Sukses

Wall Street Beragam Tersengat Kekhawatiran Potensi Resesi

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,19 persen ke posisi 3.933,92.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham, Rabu, 7 Desember 2022. Indeks S&P 500 turun pada hari kelima seiring pelaku pasar mempertimbangkan kemungkinan resesi dan kemungkinan siklus kenaikan suku bunga lebih lama dari perkiraan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,19 persen ke posisi 3.933,92. Indeks Dow Jones naik 1,58 poin ke posisi 33.597,92. Indeks Nasdaq melemah 0,51 persen ke posisi 10.958,55.

Imbal hasil obligasi AS juga turun dengan tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke posisi titik terendah 3,402 persen. Saham bergejolak antara keuntungan dan koreksi dengan indeks S&P 500 naik 0,41 persen. Sedangkan pada posisi terendahnya, indeks tersebut melemah 0,47 persen.

"Pasar agak terombang-ambing dan menemukan nafas setelah reli besar dari posisi terendah pada Oktober 2022,” ujar Chief Market Strategist Carson Group, Ryan Detrick seperti dikutip dari CNBC, Kamis (8/12/2022).

Ia berharap pasar melanjutkan tren ini hingga investor menerima lebih banyak kejelasan dari pertemuan kebijakan the Fed pada Desember dan laporan indeks harga konsumen pada November 2022.

Pekan depan, bank sentral AS akan memberikan kenaikan suku bunga 50 basis poin. Sementara, langkah itu akan lebih kecil dibandingkan dengan empat kenaikan suku bunga sebelumnya, kekhawatiran mengenai apakah the Fed dapat merekayasa apa yang disebut soft landing hingga berhasil menekan inflasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kekhawatiran Resesi

Kekhawatiran tentang resesi pada 2023 telah membuat beberapa investor ketakutan dalam beberapa hari terakhir.

"Secara keseluruhan, indikator keuangan menunjukkan resesi. Indeks S&P 500 telah mencapai puncak menjelang resesi dengan waktu tunggu rata-rata empat bulan selama beberapa siklus bisnis terakhir,” ujar Azhar Iqbal dari Wells Fargo.

Investor menunggu lebih banyak data ekonomi pekan ini untuk mengetahui petunjuk tentang apa yang diharapkan dari the Fed dengan data klaim pengangguran akan dirilis Kamis pekan ini. Indeks harga produsen pada November 2022 dan data sentimen konsumen awal pada Desember 2022 untuk djiadwalkan pada Jumat pekan ini.

Selama sepekan,indeks acuan cenderung lesu. Indeks Dow Jones melemah 2,42 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 3,38 persen dan 4,39 persen.

3 dari 4 halaman

PHK di Sejumlah Sektor

Pemutusan hubungan kerja (PHK) atau berita pengurangan tenaga kerja telah menghantam sektor teknologi dalam beberapa pekan terakhir. Jefferies menyatakan, sektor-sektor tertentu jelas merasakan lebih banyak kesulitan dari pada yang lain.

“Area yang paling menderita dalam perombakan ini termasuk teknologi, properti dan saham otomotif online,” tulis Analis Brent Thill kepada klien.

Hal itu termasuk Carvana yang memberhentikan 8 persen tenaga kerjanya bulan lalu dan Redfin. Periklanan juga mengalami koreksi yang solid karena perusahaan mengalami perlambatan.

"Pengikisan daftar pekerjaan milik kami menunjukkan penurunan dalam lowongan pekerjaan di seluruh cakupan karena pengurangan jumlah karyawan semakin cepat hingga akhir tahun,” tulisnya.

PHK di sektor ini terjadi sebagai respons atas perusahaan yang mempekerjakan karyawan secara berlebihan selama pandemi COVID-19 dengan banyak pemimpin teknologi sekarang menghadapi pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan karena konsumen melemah dan penurunan yang membayangi.

Dalam cakupan Jefferies, data kepemilikan menunjukkan Microsoft mengalami penurunan 85 persen dalam daftar pekerjaan yang aktif sejak awal 2022.

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 7 Desember 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali tersungkur pada perdagangan saham, Selasa, 6 Desember 2022. Hal ini seiring kekhawatiran resesi akan mengancam wall street.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 1,4 persen ke posisi 3.941,26. Indeks Nasdaq terpangkas 2 persen ke posisi 11.014,89. Indeks Dow Jones merosot 350,76 poin atau 1,03 persen ke posisi 33.596,34.

Saham menambah koreksi yang telah terjadi pada Senin, 5 Desember 2022. Indeks S&P 500 jatuh selama empat hari berturut-turut. Pergerakan perdagangan saham Selasa pekan ini membawa kerugian Dow Jones menjadi lebih dari 830 poin.

Saham media dan bank yang cenderung terpukul selama resesi memimpin koreksi. CEO Paramount Global memperingatkan pendapatan iklan kuartal IV yang lebih rendah membuat saham turun hampir 7 persen.

Saham Morgan Stanley merosot di tengah berita rencana memangkas dua persen tenaga kerjanya. Hal ini melanjutkan tren pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor tersebut. Saham-saham teknologi yang fokus pada pertumbuhan antara lain Nvidia, Amazon dan Meta Platforms juga membebani pasar.

“Pada dasarnya, kami melihat putaran lain PHK besar-besaran minggu ini dan itu hanya meningkatkan kemungkinan kami mengalami hard landing pada 2023 dan memasuki resesi yang lebih dalam dari yang diperkirakan semula,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan seperti dikutip dari CNBC, Rabu (7/12/2022).

CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon menggemakan, kekhawatiran akan penurunan ke depan selama wawancara dengan CNBC. Ia menuturkan, inflasi akan mendorong ekonomi ke dalam resesi. Inflasi dan dampaknya terhadap konsumen sangat mungkin menekan ekonomi dan menyebabkan resesi ringan dan keras yang dikhawatirkan orang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.