Sukses

Intip Lima Film Mengenal Pasar Modal Termasuk Saham

Berikut lima film dan acara TV untuk mengenal investasi saham dan pasar modal.

Liputan6.com, Jakarta - Investasi saham kini makin populer. Ini juga ditunjukkan dari jumlah investor saham yang meningkat pada 2022.

Berdasarkan data KSEI, jumlah investor modal mencapai 9,31 juta hingga Juli 2022, atau naik 24,43 persen pada 2021 sebesar 7,48 juta. Jumlah investor C-Best tercatat 4,05 juta hingga Juli 2022, atau bertambah 17,61 persen dari posisi 2021 sebesar 3,45 juta.

Sementara itu, jumlah investor reksa dana naik 26,31 persen menjadi 8,63 juta hingga Juli 2022 dari posisi 2021 sebesar 6,84 juta.Jumlah investor surat berharga negara (SBN) naik 20,50 persen menjadi 736.441 hingga Juli 2022 dari posisi 2021 sebesar 611.143.

Untuk menjadi investor juga perlu dibekali mengenai literasi dan pendidikan mengenai produk investasi termasuk menjadi investor saham. Menjadi investor saham dapat mempelajari saham dari berbagai media termasuk melalui film tentang saham.

Dengan film ini tidak hanya menghibur  tetapi juga memberi informasi dan mengenal dekat mengenai pasar modal termasuk saham. Berikut lima film dan acara TV untuk mengenal investasi saham dan pasar modal dikutip dari the guardian dan berbagai sumber, Kamis (18/8/2022)

1. Black Monday

Serial ini merujuk pada kejadian di 19 Oktober 1987. Saat itu merupakan hari terburuk bagi pasar saham Amerika, atau Black Monday.

Diproduksi oleh Seth Rogen, komedi teknik warna ini dimaksudkan untuk menceritakan kisah tentang siapa yang menjadi biang kerok dari Black Monday, dan bagaimana caranya. 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

The Wolf of Wall Street

2. The Wolf of Wall Street

The Wolf of Wall Street terinspirasi oleh mantan pialang saham Jordan Belfort (diadaptasi dari memoarnya dengan nama yang sama), yang bereaksi terhadap film tersebut dengan menggugat pemodal dan meminta kompensasi USD 300 juta.

Film ini memberatkan penggambarannya tentang budaya Wall Street sebagai lubang maskulinitas beracun dan berbagai jenis "isme" - hedonisme, chauvinisme, seksisme. 

Film tersebut menunjukkan agar sukses sebagai pialang saham terkenal tidak hanya melibatkan sikap kejam dan perhitungan, tetapi juga menampilkan pertunjukan dan menarik naluri dasar orang. 

3. Trading Places

Tokoh utama yang yang diperankan Eddy Murphy merupakan penipu jalanan menyamar sebagai manajer firma komoditas. Pada 15 menit terakhir, film ini menggambarkan dengan akurat bagaimana hiruk-pikuknya perdagangan di pasar komoditas.

4. American Psycho

American Psycho mengambil latar pada akhir 1980-an, puncak masa kejayaan pusat perdagangan uang dan saham Wall Street. Film ini bercerita tentang seorang pialang saham New York bernama Patrick Bateman yang melakukan berbagai kejahatan mengerikan.

American Psycho, film Mary Harron, di permukaan tampak mengisahkan seorang psikopat. Padahal, film ini sejatinya menunjukkan kesakitan dan kegilaan dalam skala luas: masyarakat dalam budaya kapitalisme.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

The Big Short

Di sini, terdapat interaksi teks dalam novel dan filmnya dengan karya kreatif lain. Misalnya, karakter Bateman yang Ellis ciptakan mengingatkan kita kepada Gordon Gekko (Michael Douglas) dalam film Oliver Stone, Wall Street (1987). Gekko terkenal dengan ucapan “greed is good”, yang merefleksikan “ideologi” Wall Street. 

American Psycho menguliti lapisan luar kehidupan seorang eksekutif muda, kaya, tampan, dan berpendidikan yang tampak cemerlang. Ia kemudian menguak lapisan dalamnya, yang ternyata berisi keliaran, kerusakan moral, dan ketidakberadaban.

5. The Big Short

The Big Short mengangkat kisah tentang gelembung keuangan atau krisis ekonomi yang terjadi pada era 2000-an. Kejadian itu ternyata menyebabkan krisis keuangan global pada 2007-2010. 

Film ini mengisahkan empat orang pria yang memiliki ide gila tapi brilian di saat sedang terjadi krisis perekonomian dunia. Empat orang tersebut kemudian memutuskan untuk mengambil alih bank-bank besar karena keserakahan dan kurangnya pandangan ke depan.

 

4 dari 5 halaman

Penutupan Wall Street pada 17 Agustus 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 17  Agustus 2022. Reli yang telah mendorong harga lebih tinggi sejak Juni tampak kehilangan tenaga.

Di sisi lain, pelaku pasar juga menilai data ritel terbaru dan risalah dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 171,69 poin atau 0,5 persen ke posisi 33.980,32. Indeks S&P 500 susut 0,72 persen menjadi 4.274,04. Indeks Nasdaq tergelincir 1,25 persen menjadi 12.938,12.

Indeks Dow Jones menghentikan kenaikan beruntun dalam lima hari tetapi menyelesaikan sesi mingguan yang sedikit positif hingga kini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing tergelincir 0,14 dan 0,84 persen sejak awal pekan.

Saham bergejolak karena pelaku pasar menilai risalah pertemuan the Fed terbaru menunjukkan bank sentral akan melanjutkan kenaikan agresif hingga dapat meredam inflasi.

Pada saat yang sama, the Fed juga mengindikasikan dapat segera memperlambat kecepatan pengetatannya, sementara juga mengakui keadaan ekonomi dan risiko penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

 

 

5 dari 5 halaman

Selanjutnya

“Peserta menilai ketika sikap kebijakan moneter semakin diperketat, kemungkinan akan menjadi tepat di beberapa titik untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga sambil menilai efek penyesuaian kebijakan kumulatif pada kegiatan ekonomi dan inflasi,” kata risalah tersebut dilansir dari CNBC,  Kamis (18/8/2022).

Sementara itu, pelaku pasar juga terus menyisir laba korporasi dari sektor ritel. Saham Target tergelincir 2,6 persen setelah membukukan laba jauh dari harapan karena bergulat dengan kelebihan persediaan. Lowe mengakhiri sedikit lebih tinggi meskipun kuartal beragam.

Data penjualan ritel yang dirilis Rabu mendatar pada Juli, meskipun konsumen memang meningkatkan belanja online.

“Tidak mengherankan melihat pasar mengambil nafas dari reli musim panas yang sedang berlangsung,” ujar Direktur Pelaksana E-Trade Financial, Chris Larkin.

Ia menambahkan, pasar mencari tanda-tanda perlambatan kenaikan suku bunga yang tampaknya telah memicu kenaikan baru-baru ini akan datang. “Investor harus tetap gesit dan terus mengharapkan volatilitas karena kita mungkin belum keluar dari masalah,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.