Sukses

NTT Kembali Diserang Virus ASF, Ratusan Babi Mati Misterius

Ratusan ekor babi milik warga mati mendadak di kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timu (NTT). Dalam seminggu, kurang lebih 332 ekor babi mati yang menyebabkan peternak mengalami kerugian.

Liputan6.com, Sikka - Ratusan ekor babi milik warga mati mendadak di kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timu (NTT). Dalam seminggu, kurang lebih 332 ekor babi mati yang menyebabkan peternak mengalami kerugian.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian Sikka, dr Maria Margaretha Siko, mengatakan, dari ciri-cirinya, kematian ternak babi itu akibat terserang African Swine Fever (ASF) atau karena hog cholera.

Menurut dia, matinya ternak babi tersebut telah terjadi sejak bulan Februari 2020. Kematian tertinggi terjadi pada bulan Juni 2020, jumlah kematian babi sekitar 226 ekor.

"Bulan Mei 2020 kemarin kita sudah mengambil spesimennya, untuk memastikan jenis virus yang menyerang babi. Hanya terkendala wabah covid-19 sehingga tidak ada pesawat untuk untuk pengiriman sampelnya," ujarnya kepada wartawan, Rabu (8/7/2020).

Ia mengatakan, sampel yang dikirim itu berupa darah babi yang masih hidup dan limpa dari babi yang sudah mati. "Ada kematian karena ASF, ada juga karena hog cholera,” sebutnya.

Dari ratusan ekor babi yang mati itu, tersebar di 16 kecamatan di Kabupaten Sikka dengan jumlah kematian babi tertinggi terdapat di tujuh kecamatan.

Jumlah kematian yang paling banyak terdapat di Kecamatan Alok ada 90 ekor, Kecamatan Nita ada 50 ekor, Kecamatan Alok Timur ada 47 ekor, Kecamatan Kewapante 46 ekor, Kecamatan Lela 21 ekor, Kecamatan Kangae 18 ekor, Kecamatan Alok Barat 17 ekor.

Menurut dia, penyebaran dan penularan virus ASF dan hok cholera ini akibat penyebaran secara ilegal melalui daging beku berupa sei, roti babi, dan babi hidup. Dari hasil penelusuran yang dilakukan tim kesehatan hewan (Keswan), diketahui penyebaran virus ASF dan hog cholera yang mengakibatkan kematian pada babi kerena adanya acara atau hajatan yang bersumber dari makanan.

"Makanan berupa air limbah daging babi kemudian menularkan penyakit yang sama ke babi-babi lainnya setelah mengonsumsi air limbahan babi yang dikonsumsinya," bebernya.

Sementara Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Sikka, Drh Elfrida Carvallo, meminta peternak dan pengusaha babi meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ASF dan hog cholera.

"Caranya tidak memperjualbelikan babi sakit dan babi mati, dilarang mengonsumsi dan mengedarkan dan atau menjual daging babi yang sakit dan mati kepada tetangga atau orang lain," dia memungkasi.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.