Sukses

Dampak Cagar Karangsambung-Karangbolong Naik Kelas Jadi Geopark Nasional

Kawasan Cagar Geologi Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah naik status menjadi Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong.

Liputan6.com, Kebumen - Keunikan Cagar Geologi Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah telah dikenal luas hingga mancanegara. Wilayah ini adalah singkapan dasar samudera, yang diyakini sebagai yang tertua dan terlengkap di Asia.

Menjelajahi kawasan Karangsambung artinya menjelajah lantai samudera pembentuk pulau Jawa. Dari kawasan ini, sejarah kebumian pulau Jawa bakal diketahui.

Tak berbeda dengan kawasan dilindungi lainnya, cagar geologi Karangsambung pun berhadapan dengan ancaman perusakan dan pencurian batuan kuno. Penampakan batuan kuno peninggalan jutaan tahun lampau ini memang unik.

Ada pula situs batuan kuno yang ditambang serampangan. Kualitas batuan berusia jutaan tahun ini memang istimewa. Lebih keras dari batuan koral biasa.

Upaya mengurangi ancaman perusakan pun terus dilakukan. Setidaknya, kini ada 22 situs di kawasan Cagar Geologi Karangsambung yang telah berada dalam penguasaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Namun, masih ada puluhan atau bahkan ratusan situs penting lain yang juga terancam. Karenanya, dibutuhkan kerjasama seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah kawasan cagar geologi Karangsambung yang meliputi Kabupaten Kebumen hingga Wonosobo.

Kabar baiknya, kawasan cagar geologi ini telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong. Penyerahan sertifikat kenaikan status menjadi geopark nasional itu diterima oleh Wakil Bupati Kebumen, Yazid Mahfudz, di Bogor akhir 2018 lalu.

Penetapan wilayah Karangsambung-Karangbolong, Kebumen, Jawa Tengah, sebagai geopark nasional diyakini bakal membawa dampak positif kepada daerah, utamanya masyarakat lokal. Penetapan ini sekaligus juga memantik pemda untuk mempercepat pembangunan berbagai infrastruktur pendukung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengembangan Geopark Karangsambung-Karangbolong

Kepala Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Karangsambung, Edi Hidayat mengatakan kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong mencakup luasan sekitar 543 kilometer persegi, di 117 desa dan 12 kecamatan di Kebumen.

Usai ditetapkan menjadi geopark, tentu akan terjadi perubahan paradigma pengembangan kawasan ini. Wilayah yang semula dianggap sama dengan wilayah lain, akan lebih diprioritaskan lantaran telah diakui memiliki potensi yang mesti dilindungi, sekaligus menjadi potensi ekonomi dan edukasi pada masa mendatang.

"Keuntungan yang pertama adalah dari sisi promosi. Kenaikan status ini bisa membuat geopark Karangsambung-Karangbolong semakin dikenal," katanya, Selasa, 22 Januari 2019.

Prinsip pengembangan geopark adalah konservasi, edukasi, dan ekonomi lokal. Dan itu tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah atau LIPI.

Pembangunan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan situs-situs (geosite) di Karangsambung-Karangbolong adalah geowisata. Dia melihat ada peran penting masyarakat dalam pengembangan geowisata ini.

Menurut Edi, konservasi dan pemberdayaan ekonomi bisa dilakukan bersamaan jika melibatkan masyarakat. Di satu sisi, masyarakat akan memperoleh penghasilan alternatif dari pengembangan wisata. Nilai positif lainnya, masyarakat secara langsung akan terlibat dalam upaya konservasi.

Sebab itu, dibutuhkan edukasi untuk menyiapkan Sumber Daya Manusa (SDM) masyarakat untuk mengelola kawasan geopark sebagai wisata geologi yang bisa dikembangkan menjadi wisata lainnya.

3 dari 3 halaman

Geopark sebagai Pemicu Pengentasan Kemiskinan

Sementara ini, dari 41 situs yang sudah terpetakan, ada 10 situs yang sudah dikelola sebagai tempat wisata oleh LIPI dan masyarakat. Kemudian, ada lagi dua geosite yang sudah dikelola secara mandiri oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang juga didampingi LIPI.

"Di geopark itu kan ada yang namanya geosite ya, di Karangsambung-Karangbolong itu ada 41 geosite ya. Ditambah lagi dengan culture dan biodiversity-nya,” ujarnya.

Edi yakin, potensi pengembangan wisata di geopark ini sangat tinggi. Hanya dari wisata minat khusus saja, dalam setahun museum geologi rata-rata dikunjungi oleh 4.000 orang per tahun. Jika wisata lain, seperti budaya dan biodiversity-nya dikembangkan, jumlah kunjungan diyakini akan meningkat pesat.

Dia pun berharap, pemda mendorong pengembangan wisata ini dengan membangun infrastruktur yang diperlukan. Di antaranya, pembangunan jalan dan jembatan yang memudahkan akses ke situs-situs di geopark.

"Pemkab menunjukkan komitmen untuk mendukung dengan membangun berbagai fasilitas penunjang," dia menjelaskan.

Komitmen itu penting untuk mewujudkan kawasan wisata berbasis edukasi. Keterlibatan masyarakat juga bisa memicu pemberdayaan ekonomi, terutama yang berada dalam kawasan geopark.

Edi menambahkan, pengembangan sektor pariwisata bisa menjadi opsi pemkab untuk program pengentasan kemiskinan. Pasalnya, sejumlah wilayah di Geopark Karangsambung-Karangbolong yang meliputi sejumlah kecamatan adalah kantong-kantong kemiskinan.

Karenanya, Edi mendorong agar dibentuk segera badan pengelola Geopark Nasinoal Karangsambung-Karangbolong. Anggotanya terdiri dari lintas dinas di Pemkab Kebumen, LIPI, berbagai elemen masyarakat seperti LSM, serta akademisi dan masyarakat.

"Ini semacam lembaga ad hoc, tidak terikat pada dinas tertentu, tetapi memiliki kewenangan untuk perencanaan pengembangan agar lebih terstruktur," dia menerangkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.