Sukses

Pertama dalam Sejarah, Piala Dunia 2022 Qatar Digelar pada Musim Dingin dengan Biaya Termahal

Qatar merupakan negara dengan iklim gurun, sehingga rata-rata musim panas di Qatar bisa mencapai 37°C.

Liputan6.com, Yogyakarta - Piala Dunia 2022 telah berlangsung di Qatar sejak 20 November lalu. Tidak seperti edisi-edisi sebelumnya yang digelar setiap musim panas, Piala Dunia kali ini digelar pada musim dingin untuk pertama kalinya.

Sebelumnya, Piala Dunia selalu digelar pertengahan tahun atau saat musim panas. Bukan tanpa alasan, gelaran Piala Dunia di musim dingin ini untuk melindungi para pemain dari sengatan panas di Qatar.

Pasalnya, Qatar merupakan negara dengan iklim gurun, sehingga rata-rata musim panas di Qatar bisa mencapai 37°C. Mengutip dari Weather Spark, bulan terpanas dalam setahun di Qatar adalah Juli, yakni antara 31°C hingga 41°C.

Kondisi tersebut dinilai terlalu panas untuk melangsungkan pertandingan sepak bola. Sementara itu, pada musim dingin, suhu tertinggi harian rata-rata berada di bawah 26°C.

Adapun suhu maksimum pada bulan November di ibu kota Qatar, Doha, mencapai 29°C dengan suhu minimum 21°C. Pada bulan Desember, suhu maksimum bisa menyentuh angka 24°C, sedangkan suhu minimumnya mencapai 16°C.

Karena kondisi ini, sejak 2015 lalu, FIFA telah mengumumkan Piala Dunia 2022 akan digelar saat musim dingin pada November-Desember. Hal ini untuk menjaga kondisi pemain agar tidak harus berlaga di tengah suhu tinggi selama musim panas di Qatar.

Selain itu, pihak penyelenggara juga telah melengkapi setiap sudut stadion dengan AC dan unit pendingin udara. Hal ini untuk memastikan kenyamanan pemain dan penonton.

Selain menjadi Piala Dunia pertama yang digelar pada musim dingin, Piala Dunia 2022 Qatar juga menjadi yang termahal sepanjang sejarah. Mengutip dari Forbes, Qatar diperkirakan telah menghabiskan dana sebanyak US$220 miliar atau senilai Rp3.410 kuadriliun (kurs Rp15.500) sejak pertama kali ditunjuk sebagai tuan rumah.

Nominal yang digelontorkan tersebut terhitung 15 kali lebih besar dari pengeluaran Rusia di gelaran Piala Dunia sebelumnya, yakni pada 2018. Membengkaknya anggaran ini dikarenakan sejumlah faktor, seperti pembenahan sarana olah raga, jaringan metro yang mumpuni, hingga pembangunan sejumlah infrastruktur, seperti bandara dan hotel.

Pada 2017, Menteri Keuangan Qatar mengatakan, telah menghabiskan US$5.000 juta per minggu untuk membangun proyek infrastruktur, termasuk jalan, hotel, peningkatan bandara, dan stadion. Setidaknya, tujuh dari delapan stadion yang digunakan untuk laga Piala Dunia 2022 merupakan stadion yang baru dibangun.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.