Sukses

Ini Alasan Palestina Tak Ada di Google Maps

Menurut Google, label Palestina tak pernah ada di layanan Maps dan memang ada bug yang mengakibatkan Jalur Gaza dan Tepi Barat tak muncul.

Liputan6.com, Jakarta - Diwartakan sebelumnya, netizen dunia sempat dibuat berang oleh tindakan Google. Raksasa mesin pencari itu disebut telah menghapus nama Palestina dari layanan petanya, Google Maps.

Menanggapi hal tersebut, Google menyebut memang sejak awal label Palestina tak ada di layanan petanya. Di samping itu, memang ada masalah yang menyebabkan Jalur Gaza dan Tepi Barat menghilang.

"Tidak pernah ada nama Palestina di Google Maps. Akan tetapi, kami juga menemukan ada bug yang menghilangkan label Jalur Gaza dan Tepi Barat," ujar juru bicara Google seperti dikutip dari laman Engadget, Kamis (11/8/2016). 

Saat ini Google tengah mengupayakan label itu segera kembali ke wilayahnya semula. Berdasarkan pantauan tim Tekno Liputan6.com, ketika mencari Palestina di Google Maps, nama negara tersebut memang tak ditampilkan di peta. Namun, informasi mengenai kota dan negara tersebut tetap ditampilkan di kotak informasi.

Sebelumnya Google menyebut kota-kota di wilayah tersebut sebagai "Wilayah Palestina". Namun sejak 2013, sesuai dengan arahan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), wilayah tersebut berubah nama menjadi "Palestina".

Meskipun Google sudah mengeluarkan pernyataan, tak sedikit netizen telanjur kecewa dengan keputusan tersebut. Tagar #PalestineIsHere pun disuarakan sejumlah netizen sebagai bentuk protes melalui situs microblogging, Twitter.

Sebagai informasi, Forum Jurnalis Palestina sempat mengajukan protes soal masalah tersebut. Menurut mereka, perusahaan yang kini dipimpin Sundar Pichai itu telah sengaja menghapus nama Palestina dari Google Maps pada 25 Juli 2016. 

Dalam pernyataannya, keputusan Google itu disebut-sebut merupakan bagian dari skema Israel mempertahankan nama negaranya. Cara itu, menurut mereka, ditempuh sekaligus untuk menegaskan kehadiran Israel bagi generasi berikutnya, juga untuk menghapus Palestina untuk selama-lamanya.

Sebelumnya, seorang netizen bernama Zak Martin juga mengajukan protes serupa melalui petisi di Change.org. Petisi yang sudah diajukan sejak lima bulan lalu ini sudah ditandatangani oleh lebih dari 250 ribu orang.

(Dam/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.