Sukses

IPO Perusahaan Teknologi Bakal Tarik Minat Investor Asing Masuk Pasar Saham RI

Rencana IPO beberapa saham teknologi Indonesia dinilai positif bagi pasar saham Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) beberapa saham teknologi dapat menjadi katalis yang menarik investor baik domestik dan asing.

Hal itu disampaikan Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan.

Ia memandang positif rencana IPO beberapa saham teknologi Indonesia karena dapat menarik minat investor baik asing dan domestic untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia.

"Dengan potensi ekonomi digital yang besar di Indonesia, saham perusahaan teknologi Indonesia akan mendapat perhatian dari investor secara global, terutama setelah porsi investor asing menurun beberapa tahun ini terbuka potensi aliran dana asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia dan berdampak positif pada kinerja IHSG,” ujar dia, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (19/6/2021).

Ia menambahkan, tidak hanya bagi pasar saham, potensi portfolio flow juga dapat berdampak positif bagi neraca pembayaran Indonesia ke depannya.

Katarina menuturkan, berbeda dengan ekonomi riil Indonesia dengan perusahaan teknologi telah berkembang, pasar saham Indonesia eksposur terhadap sektor teknologi masih sangat rendah

"Belum banyak perusahaan teknologi besar yang melakukan IPO di pasar Indonesia,” ujar dia.

Katarina menuturkan, bobot sektor teknologi dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya sekitar 0,8 persen, jauh lebih kecil dari bobot tersebut di pasar Amerika Serikat yang mencapai 27 persen dalam indeks S&P 500, dan mencapai 18 persen dalam indeks MSCI Asia Pasifik.

Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor mengapa kinerja pasar saham Indonesia tertinggal dibanding pasar saham regional dalam beberapa tahun ke belakang karena minat investor global yang sangat tinggi terhadap sektor teknologi.

Jadi aliran dana investor ke Asia mengalir ke pasar saham negara-negara yang memiliki eksposur tinggi di sektor teknologi seperti China, Taiwan dan Korea Selatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Ekonomi Digital

Meski demikian, Indonesia juga memiliki tantangan dalam mengembangkan ekonomi digital. Katarina menuturkan, ada sejumlah tantangan yang harus diperhatikan. Pertama, akses internet.

Untuk hal ini Indonesia berada pada peringkat 57 dari 100 negara berdasarkan Inclusive Internet Index dari The Economist di 2020 yang dinilai berdasarkan ketersediaan, harga, dan kesiapan masyarakat untuk mengakses internet. Isu ini terutama terjadi di luar kota besar yang kesulitan untuk mendapat akses internet yang dapat diandalkan.

Kedua, logistik. Indonesia adalah negara kepulauan yang besar sehingga biaya logistik relatif lebih tinggi dibanding negara lain. 

Logistic Performance Index dari World Bank menempatkan Indonesia pada peringkat 46 di dunia, lebih rendah dibanding negara ASEAN lain seperti Malaysia (41), Vietnam (39), Thailand (32), dan Singapura (7).

Ketiga, Kepercayaan konsumen dan keamanan siber. Potensi peningkatan adopsi teknologi berjalan selaras dengan kepercayaan konsumen dan keamanan data. Kasus data konsumen yang bocor dapat menghambat akselerasi adopsi digital di Indonesia.

Keempat, SDM. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, persiapan kompetensi SDM menjadi kunci penting dalam menghadapi perubahan tren industri menuju era digitalisasi.

Kemenkominfo menyatakan terdapat kesenjangan 9 juta tenaga kerja digital hingga 2030 antara kebutuhan industri dengan tenaga kerja yang tersedia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.