Sukses

Kisah Pilu 2 Petani Saksikan Detik-Detik Sahabatnya Tewas Tersambar Petir

Di depan mata mereka, lidah petir menyambar tempat Khomsin menjaring ikan di Tanjungsari, Kebumen.

Liputan6.com, Kebumen - Cuaca ekstrem berupa hujan lebat terjadi di wilayah Jawa Tengah, termasuk di Kebumen. Seringkali, hujan lebat itu tiba bersamaan dengan angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar.

Hujan lebat juga diartikan sebagai berkah bagi petani dan nelayan. Petani berharap segera bisa menggarap sawah dan ladang, nelayan bisa mencari ikan di kali-kali yang mulai mengalir.

Hujan lebat yang terus-menerus membuat saluran air hingga persawahan mulai dialiri air. Ikan pun bermunculan.

Adalah Khomsin, warga Desa Tanjungsari Kecamatan Kutowinangun, Kebumen, yang mencoba peruntungan nasib. Pria berusia 35 tahun itu menjaring ikan di kompleks persawahan yang berimpitan dengan Kali Sidatan, Desa Tanjungsari, Selasa pagi, 6 November 2018.

Khomsin, yang seorang pedagang kelapa, tak sendirian. Ia bersama dengan Samngani dan Slamet. Cuaca pagi itu cukup kondusif untuk mencari ikan.

Namun, sesaat kemudian cuaca berubah tak bersahabat. Hujan lebat turun disertai petir menyambar-nyambar. Maka, Slamet dan Samngani pun bergegas berteduh. Kebetulan, di dekat tempat mereka mencari ikan ada pabrik penggilingan padi.

Beda dengan dua rekannya yang memilih berlindung dari terpaan hujan, Khomsin tetap nekat menjaring ikan, meski sudah diperingatkan agar secepatnya berteduh.

"Teman korban Samngani dan Slamet sebelum kejadian mengingatkan korban untuk berteduh di tempat penggilingan padi yang tidak jauh dari tempatnya mencari ikan. Jaraknya kurang lebih 100 meter dari TKP," kata Kasubbag Humas Polres Kebumen AKP Suparno, Selasa malam, menjelaskan kronologi tewasnya pencari ikan karena sambaran petir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tinggalkan Istri dan 2 Anak

Sementara Samngadi berteduh di Pabrik Penggilingan Padi, Khomsin tetap asyik menjaring di tengah cuaca buruk. Sekitar 30 menit kemudian, petir tiba-tiba menyalak memekakkan telinga, amat dekat.

Di depan mata mereka, lidah petir menyambar tempat Khomsin menjaring ikan sekitar pukul 08.00 WIB. Detik itu juga, Khomsin hilang dari pandangan. Mendadak sontak, Slamet dan Samngadi pun ketar-ketir memikirkan nasib sahabatnya.

"Selanjutnya kedua saksi bergegas mengecek kondisi Khomsin. Karena dari kejauhan, Khomsin ini tidak terlihat setelah petir menyambar," Suparno menjelaskan.

Bergegas mereka mencari keberadaan Komsin. Benar saja, sampai dua orang ini menyaksikan Khomsin sudah terkapar tak bergerak. Khomsin tewas tersambar petir.

Tak buang waktu, mereka melaporkan peristiwa ini kepada perangkat Desa Tanjungsari, yang lantas diteruskan ke Polsek kutowinangun.

Menerima laporan, Kapolsek Kutowinangun, Iptu Sugiyanto, langsung memimpin anggotanya ke tempat kejadian perkara (TKP). Mereka pun didampingi tim medis dari Puskesmas Kutowinangun. Di tubuh korban tidak ditemukan tanda mencurigakan yang mengarah pada kejahatan pidana.

"Menurut keterangan dari Dokter Timbul (Kepala Puskesmas Kutowinangun) yang memeriksa korban secara langsung, dari lukanya, bahwa korban benar disambar petir. Ada luka bakar di bagian paha kiri sebelah atas sampai dengan perut," Suparno menerangkan.

Siang itu juga, korban diserahkan kepada keluarganya. Almarhum meninggalkan istri dan dua anak.

Suparno mengimbau warga untuk mewaspadai kemungkinan cuaca buruk. Tak hanya petir, warga juga diminta untuk mewaspadai kemungkinan banjir dan longsor seturut musim hujan yang telah tiba di Kebumen.

Simak video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.