Sukses

New Normal, Ekonomi Bali Mulai Pulih

perekonomian Indonesia dan juga Bali saat ini sudah memasuki fase pemulihan sejalan dengan melonggarnya lockdown di sejumlah negara.

Liputan6.com, Denpasar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali menggelar rapat virtual untuk mempresentasikan hasil Survei Bicara atau SURYA tentang kondisi dunia usaha terkini di Denpasar. Rapat virtual tersebut dibuka langsung oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho.

Hadir sebagai narasumber antara lain Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, Akademisi dan Chief Economist Samudera Indonesia Ibrahim Kholilul Rohman, Ketua Umum BPD ASEPHI Bali Ketut Dharma Siadja.

Dalam pemaparannya, Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Rizki Wimanda mengatakan, perekonomian Indonesia dan juga Bali saat ini sudah memasuki fase pemulihan sejalan dengan melonggarnya lockdown di sejumlah negara.

“Pertumbuhan ekonomi dunia terus membaik dipengaruhi besarnya stimulus fiskal, di beberapa negara maju terutama Amerika Serikat. Perbaikan juga didukung pemulihan ekonomi Tiongkok sebagai dampak dari besarnya stimulus fiskal dan berkurangnya penyebaran Covid-19 di tengah terbatasnya perbaikan ekonomi negara berkembang lainnya. Beberapa indikator dini produksi dan keyakinan konsumen di Amerika serikat, Tiongkok dan Eropa meningkat pada September 2020," ujarnya, Senin (26/10/2020).

Sementara di Indonesia sendiri pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II, 2020 terkontraksi sebesar -5,32 persen (yoy), sedangkan kalau di lihat dari pertumbuhan Triwulan I -2020 tumbuh sebesar 2,97 (yoy). Namun memasuki triwulan III -2020, pertumbuhan ekonomi domestik secara perlahan membaik, di dorong stimulus fiskal dan perbaikan ekspor.

Di mana perkembangan di bulan Agustus sampai dengan bulan september 2020 menunjukan belanja pemerintah meningkat, didorong stimulus fiskal dengan adanya perlindungan sosial dan dukungan terhadap UMKM. Perbaikan ekonomi Indonesia tercermin pada kenaikan sejumlah indikator dini seperti penjualan eceran meningkat dan bertahanya kepercayaan konsumen.

Lebih jauh ia menerangkan bahwa terhentinya aktivitas di sektor pariwisata selama triwulan II-2020 serta adanya pembatasan kegiatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II-2020 mengalami kontraksi yang lebih dalam yakni sebesar -10,98 persen (yoy).

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Bali bersumber dari terkontraksinya sektor-sektor pendukung pariwisata seperti akomodasi dan makan minum, transportasi, industri dan perdagangan. Hal ini terjadi akibat menurunnya jumlah kunjungan wisman dan wisnus sebagai dampak Covid-19, ditutupnya penerbangan ke sejumlah negara dan menurunnya daya beli masyarakat.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Pandemi Covid-19 Pada Penundaan Investasi

Sementara itu perkembangan harga di Provinsi Bali relatif terjaga. Sampai dengan bulan september 2020, deflasi Bali mencapai -0,11 (mtm) lebih rendah dari deflasi nasional -0,05 persen (mtm). Menurunnya harga pada daging ayam, angkutan udara, lemari pakaian dan beberapa jenis makan seperti tomat dan bawang merah mendorong stabilnya inflasi pada bulan September 2020.

Kemudian menurunnya pendapatan baik individu maupun dunia usaha berdampak juga terhadap menurunnya perhimpunan DPK di Bali. Pada bulan September 2020, pertumbuhan DPK terkontraksi -3,48 persen disebabkan menurunnya perhimpunan dana baik oleh pemerintah, korporasi maupun perorangan.

Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha baik di nasional maupun lokal Bali menunjukkan perbaikan di triwulan III dan diharapkan terus berlanjut hingga triwulan IV-2020. Perbaikan tersebut terjadi untuk semua lapangan usaha. Namun demikian, kondisi dunia usaha di Provinsi Bali masih dalam kondisi terkontraksi dengan level lebih dalam dari pada nasional.

Sejalan dengan itu kapasitas produksi sudah menunjukkan perbaikan meskipun masih di bawah kondisi normal. Kapasitas produksi pada triwulan III mencapai 67,6 persen lebih tinggi dari triwulan lalu yang sebesar 59,7 persen, masih di bawah rata-rata tahun 2019 yang sebesar 88,3 persen. Namun demikian, sekitar 85 persen responden masih mencatatkan penurunan omset dengan besar penurunan mayoritas lebih dari 50 persen (ada 48 persen responden).

Selanjutnya di sisi investasi, dunia usaha masih menahan investasi yang dilakukan. Dalam keadaan normal, besarnya investasi yang dilakukan mencapai 30-50 persen dari besar profit yang didapatkan. Sumber pendanaan investasi masih berdasarkan modal sendiri (87,3 persen) diikuti dengan pinjaman bank (12,5 persen). Adanya pandemi Covid-19 berdampak pada penundaan investasi (15,5 persen dari rencana), sementara itu 13, 95 persen masih menjalan investasi sesuai dengan rencana. Penundaan investasi ini disebabkan oleh penurunan cashflow oleh perusahaan.

Survei bicara bahwa kondisi penjualan eceran menunjukkan perbaikan pada triwulan III-2020 dengan kontraksi yang tidak sedalam triwulan sebelumnya. Penjualan ritel pada bulan agustus 2020 menurun -31,7 persen sedikit lebih baik dari kondisi Juli yang turun lebih dalam -33,8 persen. Sementara itu kinerja pada bulan September 2020 diperkirakan akan kembali membaik.

Kondisi ini juga didukung dengan membaiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Bali pada triwulan III-2020 meski masih berada di level pesimis serta di bawah nasional. Perbaikan tersebut akan berlanjut pada bulan Oktober 2020.

Membaiknya kondisi masyarakat pada bulan September 2020 juga tercermin dari menurunnya masyarakat yang menyatakan mengalami penurunan pendapatan yakni dari 88,1 persen ( di bulan Mei) menjadi 67,5 persen (di bulan September). Namun demikian, survei bicara juga menyampaikan masih ada 6 persen masyarakat yang mengalami pemberhentian kerja secara permanen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.