Sukses

Pesan Pemilu Damai dari Garut Lewat Dakwah Kocak Dai Jujun

Jujun membantah dugaan dan tudingan pihak tertentu yang menyatakan umat islam termasuk ulama saat ini dikriminalisasi dan ditekan pemerintah, sehingga seolah sulit melaksanakan kebebasan beribadah.

Liputan6.com, Garut - Ribuan warga Garut, Jawa Barat, perwakilan dari ormas, LSM, parpol dan calon legislatif (caleg), nampak hidmat mengikuti jalannya silaturahmi akbar warga Garut menjelang pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2019, yang akan dilaksanakan 17 April mendatang.

Meskipun terkesan serius, namun jalannya acara yang diprakarsai Polres Garut itu, justru berlangsung mencair, hangat dan terlihat kocak, setelah menghadirkan dai kondang nasional KH Jujun Junaedi, yang terkenal guyonan khasnya, siang tadi.

"Ingat Indonesia tidak akan benar jika sejak pilpres diawali dengan keburukan dan saling menjelekan," ujar Jujun di depan seluruh peserta yang hadir, Kamis (17/1/2019).

Dalam dakwahnya Jujun menyatakan, Indonesia adalah negara besar, yang diberikan ragam corak perbedaan antar warga, sehingga dibutuhkan sikap bijak, terutama saat pemilu, dalam penyikapi perbedaan itu.

"Bangsa batur mah hayang siga Indonesia, walaupun beragam berbeda tapi kompak, negara lain ingin seperti Indonesia, walaupun beragam tetapi tetap kompak," ujarnya.

Jujun membantah dugaan dan tudingan pihak tertentu yang menyatakan umat islam termasuk ulama saat ini dikriminalisasi dan ditekan pemerintah, sehingga seolah sulit melaksanakan kebebasan beribadah.

"Ceuk saha diteken? henteu uing mah, ayeuna dek dakwah dimana wae, di masjid atau di mana saja, bahkan ayeuna mah loba keneh masjidna daripada jamaahna (Kata siapa ditekan, saya tidak merasa ditekan, mau dakwah di masjid, di manapun bebas, bahkan sekarang malah lebih banyak masjid daripada jemaahnya)," ujar Jujun kembali menyindir.

Bahkan tidak hanya itu, derasnya informasi saat ini ujar dai pengisi acara di stasiun televisi swasta nasional itu, harus disikapi dengan bijak dan santun masyarakat, sehingga seluruh perbedaan tidak sampai menimbulkan pertentangan dan perpecahan bangsa.

"Kita sebagai bangsa besar jangan mudah diombang-ambing, diadu domba, lamun aya berita teu jelas benerna alias hoaks delet wae Maesaroh (Jika ada berita yang tidak jelas kebenarannya alias hoaks, mohon dihapus saja)," ujar Jujun yang diikuti gelak-tawa jemaah, saat menganalogikan nama Maesaroh, sebagai guyonan kepada kaum emak-emak yang hadir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ikhtiar Kampanye Pemilu Damai

Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan, digelarnya kegiatan silaturahmi akbar itu, sebagai ihtiar bersama untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat Garut dan Indonesia. "Acara ini sudah kami siapkan jauh hari menjelang pemilu," kata dia.

Menurut Budi, karakteristik masyarakat Garut memang terbilang unik, meskipun gudangnya kiai dan pesantren, namun menyimpan potensi kerawanan yang cukup tinggi.

Ia mencontohkan kasus pembakaran bendera HTI yang sempat membuat heboh mata dunia, namun berkat kerjasama dan saling menghargai perbedaan, akhirnya kisruh antar umat muslim itu, bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

"Bukan karena aparat tni-polri yang kuat, tapi solidaritas masyarakatnya yang baik," ujat Budi bangga.

Untuk itu menjelang datangnya hajatan demokrasi rakyat, yang digelar bersamaan tahun ini pada 17 April mendatang, seluruh masyarakat Garut bersatu dan saling menghargai menghadapi perbedaan pilihan antar warga.

"Kondusifitas ini harus sering diingatkan, harus kita gaungkan agar bersama-sama menjaga kondusifitas," ujar Budi mengingatkan dalam sambutannya.

Tak lupa Budi pun ikut mengingatkan seluruh warga, pentingnya tabayun atau sikap koreksi terhadap peredaran berita hoaks alias bohong, sehingga tidak menimbulkan masalah baru di masyarakat.

"Mari kita ciptakan pemilu yang damai, aman tentram, pokonya harus aman, jadikan pengalaman-pengalaman yang lalu menjadi cambuk bagi kita untuk bersatu," pinta dia.

Ketua MUI Garut KH Sirojul Munir menambahkan, sebagai warga muslim yang taat hukum, sudah sepatutnya menjaga keharmonisan, dan menghargai perbedaan. "Manakala semuanya itu (menghargai, menfhormati) diniatkan karena Alloh maka semuanya akan bernilai ibadah," ujar dia.

Tak lupa sebagai titah ajaran baginda Rosululloh, ia pun mengajak masyarakat untuk meninggalkan permusuhan dan kedengkian yang disebabkan perbedaan pilihan, saat pileg dan pilpres mendatang. "Mari ciptakan kondosi yang kondudif, semoga pemilu 2019 sukses tanpa ekses," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini