si pengguna.

Parahnya lagi, informasi belanja tersebut juga bisa melacak non-pengguna Gmail melalui alat web pribadi yang selalu aktif.

Misalnya, pengguna membuat akun Gmail sejak 2010 lalu, segala riwayat pembelian pengguna tersebut sudah dilacak Google sejak tahun tersebut.

Hal ini  termasuk dengan pembelian lewat Apple Store yang ditautkan ke akun Gmail sejak awal.

Selain itu, transaksi di dunia nyata yang dilakukan menggunakan kartu kredit juga terlacak. Pasalnya, ada penyedia perangkat lunak yang menautkan kartu kredit pengguna ke akun email.

"Untuk membantu pengguna mudah melihat, melacak pembelian, pemesanan, dan langganan mereka di satu tempat, kami telah membuat tujuan pribadi yang dapat dilihat oleh penggunanya," kata Google, sebagaimana dikutip The Verge, Selasa (20/5/2019).

Meski dilacak oleh perusahaan, Google berkilah bahwa pengguna bisa menghapus informasi ini kapan saja.

"Kami tidak menggunakan informasi apapun dari Gmail pengguna untuk menayangkan iklan kepada mereka, termasuk tanda terima, dan konfirmasi email yang ditampilkan di halaman pembelian," kata Google.

Google tidak menjawab, berapa lama alat ini telah aktif.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Google Tak Pakai Data untuk Iklan Tertarget

Menurut CNBC, perusahaan mengatakan tidak akan menggunakan informasi yang mereka dapatkan untuk personalisasi pelacakan iklan. Hal ini, dikatakan oleh Google pada 2017.

Google menyebut, mereka akan berhenti menggunakan data yang dikumpulkan dari pesan Gmail untuk personalisasi iklan.

Pengguna pun bisa menghapus informasi dari halaman web pembelian, tetapi pengguna harus melakukannya secara individual untuk setiap transaksi yang dicatat.

Seperti Facebook, Google memiliki banyak data pribadi serta kebiasaan pribadi sang pengguna, serta apa saja yang dibeli oleh si pengguna.

Seperti jejaring sosial yang mendominasi industri periklanan online, mendapatkan informasi ini sebagian dari pengumpulan data menggunakan metode dan tools yang tidak disadari pengguna, salah satunya tagihan pembelian yang masuk ke Gmail.

Ini berlaku untuk alat-alat web seperti Gmail dan asisten pintar milik Google yang selama ini menggunakan kecerdasan buatan.

3 dari 3 halaman

Iklan Tertarget

Data-data yang dikumpulkan Google lewat berbagai cara ini tidak diketahui oleh pengguna, pengguna pun tidak memiliki kontrol akan data tersebut.

Kemudian, Google manargetkan iklan, sebuah divisi dari bisnisnya membuat Google jadi perusahaan paling berharga di dunia.

Keberadaan alat riwayat pembelian ini mengetahui perilaku online dan offline pengguna selama bertahun-tahun dan tidak sesuai dengan orasi yang dilakukan CEO Sundar Pichai minggu lalu.

Pichai menyebut, "privasi bukanlah sebuah barang mewah". Ia juga berjanji untuk membuat kembali citra Google sebagai pihak yang peduli dengan akses inklusif yang luas ke alat privasi yang memberi pengguna lebih banyak kendali dan memberikan lebih banyak transparansi.

Google pun berupaya memastikan pengguna mengetahui data apa yang sedang dikumpulkan pengguna, bagaimana data tersebut dikumpulkan, dan bagaimana data bisa dihapus.

Bahkan, saat pengumuman I/O, Google mengumumkan kebijakan privasi baru untuk perangkat smart home mereka. Karena perangkat berisi mikrofon dan kamera yang dirancang untuk dipasang dalam rumah pengguna.

(Tin/Jek)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.