Sukses

Mobilitas Generasi Muda Jadi Penyelamat Indonesia dari Ancaman Resesi

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menilai, investor asing melihat Indonesia masih menjanjikan.

Liputan6.com, Jakarta - Generasi muda disebut sebagai salah satu pihak yang menopang pertumbuhan ekonomi domestik jika resesi terjadi.

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menilai, sektor yang menarik dicermati pada kondisi tersebut adalah yang berkaitan dengan mobilitas seiring generasi muda menjadi pelaku utamanya.

"Yang harus kita lihat itu adalah sektor-sektor yang berbasis mobilitas. Jadi itulah sumber pertumbuhan Indonesia jika ada resesi 2023. Salah satu yang sebabkan Indonesia bergerak itu adalah generasi muda,” kata Prof. Ari dalam Seminar CMSE 2022, Kamis (13/10/2022).

Dia menuturkan, generasi muda saat ini tidak perlu semuanya menetap di kota besar seperti Jakarta atau kota primer lainnya. Hal ini mengacu pada tren pekerjaan generasi muda saat ini yang bisa dilakukan jarak jauh atau daring dari kota sekunder.

Kondisi ini menjadi potensi bagi pertumbuhan ekonomi kota-kota sekunder ke depannya. Di sisi lain, bonus demografi usia produktif di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri di tengah isu resesi dan inflasi tinggi. 

Ari menilai, investor akan mempertimbangkan Indonesia lantaran memiliki SDM produktif yang melimpah dengan upah yang relatif murah utamanya di kota-kota sekunder. Pada akhirnya, generasi produktif ini juga akan menyasar kota-kota sekunder di mana pabrik mulai menjamur.

"Kalau ada pabrik, perlu kelas menengah pekerja. Lalu mereka butuh sekolah, butuh perubahan dan fasilitas penunjang lain. Itulah yang disebut sektor berbasis mobilitas dalam arti luas," tutur Ari.

Dia menilai, kondisi ini juga yang turut mengerek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap hijau di tengah ekonomi global memburuk. Investor asing melihat Indonesia masih menjanjikan.

“Jadi itu yang sebabkan IHSG naik, asing merasa bahwa Indonesia punya kelas menengah sehingga harus berinvestasi di Indonesia,” imbuh dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

OJK Sebut Ekonomi Global Bakal Hadapi Perfect Storm

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, Indonesia ke depan akan dihadapkan dengan berbagai krisis yang disebut The Perfect Storm. Hal itu terdiri dari inflasi tinggi, resesi, dan geopolitik.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kondisi global saat ini layaknya badai. 

"Hanya memang banyak yang bertanya apakah ini topan, taifun, atau perfect storm. Nampaknya perfect storm yang akan terjadi probabilitasnya ke depan," kata Mahendra dalam konferensi pers, Selasa (11/10/2022).

Mahendra menuturkan, dalam konteks ekonomi global The Perfect Storm artinya tiga hal menjadi satu, yaitu inflasi tinggi yang bahkan negara maju mengalami terakhir 30-40 tahun lalu sepanjang sejarah. Kedua adalah resesi baik itu teknikal resesi atau lainnya. Selain itu, ketiga terdapat aspek yang tidak bisa diprediksi yang luar biasa, yakni geopolitik. 

"Ketiga ini tidak diajarkan karena tidak jadi bagian ekonomi mestinya tapi ternyata ini faktor paling penyebab ketidakpastian. Berapa lama dan berapa besar, kita tidak tahu pasti. Tapi bahwa ada badai dan perfect storm pasti akan terjadi," kata dia.

Dia menambahkan, OJK sebagai regulator bertugas untuk menjaga stabilitas keuangan, bukan hanya mencermati.

"Yang kita lakukan bukan sekadar mencermati dan memantau apalagi menyesali, tapi justru berkoordinasi, membahas untuk dapat memitigasi termasuk dengan apa yang disebut Stress test (pengujian) terhadap kemungkinan yang terjadi," ujar dia.

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Positif

Menurut ia, hal tersebut dilakukan agar bisa mengatasi risiko yang mungkin terjadi. Mahendra menegaskan, setelah itu, penting untuk berfokus pada agenda utama untuk memperkuat dan mempertahankan ekonomi Indonesia. 

"Tapi setelah itu, maka kita fokus agenda utama. Karena mencermati ekonomi global bukan agenda utama RI. Yang dilakukan ialah memperkuat dan mempertahan pertumbuhan ekonomi Indonesia agar terus berlangsung. Itu agendanya bukan mencermati dan memperkirakan ekonomi dunia," kata Mahendra.

Mahendra menilai ekonomi Indonesia pertumbuhannya tetap baik. Diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai di atas 5 persen hingga 2023. 

"Ekonomi Indonesia kita lihat dari kaca mata pertumbuhan ekonomi tetap baik maupun perkiraan lembaga internasional dan analis. Semua menyatakan Indonesia akan tetap tumbuh terjaga di kisaran atau bahkan di atas 5 persen untuk tahun ini dan depan," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Agenda Besar

Selanjutnya, Indonesia juga masih mendapatkan sentimen positif dari industri manufaktur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) yang berada di atas 50.

"Paling penting lagi Indonesia secara keseluruhan ekonominya menjalankan agenda reformasi. Sekalipun kondisi berat tadi. Kita berhadapan dengan risiko inflasi yang dapat dikendalikan setelah 1-2 bulan," kata dia.

Sementara itu, Mahendra menuturkan, agenda besar reformasi sektor jasa keuangan yang sedang dimatangkan yakni Undang-Undang (UU) Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), akan dibuka jenis industri, bidang, sektor jasa keuangan yang sebelumnya tidak ada atau sudah ada untuk dioptimalkan.

Tak hanya itu, OJK juga mendukung hilirisasi peningkatan nilai tambah industri untuk menciptakan lapangan kerja dan rantai pasok di dalam negeri bagi produksi SDA, baik mineral dan pertanian. 

"Ini berbeda dengan badai dunia, karena ini bisa dikontrol dan diprediksi sehingga kita bisa fokus," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.