Sukses

Bursa Saham Asia Tergelincir Imbas Sinyal The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga

Bursa saham Asia mengikuti wall street yang tertekan seiring the Fed memberikan sinyal kenaikan suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Kamis pagi (17/6/2021) seiring investor merespons hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang memberi sinyal kenaikan suku bunga.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,33 persen pada awal perdagangan saham. Indeks Topix cenderung mendatar. Indeks Korea Selatan Kospi tergelincir 0,62 persen. Indeks Australia ASX 200 susut 0,14 persen. Australia akan rilis data tenaga kerja pada Mei 2021. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,54 persen.

The Fed mengemukakan kerangka waktu mengenai langkah selanjutnya untuk menaikkan suku bunga. Hal ini disebut dot plot, harapan anggota the Fed menunjuk langkah menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada 2023.

"Dot plot the Fed yang baru menunjukkan anggota median FOMC sekarang memperkirakan dua kenaikan suku bunga the Fed pada 2023, ini berlawanan dengan tidak sama sekali pada Maret. Mewakiliki kejutan hawkish dari pertemuan the Fed,” ujar Head of Foreign Exchange Strategy National Australia Bank, Ray Attrill, dikutip dari CNBC, Kamis (17/6/2021).

Di wall street, indeks Dow Jones melemah 265,66 poin ke posisi 34.033,67. Indeks S&P 500 tergelincir 0,54 persen menjadi 4.223,70. Indeks Nasdaq susut 0,24 persen menjadi 14.039,68.

Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 110,75 per dolar AS. Harga minyak lebih rendah pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak Brent berjangka susut 0,71 persen menjadi USD 73,86 per barel. Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat tergelincir 0,75 persen menjadi USD 71,61 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wall Street Tergelincir Usai Beri Sinyal Kenaikan Suku Bunga

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 16 Juni 2021. Wall street merosot setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan harapan inflasi dan menaikkan kerangka waktu kapan akan menaikkan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 265,66 poin atau 0,8 persen menjadi 34.033,67. Rata-rata saham unggulan melemah tajam setelah pernyataan the Fed. Indeks S&P 500 tergelincir 0,5 persen menjadi 4.223,70 didorong sektor saham utilitas dan kebutuhan konsumen.

Indeks saham acuan turun satu persen setelah 11 sektor saham anjlok ke zona merah. Selain itu, indeks Nasdaq turun 0,2 persen menjadi 14.039,68 setelah sempat susut 1,2 persen ke posisi terendah.

The Federal Reserve mengindikasikan kenaikan suku bunga dapat terjadi segera setelah 2023 setelah memberi sinyal pada Maret tidak ada kenaikan hingga tahun itu.

“Ini bukan yang diharapkan pasar. The Fed sekarang memberi sinyal suku bunga perlu naik lebih cepat. Perubahan sikap ini sedikit mengejutkan dengan klaim the Fed baru-baru ini lonjakan inflasi baru-baru ini bersifat sementara,” Wakil Kepala Ekonom Aberdeen Standard Investments James McCann, dilansir dari CNBC, Kamis (17/6/2021).

Indeks saham utama diperdagangkan dari posisi terendah setelah Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan, apa yang disebut proyeksi dot-plot yang merinci perkiraan anggota the Fed untuk kenaikan suku bunga pada masa mendatang.

Bank sentral AS tidak memberikan indikasi kapan akan mulai mengurangi pembelian obligasi yang agresif yang juga membantu mendorong kenaikan pasar. The Fed telah membeli obligasi senilai USD 120 miliar setiap bulan.

Ketua the Fed mengatakan, bank sentral memberitahukan informasi lanjutan sebelum mengumumkan langkahnya untuk mengurangi pembelian aset.

“Anda dapat menganggap pertemuan yang kami lakukan ini sebagai pertemuan berbicara tentang membicarakan. Dalam pertemuan mendatang, komite akan terus menilai kemajuan ekonomi menuju tujuan kami,” ujar Powell.

Powell menuturkan, pihaknya akan memberitahukan terlebih dahulu sebelum mengumukan keputusan apapun.

“Seperti yang telah kami katakan, kami akan memberitahukan terlebih dahulu sebelum mengumumkan keputusan apapun untuk melakukan perubahan pada pembelian kami,” ujar dia.

3 dari 3 halaman

Naikkan Inflasi

The Fed juga menaikkan harapan inflasi utama menjadi 3,4 persen pada 2021, angka ini lebih tinggi dari proyeksi Maret. Pada pernyataan sebelumnya, the Fed menyebutkan tekanan inflasi bersifat sementara.

Pertemuan the Fed terjadi saat inflasi memanas dengan harga produsen naik pada tingkat tahunan tercepat dalam hampir 11 tahun selama Mei. Powell menuturkan, inflasi bisa berjalan lebih panas dari yang diharapkan the Fed di tengah pemulihan ekonomi.

“Seiring pembukaan kembali berlanjut, pergeseran permintaan bisa besar, cepat, dan macet. Kesulitan perekrutan dan kendala lainnya dapat terus membatasi seberapa cepat pasokan dapat menyesuaikan, meningkatkan kemungkinan inflasi bisa menjadi lebih tinggi dan lebih konsisten dari yang kami harapkan,” kata Powell.

Pembukaan kembali ekonomi memberi pasar yang lebih luas dengan beberapa dukungan. Saham Royal Caribbean naik hampir dua persen, Norwegian Cruisse Line naik mendekati tiga persen setelah saham dinaikkan dari Wolfe Research. Saham United Airlines dan American Airlines juga mencatat keuntungan.

Pada Rabu 16 Juni 2021, China mengatakan akan melepaskan logam industri termasuk tembaga, aluminium, dan seng dari cadangan nasionalnya untuk mengekang harga komoditas. Harga tembaga telah turun lebih dari 10 persen dari posisi rekornya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.