Sukses

Tim Nasional Italia merupakan salah satu negara yang sukses meraih banyak gelar di berbagai kompetisi internasional

Informasi Organisasi

  • Jenis OrganisasiTim Sepakbola
  • MarkasSeluruh stadion di Italia
  • JulukanGli Azzurri
  • Warna kaosBiru dan putih
  • ManufakturPuma
  • KaptenGiorgio Chiellini
  • Penampilan TerbanyakGianluigi Buffon (176 penampilan)
  • Pencetan Gol TerbanyakLuigi Riva (35 gol)
  • Ranking FIFA7

Momentum

  • Partai Internasional Pertama15 Mei 1910, 6-2 Perancis
  • Kemenangan Terbesar2 Agustus 1948, 9-0 Amerika Serikat
  • Kekalahan Terbesar6 April 1924, 1-7 Hungaria

    Piala Dunia (FIFA World Cup)

    • Tampil18 kali (1934, 1938, 1950, 1954, 1962, 1966, 1970, 1974, 1978, 1982, 1986, 1990, 1994, 1998, 2002, 2006, 2010, 2014)
    • Hasil TerbaikJuara pertama (1934, 1938, 1982, 2006)

      Piala Eropa (EURO)

      • Tampil10 kali (1968, 1980, 1988, 1996, 2000, 2004, 2008, 2012, 2016, 2020)
      • Hasil TerbaikJuara pertama (1968)

        Piala Konfederasi (FIFA Confederations Cup)

        • Tampil2 kali (2009, 2013)
        • Hasil TerbaikPeringkat ketiga (2013)

          Liga Negara UEFA (UEFA Nations League)

          • Tampil2 kali (2018/19, 2020/21)
          • Hasil TerbaikBabak semifinal (2020/21)

            Timnas Italia merupakan salah satu tim terbaik yang ada di daratan Eropa. Gli Azzurri telah memenangkan segudang trofi di berbagai ajang internasional. Mulai dari 4 kali juara Piala Dunia (1934, 1938, 1982, 2006), satu kali juara Piala Eropa atau EURO (1968), hingga meraih peringkat ketiga di ajang Piala Konfederasi (2013).

            Timnas Italia dikenal dengan gaya bermainnya yang cenderung bertahan. Gli Azzurri menyebutnya dengan nama Cattenacio atau bermain menggunakan otak dan taktik. Cattenacio sendiri lahir berdasarkan budaya yang tumbuh di Italia, dimana masyarakat di sana menjunjung tinggi sebuah kemenangan yang dihasilkan dari kesabaran serta perencanaan yang matang. 

            Hal tersebut sejatinya disadur dari prinsip yang digunakan para gladiator pada zaman Romawi Kuno. Waktu itu, kemenangan bagi seorang petarung merupakan hal yang wajib supaya mereka bisa melanjutkan kehidupan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan nyawanya, para gladiator tidak hanya menggunakan otot kala bertarung, tetapi menggunakan strategi yang telah direncakanan sejak jauh-jauh hari untuk menghindari kematian. 

            Sama halnya seperti Cattenacio, taktik ini menuntut para pemain Italia untuk mengamankan dan meraih kemenangan pada setiap laga. Sehingga, para pemain tak perlu menyuguhkan sepak bola indah asalkan bisa meraih poin penuh. Tak perlu banyak memegang bola, asal sekali serang bisa mencetak gol. Sebab, bagi mereka, kekalahan hanya untuk seorang pecundang, sementara gaya permainan yang membosankan merupakan sebuah strategi untuk meraih kemenangan.

            Permainan Bertahan Adalah Kunci

            Seperti diketahui, Timnas Italia berhasil menjuarai Piala Dunia secara back-to-back pada masa awal dibentuknya kompetisi tersebut. Gli Azzurri tercatat mendapat gelar bergengsi itu dua kali berturut-turut pada medio 1934 dan 1938. 

            Namun, dibalik raihan gemilang tersebut, permainan bertahan menjadi kunci utama kesuksesan Timnas Italia. Hal itu tercermin dari formasi 2-3-5 yang selalu digunakan Gli Azzurri dalam dua periode perhelatan kompetisi tersebut. 

            Cattenacio Sepak Bola Modern

            Memasuki era sepak bola modern, cattenacio ikut beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Cattenacio kini  tak melulu soal menggunakan formasi bertahan, melainkan menjadi prinsip yang harus dipegang oleh setiap pemain yang mengenakan seragam Timnas Italia. 

            Prinsip yang harus dipegang adalah taktik yang diberikan pelatih harus diterapkan serta fokus bermain selama 90 menit berlaga harus tetap terjaga. Selain itu, penerapan cattenacio juga mengikuti pelatih yang menukangi Gli Azzurri pada musim tersebut, sehingga penerapannya bisa berubah-ubah, tetapi prinsipnya tetap sama.

            Hal itu senada seperti yang diucap Marcello Lippi, eks pelatih Timnas Italia yang berhasil mengantarkan Negeri Pizza tersebut meraih trofi ketiganya di ajang Piala Dunia 2006. Menurutnya, pelatih saat ini (Roberto Mancini) mampu membawa Timnas Italia bangkit dari keterpurukan setelah absen dari perhelatan Piala Dunia 2018 akibat tak lolos kualifikasi. 

            Lippi menilai Mancini bisa membawa kehangatan tersendiri serta strategi yang berbeda untuk Gli Azzurri. Maklum Mancini telah melatih beebrapa klub di luar Italia, sehingga Mancini bisa memadukan prinsip caattenacio bersama sepak bola modern.

            "Saya sangat menyukai permainan tim ini. Saya mengikuti dan menikmati apa yang mereka suguhkan. Para pemain dapat mengeluarkan potensi terbaiknya dan selalu haus akan kemenangan. Mancini telah menunjukkan kinerja gemilang bersama Timnas Italia," ujar Lippi kepada Il Messaggero.

            Tak Punya Pemain Bintang

            Timnas Italia optimistis bisa berbicara banyak di Euro 2020 yang berlangsung pada bulan Juni hingga Juli tahun 2021. Meski tak banyak dihuni pemain bintang, Gli Azzurri membuat banyak pihak terkesan berkat torehan sensasional dengan berhasil menyapu bersih tujuh lawan terakhir.

            Bek Leonardo Bonucci menegaskan skuat timnas Italia saat ini memang tidak diisi oleh individu luar biasa seperti Cristiano Ronaldo atau Romelu Lukaku. Namun, dengan kolektivitas tim yang dimiliki, dia yakin Italia bisa berbicara banyak di Piala Eropa 2020.

            “Kami memulai pendekatan tertentu dengan Roberto Mancini dan itu terlihat jelas dalam pertandingan persahabatan terakhir melawan Republik Ceko. Semua tentang memulai serangan dari belakang," ujar Bonucci seperti dilansir Football Italia. 

            "Setelah masa kelam kualifikasi Piala Dunia 2018, kami ingin berjuang keras untuk mengembalikan Italia ke tempat yang seharusnya. Proyek ini mulai terbentuk, kami memiliki antusiasme, bakat muda dan pengalaman. Kami yakin bisa berbicara banyak," tambahnya.

            Daftar Skuat Timnas Italia di Ajang EURO 2020

            Kiper

            1 - Salvatore Sirigu (Torino)
            21 - Gianluigi Donnarumma (AC Milan)
            26 - Alex Meret (Napoli)

            Defender

            2 - Giovanni Di Lorenzo (Napoli)
            3 - Giorgio Chiellini (Juventus)
            4 - Leonardo Spinazzola (AS Roma)
            13 - Emerson (Chelsea)
            15 - Francesco Acerbi (Lazio)
            19 - Leonardo Bonucci (Juventus)
            23 - Alessandro Bastoni (Inter Milan)
            24 - Alessandro Florenzi (Paris Saint-Germain)

            Midfielder

            5 - Manuel Locatelli (Sassuolo)
            6 - Marco Verratti (Paris Saint-Germain)
            7 - Lorenzo Pellegrini (AS Roma)
            8 - Jorginho (Chelsea)
            12 - Stefano Sensi (Inter Milan)
            16 - Bryan Cristiante (AS Roma)
            18 - Nicolo Barela (Inter Milan)

            Forward

            9 - Andrea Belotti (Torino)
            10 - Lorenzo Insigne (Napoli)
            11 - Domenico Berardi (Sassuolo)
            14 - Federico Chiesa (Juventus)
            17 - Ciro Immbolie (Lazio)
            20 - Federico Bernardeschi (Juventus)
            22 - Giacomo Raspadori (Sassuolo

            Pelatih : Roberto Mancini (Italia)