Sukses

Wall Street Semringah Setelah Komentar The Fed Terkait Inflasi Bikin Tenang

Wall street kompak menguat pada perdagangan Selasa, 7 Februari 2023 usai pernyataan ketua the Fed Jeromel Powell menyebutkan ada tekanan inflasi mereda.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 7 Februari 2023 setelah komentar Ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengindikasikan inflasi telah mulai mereda.

Mengutip CNBC, Rabu (8/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 265,67 poin atau 0,78 persen ke posisi 34.156,69. Indeks S&P 500 naik 1,29 persen ke posisi 4.164. Indeks Nasdaq menguat 1,9 persen ke posisi 12.113,79.

Indeks utama di wall street memantul  tak setelah sambutan Jerome Powell di The Economic Club of Washington DC. Pada satu titik, indeks Dow Jones melambung lebih dari 275 poin.

Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik lebih dari 1 persen. Kenaikan indeks itu terjadi karena investor menyambut komentar Powell tentang disinflasi. Investor berharap bank sentral dapat terus memperlambat kebijakan kenaikan suku bunga.

"Proses disinflasi, proses menurunkan inflasi, telah dimulai, dan dimulai di sektor barang. Tapi perjalanannya masih panjang. Ini adalah tahap paling awal dari disinflasi,” ujar dia dikutip dari CNBC.

Kemudian, Powell menuturkan, dalam diskusi kalau the Fed dapat terpaksa menaikkan suku bunga lebih agresif yang dapat membuat investor ketakutan sejenak. Tiga indeks acuan sempat melemah setelah pernyataan Powell. Indeks acuan pun berbalik arah.

“Kenyataannya adalah kita akan bereaksi terhadap data tersebut. Jadi jika kita terus mendapatkan, misalnya laporan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang lebih tinggi, mungkin kita harus berbuat lebih banyak dan menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan,” kata dia.

Komentar Powell pada Selasa, 7 Februari 2023 mengikuti konferensi pers Powell pekan lalu setelah the Fed dongkrak suku bunga. Ia menuturkan, bank sentral membuat kemajuan yang solid dalam menurunkan inflasi. Komentar tersebut dipandang sebagai dovish oleh investor dan memicu reli saham.

"Pasar melakukan yang terbaik untuk mencoba mengabaikan dua skenario yang sangat berbeda, keduanya benar-benar didorong oleh apa yang akan dilakukan the Fed,” ujar Direktur Pelaksana Strategi dan Riset Aspiriant, Dave Grecksek.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

UBS Soroti META

Ia menambahkan, skenario adalah mendapatkan resesi atau tidak. Hal itu sangat tergantung di mata pasar seberapa cepat the Fed mendekati akhir kebijakan kenaikan suku bunga.

Sementara itu, UBS mengatakan platform Meta sedang membuat langkah dalam pertempuran yang sedang berlangsung untuk mengembalikan waktu yang dihabiskan kembali ke platform Instagram dan mengambil bagian dari TikTok.

"Komentar tentang EPS kuartal IV 2022 seputar keterlibatan video bentuk pendek mendukung indikasi sebelumnya META mengambil bagian dalam ruang ini, dan kami memperkirakan setiap pengurangan 10 persen dalam jeda waktu 18 menit yang dihabiskan pada 2022 antara Instagram dan TikTok mewakili penarik 1,4 ppts untuk pertumbuhan pendapatan terkonsolidasi,” ujar Analis Llyod Walmsley.

Walmsley menuturkan, meski perlu waktu untuk memperbaiki kesenjangan ini dan produk Reels perusahaan mungkin mencatat profitabilitas hingga akhir 2023 dan awal 2024. “Data menunjukkan Meta membuat kemajuan yang signifikan,” kata dia.

Disebutkan pada waktu global yang dihabiskan pada Januari untuk Instagram naik 5 persen year over year, sementara TikTok turun 6,4 persen year over year.

3 dari 4 halaman

Wall Street Lesu Terseret Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Senin, 6 Februari 2023. Koreksi wall street dipimpin oleh indeks Nasdaq seiring investor makin berhati-hati terhadap kenaikan imbal hasil obligasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 34,99 poin atau 0,1 persen ke posisi 33.891,02. Indeks acuan ini sempat merosot lebih dari 240 poin pada awal sesi perdagangan. Demikian mengutip laman CNBC, Selasa (7/2/2023).

Indeks S&P 500 tergelincir 0,61 persen ke posisi 4.111,08. Indeks Nasdaq membukukan kerugian terbesar dari tiga indeks acuan tersebut. Indeks Nasdaq merosot 1 persen ke posisi 11.887,45.

Investor merealisasikan keuntungan setelah awal tahun yang “panas” di pasar saham. Indeks S&P 500 naik lebih dari 7 persen pada 2023. Indeks Nasdaq telah naik selama lima minggu terakhir, rekor yang tidak terlihat sejak November 2021.

Imbal hasil obligasi negara naik dengan imbal hasil obligasi 10 tahun naik hampir 11 basis poin menjadi 3,64 persen dan imbal hasil obligasi dua tahun bertambah sekitar 18 basis poin menjadi 4,48 persen. Indeks dolar AS naik 0,76 persen pada Senin, 6 Februari 2023 sehingga makin berkontribusi terhadap penurunan saham.

Saham Apple turun 1,8 persen menekan Dow Jones karena kekhawatiran atas suku bunga lebih tinggi membebani sejumlah saham teknologi. Saham ritel dan Nike juga merosot. Sedangkan saham Merck dan Coca Cola naik di wall street.

“Sebagian besar pelaku pasar saham sedikit terguncang oleh kenaikan besar dalam imbal hasil obligasi pada hari kedua berturut-turut,” ujar Portfolio Manager Penn Mutual Asset Management, George Cipolloni, dikutip dari CNBC.

 

4 dari 4 halaman

Pelaku Pasar Menanti Laporan Keuangan

Selain imbal hasil obligasi, pasar juga hadapi awal pekan dengan rilis laporan keuangan. Saham Tyson Food turun 4,6 persen setelah laporan laba yang lebih lemah dari yang diharapkan. Saham The Children’s Place merosot 4 persen. Disney, Chipotle, DuPont, dan PepsiCo di antara perusahaan besar yang akan rilis kinerja keuangan pekan ini. Investor akan mencermati apakah kenaikan suku bunga menekan keuangan perusahaan.

Berdasarkan data Refinitiv, saat musim laporan keuangan, keuntungan perusahaan S&P 500 lebih rendah 2,7 persen pada kuartal IV 2022.

“Minggu lalu membahas tentang kebijakan moneter dan the Fed, Bank Sentral Eropa, dan Bank of England. Ini benar-benar tentang perusahaan Amerika Serikat dan apa yang mereka lihat,” ujar the US Head of Global Investment Strategy US Bank Ascent Private Capital Management, Tom Hainlin.

Investor juga akan mengamati pernyataan ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell di hadapan Economic Club of Washington.

Pekan lalu, komentar Powell tentang disinflasi menyebabkan investor menawar saham lebih tinggi dan mengabaikan kenaikan suku bunga lain dari bank sentral.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.