Sukses

Informasi Umum

  • TentangPangkalan Udara Jenderal Besar Soedirman merupakan Pangkalan Udara Militer type C yang terletak di Purbalingga, Jawa Tengah. Lanud Jenderal Besar Soedirman ini adalah bandara militer yang dikelola oleh TNI Angkatan Udara.

    Rencana Pembangunan

    Bandara Jenderal Besar Soedirman berjarak 11 km dari pusat kota Purbalingga dan berdiri di lahan seluas 115 hektare yang saat ini merupakan menjadi pangkalan udara militer tipe C yang dikelola oleh TNI Angkatan Udara.

    Kondisi dan fasilitas yang dimiliki oleh Bandara Jenderal Besar Soedirman saat ini antara lain yaitu landasan pacu rumput berukuran 850 m x 50m, apron berukuran 100 m x 45 m, taxiway 30 m x 25 m, dan hanya mampu melayani pesawat jenis Casa 212.

    “Kementerian Perhubungan sangat mendukung upaya pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman, khususnya bagaimana untuk memaksimalkan dan mendukung transportasi angkutan udara di pulau Jawa, ” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

    Rencananya pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan dikembangkan menjadi lebih besar dan untuk penerbangan sipil. Ini seiring dibangunnya landasan pacu berukuran 1600 m x 30 m, pembangunan apron berukuran 70 m x 70 m, pembangunan taxiway berukuran 85 m x 15 m, dan pembangunan terminal penumpang seluas 3000 m2 dengan kapasitas 300.000 penumpang per tahun.

    Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, “Bandara ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan dan kami lihat apa yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) telah selaras dengan semangat kementerian yaitu BUMN Hadir Untuk Negeri,” jelas dia.

    Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, Presiden sangat mendukung untuk dikembangkannya bandara ini agar terciptanya konektivitas antar daerah, peningkatan kualitas angkutan udara, dan tentunya membuka potensi daerah Jawa Tengah lainnya yaitu Purbalingga.

    "Dengan nilai investasi sebesar Rp 350 miliar, kami ingin menghadirkan Bandara Jenderal Besar Soedirman dalam versi yang lebih modern dan memiliki standar pelayanan yang baik bagi pengguna jasa,” tutur dia.

     

    Fasilitas

    Selain sisi udara, fasilitas penunjang lainnya juga akan dibangun antara lain Tempat parkir kendaraan mobil dan motor seluas 4092 m2 yang mampu menampung sebanyak 70 kendaraan mobil dan 172 kendaraan motor.

    “Dengan dimensi landasan pacu yang akan dibangun dan diperpanjang menjadi 1600 m x 30 m di Bandara Jenderal Besar Soedirman, nantinya bandara ini akan mampu melayani penerbangan dengan pesawat jenis ATR-72”, tambah Awaluddin.

    Konsep terminal terinsipirasi dari rumah Joglo yang merupakan rumah tradisional Jawa Tengah yang dikombinasikan dari tiga jenis Joglo yaitu Joglo Limasan melambangkan warga yang Guyub, Joglo Mengkurat sebagai tanda selamat datang, dan Joglo Ageng yang merupakan simbol dari Gunung Slamet.

    Terminal ini nantinya juga akan mengadopsi berbagai unsur kearifan lokal yaitu batik, ukiran, hingga pewayangan.

    Pembangunan terminal, runway, dan fasilitas penunjang lainnya nantinya akan mulai dilaksanakan setelah penandatanganan Serah Terima Aset dan Serah Terima Operasi dari TNI Angkatan Udara kepada PT Angkasa Pura II (Persero).

    Dibangunnya Bandara Jenderal Besar Soedirman oleh PT Angkasa Pura II (Persero) nantinya diharapkan dapat berkontribusi terhadap wilayah Purbalingga dalam hal-hal antara lain, mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui konektivitas dan kemaritiman.

    Kemudian penguatan infrastruktur daerah untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui sektor utama seperti pariwisata dan perindustrian, serta berperan penting dalam menarik investor potensial, baik yang berasal dari domestik maupun asing untuk berinvestasi di wilayah Purbalingga.

    Selain itu mengintegrasikan usaha-usaha BUMN di bawah Sinergi BUMN sehingga mampu mendukung pertumbuhan kinerja BUMN di masa depan.

    “Selain pengembangan bandara, kami juga akan melihat potensi maskapai untuk membuka penerbangan dari dan menuju Purbalingga. Mengingat Purbalingga memiliki destinasi pariwisata yang menarik yang akan mampu mendorong potensi wisata di daerah Jawa Tengah yang kaya akan wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata sejarah”, pungkas Awaluddin.

     

    Siap Beroperasi

    Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, disiapkan untuk dioperasikan pada awal Juni 2021.

    Sejumlah aspek administrasi sudah disiapkan, antara lain diterbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 98 Tahun 2021 tertanggal 22 April 2021 yang menetapkan secara resmi bahwa pengelolaan Bandara Jenderal Besar Soedirman berada di bawah PT Angkasa Pura II (Persero).

    “Surat keputusan tersebut menyatakan bahwa bandara yang dikelola AP II total berjumlah 20 bandara, ada penambahan 1 bandara yaitu Bandara Jenderal Besar Soedirman. Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan keputusan Kementerian Perhubungan yang menetapkan AP II selaku pengelola 20 bandara di Indonesia,” ujar President Director AP II Muhammad Awaluddin. 

    Kementerian Perhubungan juga telah menerbitkan Sertifikat Bandara Udara No: 0163/SBU-DBU/IV/2021 bagi Bandara Jenderal Besar Soedirman. Dokumen mandatori lainnya pun sudah disusun dan disetujui. 

    “Dokumen mandatori tersebut adalah Airport Security Programme, Aerodrome Manual, Emergency Plan Document, Safety Management System Manual, Safety Risk Assessment, dan SOP Airside Operation,” papar Muhammad Awaluddin. 

    Dalam rangka persiapan operasional, Muhammad Awaluddin juga telah melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Panglima Komando Operasi TNI AU II Marsda TNI Minggit Tribowo. 

    Bandara Jenderal Besar Soedirman sendiri merupakan bandara penunjang penerbangan bagi wilayah sekitar antara lain Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Wonosobo.

    "Penerbangan komersial di wilayah kabupaten dan kota tersebut dibuka perdana dengan adanya Bandara Jenderal Besar Soedirman. Dengan kata lain, bandara ini merupakan pelopor konektivitas penerbangan komersial di wilayah tersebut,” ungkap Muhammad Awaluddin.  

     

    Aspek Operasional

    Sebagai bagian dari persiapan aspek operasional, AP II tuntas membangun fasilitas sisi udara (airside) meliputi runway berdimensi 1.600 x 30 meter untuk mengakomodasi penerbangan pesawat propeller ATR 72-600 dan sejenis, apron seluas 69 x 103 meter dan taxiway dengan lebar 15 meter.

    “Setelah pembangunan tuntas 100%, dilakukan proving flight oleh Kemenhub dan Citilink, yang berjalan dengan lancar dan sukses,” ujar Muhammad Awaluddin. 

    Untuk sisi darat (landside), sudah diselesaikan pembangunan terminal penumpang dalam rangka minimum operation. 

    Personel bandara

    Muhammad Awaluddin menuturkan personel AP II siap mendukung operasional bandara, antara lain dari unit Aviation Security (Avsec), Apron Movement Control (AMC) dan Airport Rescue and Fire Fighting (ARFF) sudah siap, di samping personel administrasi dan maintenance yang juga sudah siap. 

    Stakeholder lain yang dipastikan mendukung operasional bandara antara lain ground handling, Pertamina, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kementerian Kesehatan (KKP Kemenkes), BMKG, AirNav Indonesia, serta maskapai Citilink, hingga penyedia transportasi moda darat.

    “Citilink menyambut positif dan mendukung rencana operasional penerbangan komersial di Bandara Jenderal Besar Soedirman,” ujar Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo.

    Direktur Utama AirNav Indonesia M. Pramintohadi Sukarno menyatakan kesiapan AirNav Indonesia.

    "Kami sudah menyiapkan prosedur, SDM dan safety assesment untuk layanan navigasi bandara ini. Semuanya baik dan siap mendukung pengoperasian bandara Jenderal Besar Soedirman yang rencana dioperasikan pada awal Juni 2021."

    Pada 1 April lalu, saat uji coba pendaratan pesawat Citilink ATR 72-600 telah diterapkan prosedur pendaratan  berbasis PBN (Perfomance Based Navigation).

    AirNav Indonesia berharap pengoperasian bandara ini dapat mendukung pertumbuhan penerbangan di Selatan Jawa dan berdampak terhadap perekonomian masyarakat.

    Pendukung konektivitas udara

    Muhammad Awaluddin menuturkan, “Di Pulau Jawa, trafik penerbangan lebih banyak di wilayah utara. Lokasi Bandara Jenderal Besar Soedirman yang lebih ke selatan dapat mendorong pertumbuhan trafik di selatan.

    AP II mendorong adanya rute penerbangan di wilayah selatan yang transit di setiap kota, dari  barat hingga timur Jawa.

    “Misalnya, rute dari Bandara Halim Perdanakusuma [Jakarta] - Bandara Husein Sastranegara [Bandung] - Bandara Jenderal Besar Soedirman [Purbalingga] - Bandara Banyuwangi. Rute yang seperti sebuah 'tol udara' ini memungkinkan, apalagi seluruh bandara tersebut dikelola oleh AP II,” ujar Muhammad Awaluddin. 

    Adapun untuk penerbangan sebaliknya dapat melalui wilayah utara, semisal: Banyuwangi - Surabaya - Semarang - Bandung - Jakarta.