Sukses

Wall Street Anjlok, Investor Khawatir Kenaikan Kasus COVID-19

Wall street alami aksi jual dan tiga indeks utama kompak tertekan pada awal pekan ini karena kekhawatiran investor terhadap kenaikan kasus COVID-19.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Senin, 19 Juli 2021. Hal ini seiring kenaikan kasus COVID-19 dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Aksi jual meningkat di wall street. Indeks Dow Jones alam hari terburuk sejak Oktober 2020. Indeks Dow Jones merosot 725,81 poin atau 2,1 persen ke posisi 33.962,04. Pada satu titik selama sesi perdagangan di wall street, indeks Dow Jones sempat tergelincir 946 poin.

Indeks S&P 500 turun 1,6 persen menjadi 4.258,49. Sektor energi, keuangan dan industri mencatat kinerja performa yang buruk. Indeks Nasdaq susut 1,1 persen menjadi 14.274,98, dan catat penurunan dalam lima hari serta alami penurunan terburuk sejak Oktober 2020.

Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun raih posisi terendah dalam lima bulan menjadi 1,17 persen memperburuk kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi karena kasus COVID-19. Indeks Russell 2000 yang berisi saham-saham kapitalisasi kecil turun 1,5 persen. Indeks tersebut merosot ke wilayah koreksi dengan turun lebih dari 10 persen pada posisi tertinggi pada Maret 2021.

"Anda memiliki dua kekhawatiran. Kekhawatiran secara teknikal dan tentang pertumbuhan,” ujar Chief Economic Advisor Allianza, Mohamed El-Erian dilansir dari CNBC, Selasa (20/7/2021).

Kasus COVID-19 melonjak di AS pada Juli 2021 dengan varian delta menyebar di antara masyarakat yang belum divaksinasi. Rata-rata hampir 26.000 kasus baru sehari di Amerika Serikat dalam tujuh hari terakhir.

Angka ini naik dari rata-rata dalam tujuh hari sekitar 11.000 kasus dalam sehari pada bulan lalu, berdasarkan data CDC. Kasus COVID-19 karena varian delta sudah menyebar di seluruh dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indeks yang Mengukur Volatilitas Meningkat

Indeks volatilitas Cboe naik 25 di tengah aksi jual di pasar saham secara luas, dan merupakan level tertinggi sejak Mei. Indeks yang mengukur ketakutan ini melihat harga opsi di indeks S&P 500 untuk melacak tingkat ketakutan di wall street.

Maskapai terpukul karena investor kembali menilai, apakah perjalanan oleh konsumen akan memenuhi harapan yang tinggi. Saham Delta dan American Airlines masing-masing turun sekitar empat persen. Saham United Airlines susut lima persen.

Saham-saham utama yang terkait pertumbuhan ekonomi global juga turun. Saham Boeing susut lima persen, General Motors dan Caterpillar masing-masing turun sekitar dua persen.

"Pasar tampaknya siap untuk lebih defensif karena mengalami perlambatan yang berarti dalam pendapatan dan pertumbuhan ekonomi,” ujar Chief US Equity Strategist Morgan Stanley, Mike Wilson.

Ia mengatakan, pasar telah memburuk selama berbulan-bulan dan hanya konfirmasi lain dari transisi pertengahan siklus dalam pandangannya. “Biayanya diakhir dengan koreksi level indeks material 10-20 persen,” ujar dia.

Wilson menyarankan nasabahnya untuk membeli saham barang konsumsi seperti Mondelez International untuk mengatasi penurunan.

3 dari 4 halaman

Harga Minyak Turun

Harga minyak turun di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan dan karena OPEC+ setuju untuk mulai menghentikan pengurangan produksi secara bertahap.

Saham energi termasuk yang mencatat kinerja buruk dengan saham ConocoPhillips turun lebih dari tiga persen. Saham Exxon Mobil juga merosot tiga persen.

Harga minyak mentah WTI melemah 7,5 persen menjadi USD 666,42 per barel. Sektor SDPR energi melemah empat persen, dan catat kinerja terburuk di antara 11 sektor saham.

Sektor keuangan SPDR mencatat kinerja terburuk kedua, dengan turun 2,8 persen karena penurunan imbal hasil menghambat prospek keuntungan bank. Saham JPMorgan melemah 3,2 persen dan Bank of America tergelincir 2,6 persen.

Saham perusahaan teknologi raksasa juga tidak kebal terhadap aksi jual dengan Apple dan Alphabet masing-masing turun sekitar dua persen.

4 dari 4 halaman

Miliader Bill Ackman Prediksi Ekonomi Bakal Tumbuh

Meskipun penurunan terjadi pada Senin, 19 Juli 2021, pasar saham masih tidak terlalu bergejolak. Indeks S&P 500 hanya 3,1 persen di bawah rekor yang dicapai pekan lalu dan investor berharap hasil pendapatan yang lebih baik dari perkiraan akan menempatkan posisi terendah di bawah pasar.

Investor dan juga miliarder Bill Ackman mengatakan, penyebaran varian delta COVID-19 tidak menimbulkan ancaman signifikan terhadap pembukaan kembali ekonomi karena dapat mempercepat laju herd immunity.

"Saya berharap apa yang dilakukan ada memotivasi siapa saja yang tidak mendapatkan vaksin untuk mendapatkan vaksin. Saya tidak berpikir itu akan mengubah sebagian besar perilaku,” ujar dia.

Ia menilai, ekonomi bakal melonjak. “Kita akan memiliki ekonomi yang sangat kuat pada musim gugur,” ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.