Sukses

Wall Street Lesu Sambut Akhir Pekan, Investor Khawatir The Fed Kerek Suku Bunga

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 22 September 2023. Indeks Dow Jones alami koreksi terbesar di antara tiga indeks acuan lainnya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 106,58 poin atau 0,31 persen ke posisi 33.963,84. Indeks S&P 500 tergelincir 0,23 persen ke posisi 4.320,06. Indeks Nasdaq terpangkas 0,09 persen ke posisi 13.211,81. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (23/9/2023).

Sementara itu, saham Ford naik 1,9 persen setelah sumber mengatakan kepada CNBC, raksasa otomotif itu membuat kemajuan dalam negosiasi dengan serikat pekerja United Auto Workers yang melakukan pemogokan. Saham Stellantis melemah, diikuti General Motors yang tergelincir.

Penurunan wall street pada Jumat pekan ini menandai koreksi selama empat hari berturut-turut untuk tiga indeks acuan. Koreksi tiga indeks acuan itu terjadi karena investor bereaksi terhadap sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS yang akan mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 2,9 persen dan 3,6 persen pekan ini. Hal ini menandai kinerja yang melemah selama tiga pekan berturut-turut dan kinerja mingguan sejak Maret 2023. Indeks Dow Jones turun 1,9 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS melambung setelah bank sentral prediksi kenaikan suku bunga sekali lagi pada 2023. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang menjadi acuan melonjak ke level tertinggi sejak 2007 pada pekan ini. Sementara itu, suku bunga obligasi bertenor 2 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2006.

 

 

2 dari 4 halaman

Harga Minyak Berpotensi Menguat

“Hal ini mulai menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Investor mulai terbiasa dengan tingkat bunga lebih tinggi dan apa artinya bagi aset berisiko pada masa depan,” ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley.

Kekhawatiran juga meningkat karena penutupan pemerintahan atau shutdown yang dapat mengurangi kepercayaan konsumen dan semakin memperlambat ekonomi.

“Investor saat ini masih khawatir dengan penutupan pemerintahan. Pasar hanya menunggu untuk melihat kapan hal itu terjadi dan kemudian mencoba abaikan durasinya,” ujar Managing Partner Harris Financial, Jamie Cox.

Di sisi lain, JPMorgan prediksi, harga minyak akan kembali menguat. Analis Christyan Malek menaikkan peringkat seluruh sektor energi global ke peringkat overweight dalam riset pada Jumat pekan ini. “Supercyle energi pada akhirnya dapat menaikkan harga minyak mentah Brent hingga USD 150 per barel,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 21 September 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan saham Kamis, 21 September 2023. Hal ini seiring imbal hasil obligasi AS yang melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun.

Dikutip dari CNBC, Jumat (22/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 370,46 poin atau 1,08 persen ke posisi 34.070,42. Indeks S&P 500 tergelincir 1,64 persen menjadi 4.330. Indeks Nasdaq merosot 1,82 persen ke posisi 13.223,98.

Wall street mencatat koreksi selama tiga hari berturut-turut dan mencatat sesi terburuk sejak Maret di indeks S&P 500. Indeks Dow Jones dan S&P 500 cenderung melemah pekan ini dengan masing-masing turun lebih dari 1 persen dan 2 persen. Sedangkan indeks Nasdaq bersiap merosot lebih dari 3 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun sentuh level tertinggi 4,49 persen. Pada awal sesi perdagangan, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sentuh level tertinggi sejak 2007. Lonjakan imbal hasil obligasi dipicu data klaim pengangguran yang menunjukkan pasar tenaga kerja masih kuat. Hal ini dapat membuat bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) tetap pertahankan suku bunga.

Data klaim pengangguran turun 20.000 menjadi 201.000 hingga 16 September 2023. Realisasi klaim pengangguran ini turun dari prediksi ekonom oleh Dow Jones sebesar 225.000. Data klaim pengangguran itu terendah sejak Januari.

Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor 2 tahun menyentuh 5,2 persen, dan termasuk level tertinggi sejak 2006. "Itu semacam tanda peringatan bagi pasar saat ini. Imbal hasil tentu saja membebani selera risiko saat ini,” ujar Chief Technical Strategist LPL Financial, Adam Turnquist.

 

4 dari 4 halaman

Investor Cermati RUU

Selain itu, koreksi di wall street terjadi seiring pemimpin partai Republik di DPR memasukkkan majelis ke dalam masa reses pada Kamis pekan ini sehingga memperkuat kekhawatiran anggota parlemen federal tidak akan meloloskan rancangan undang-undang (RUU) untuk mencegah penutupan pemerintah atau shutdown.

Pelaku pasar khawatir kalau penutupan ekonomi akan merugikan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV 2023.

Pergerakan ini terjadi sehari setelah the Fed mengumumkan akan mempertahankan suku bunga tetapi prediksi kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun.

Bank sentral juga indikasikan penurunan suku bunga lebih sedikit pada 2024, dan pada dasarnya menuturkan bank sentral perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama karena inflasi yang masih tinggi.

Ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, setelah keputusan itu, soft landing terhadap perekonomian masih mungkin terjadi tetapi tidak dengan skenario dasarnya.

“Saya pikir kami melihat sedikit perbedaan antara apa yang diharapkan dan bagaimana keadaanya sebenarnya. Ketika Anda seorang investor, hal ini tampaknya tidak ideal karena tampaknya mengindikasikan lingkungan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka panjang,” ujar Analis Motley Fool Wealth Management, Shelby McFaddin.

Saham-saham teknologi memimpin koreksi pekan ini karena investor mempertimbangkan kembali pembelian saham yang berorientasi pada pertumbuhan jika suku bunga tetap tinggi. Saham Tesla, Alfabet, dan Nvidia merosot lebih dari 2 persen.

Sedangkan saham FedEx naik 4,5 persen sehari setelah perusahaan pengiriman itu membukukan laba yang disesuaikan sebesar USD 4,55 per saham pada kuartal pertama tahun fiskal.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • The Fed adalah salah satu bank sentral di AS yang tertua dan berdiri sejak tahun 1913 melalui kongres.

    The Fed

  • Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga.

    suku bunga

  • Wall Street

Video Terkini