Sukses

Meneropong Nasib Batu Bara RI Jika China Buka Peluang Impor dari Australia

Jika permintaan dari China masih tinggi, artinya Indonesia masih memiliki ruang untuk memenuhi permintaan dari negeri tirai bambu itu

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan China dan Australia dikabarkan mulai pulih. China bahkan berencana membuka keran impor batu bara dari Australia. Meski begitu, batu bara dari Indonesia disebut masih membara.

Sebagai perbandingan, Head of Equity Analyst Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengungkapkan, harga batu bara acuan Indonesia tak serta merta mengikuti harga new castle. Sehingga saat harga batu bara Newcastle turun akibat turunnya harga gas di Eropa, kemungkinan harga batu bara Indonesia juga masih kompetitif. 

"Indonesia coal indeks tidak akan 1:1 korelasinya, karena saat harga new castle naik drastis di atas USD 400, harga aktual batu bara indonesia naiknya tidak setajam itu. Harapannya saat newcastle turun kita punya batu bara juga tidak terlalu turun,” kata dia dalam Economic and Market Outlook 2023, Selasa (10/1/2023).

Adrian menambahkan, jika permintaan dari China masih tinggi, artinya Indonesia masih memiliki ruang untuk memenuhi permintaan dari negeri tirai bambu itu. Di sisi lain, kemungkinan jenis batu bara yang disediakan oleh Indonesia dan Australia juga berbeda, sehingga dampak dibukanya keran impor batu bara dari Australia cenderung minim. 

China menghentikan impor batu bara dari Australia pada 2020. Pemerintah China beralasan  batu bara metalurgi dari Australia memiliki masalah kualitas lingkungan hidup. Untuk memastikan ketersediaan batu bara dalam negeri, China memilih beli batu bara dari Indonesia. Hal itu ditandai melalui kesepakatan perdagangan antara Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) dengan China Coal Transportation and Distribution.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Melihat Prospek Sektor Saham Energi di Tengah Koreksi Harga Komoditas

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Kamis, 5 Januari 2023.

Mengutip data RTI, IHSG anjlok 2,34 persen ke posisi 6.653,84. Indeks LQ45 melemah 2,03 persen ke posisi 906,66. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.813,42 dan terendah 6.621,98. Sebanyak 518 saham melemah sehingga menekan IHSG.

90 saham menguat dan 94 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.305.298 kali dengan volume perdagangan 23,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.452.

Indeks sektor saham mayoritas tertekan kecuali indeks sektor saham kesehatan menguat 0,45 persen. Sementara itu, sektor saham energi anjlok 5,48 persen, dan pimpin koreksi. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, saham-saham energi yang ekspansi di bidang hilirisasi masih prospektif. Tahun ini sentimen penggerak sektor saham energi, yakni permintaan komoditas energi global yang diperkirakan melemah karena potensi resesi global.

Cheryl menyebutkan, IMF juga sudah menyampaikan jika satu per tiga ekonomi global akan mengalami resesi. Bagi investor, saham ADRO, ITMG, dan INDY dapat dipertimbangkan.

Untuk saham ADRO dengan target harga Rp 3.700, ITMG dengan target harga Rp 40.300, dan INDY dengan target harga Rp 2.800.

 

 

3 dari 4 halaman

Tren Penurunan Harga Komoditas

Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, saham energi yang mayoritas terdiri dari saham batu bara dan migas memang pada 2023 berpotensi terkoreksi mengikuti harga komoditas batu bara dan minyak mentah yang mengalami tren penurunan pasokan dan cadangan yang meningkat.

Akan tetapi, permintaan masih lemah menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan harga komoditas tersebut. Selain itu juga, untuk batu bara, beberapa negara telah berencana untuk mengurangi penggunaannya sebagai sumber energi.

"Untuk sektor energi sendiri yang dapat dicermati yaitu yang melakukan diversifikasi bisnis maupun hilirisasi energi, antara lain ke energi terbarukan, bisnis terkait kendaraan listrik atau yang lainnya," kata Jono.

Emiten sektor energi yang melakukan bisnis tersebut, antara lain INDY, ADMR, dan AKRA. Namun, untuk saat ini memang sebaiknya juga menunggu kondisi bursa saham stabil, karena tekanan jual yang sedang tinggi saat ini di berbagai sektor.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, secara fundamental emiten energi masih solid berdasarkan kinerja keuangan mereka tahun ini dibandingkan sama tahun sebelumnya (year on year).

 

4 dari 4 halaman

Prospek

Arjun menilai, jika dilihat saham sektor energi seperti ADRO, MEDC, PGAS dan lainnya masih cukup undervalued berdasarkan PER dan PBV dibandingkan sama rata-rata emiten lain yang berada di sektor energi. 

"Dilihat dari prospek sektor, sektor energi juga masih akan prospektif pada tahun ini, walaupun kenaikannya mungkin tidak akan sebesar kenaikan 2022," kata Arjun.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menjelaskan, pihaknya melihat sektor energi akan cenderung melandai pada 2023. Hal ini disebabkan adanya resesi yang dapat menekan permintaan dari sektor energi. 

Di sisi lain, akan adanya pembukaan kembali ekspor batu bara Australia. Hal ini dapat mengakibatkan harga komoditas khususnya batu bara juga akan mengalami penurunan.

"Bisa diperhatikan PTBA dan ITMG tetapi saat ini bisa dilakukan wait and see terlebih dahulu jika ada pembalikan arah bisa dilakukan trading buy," ujar  dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri.

    impor

  • Australia

  • Batu Bara