Sukses

Ratusan Makam di Lahan Bandara Baru Kulon Progo Menunggu Direlokasi

Kontraktor proyek bandara baru Yogyakarta mengatakan masih akan merayu warga Kulon Progo agar rela makam kerabatnya dipindahkan.

Liputan6.com, Kulon Progo - Kontraktor bandara baru Kulon Progo atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) tengah mendekati warga terkait makam yang ada di area bandara. Juru Bicara Proyek Pembangunan NYIA Agus Pandu Purnama mengatakan untuk melancarkan pembangunan bandara makam tersebut harus dipindah keluar area bandara.

"Masih ada istilahnya pendekatan kepada warga. Kita menyiapkan lahan makam ini," katanya, Kamis, 20 September 2018.

Pendekatan masih terus dilakukan karena ada beberapa warga yang belum sepakat dengan rencana pemindahan makam. Ia ingin warga secara sukarela menerima pemindahan makam tersebut.

"Kemudian dilakukan secara baik," katanya.

Pandu mengatakan masih berkoordinasi dengan pihak desa soal pemindahan makam ini. Pihaknya juga sudah memiliki lahan untuk relokasi makam itu.

"Saya kurang hapal kalo tidak salah ada empat titik (makam). Tapi lokasi ini (relokasi makam) sebenarnya sudah siap tinggal nunggu," katanya.

Terkait pemindahan makam ini pihaknya akan mengikuti aturan atau adat setempat. Termasuk jika memang ada ritual sendiri saat pemindahan makam ini.

"Kalau ritual itu bisa saja mengikuti," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Yogyakarta, Agus Parmono mengatakan rencana pemindahan makam warga di area bandara NYIA akan dilakukan Selasa, 25 September 2018. Pemindahan makam itu akan menjadi tahap kedua.

"Semua dana dari pemerintah desa. Kita koordinasi dengan AP soal ini ya Selasa minggu depan," katanya, Jumat, 21 September 2018.

Area relokasi makam semuanya sudah disiapkan pemerintah desa. Ia berharap semuanya dapat berjalan lancar, seperti pemindahan makam para leluhur di masing-masing daerah terdampak.

"Pemerintah desa sudah dipetakan, makam untuk Nyi Bunder, Bapangsari. Leluhur-leluhur sudah dipindah duluan kuwu kuwu sudah, selanjutnya anggota makam. Alhamdulilah semuanya lancar," katanya.

Agus mengatakan rencana pemindahan makam ini masih terkendala dari anggota Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo (PWPP-KP) yang tidak mau makam kerabatnya dipindah. Makam keluarga yang tidak mau dipindah akan menjadi tanggungan Angkasa Pura.

"Yang boleh kita datangi kurang lebih 15 kita pindahkan karena untuk percepatan appron, karena di situ harus segera dibuat," katanya.

Agus menjelaskan setidaknya saat ini masih ada 115-120 kuburan di dalam area lokasi Bandara NYIA. Ada lima titik lokasi makam dengan jumlah kuburan yang berbeda di setiap titik lokasi itu.

"Ada sisa kopek dua, sri bunder ada delapan, Bapangsari masih beberapa gunung Dumplong terdiri dari lima titik. Itu di IPL semua," katanya.

Ia mengaku untuk ritual pemindahan makam sudah dilakukan saat pemindahan leluhur desa di masing-masing titik. Sementara, pemindahan semua makam itu hanya membutuhkan waktu tiga hari saja.

"Ritual di semua titik makam sudah kan ada tujuh titik semuanya sudah. Tinggal melanjutkan saja karena dulu PWPP tidak setuju," katanya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bangun Masjid

Pandu mengatakan saat ini seluruh lokasi pembangunan bandara baru NYIA Kulon Progo sudah bebas dari rumah penduduk. Ia memastikan sudah tidak ada lagi warga berada di kawasan pembangunan yang dipagari.

"Sekarang tidak ada yang bertahan sudah selesai," katanya.

Menurutnya, hanya satu masjid yang masih berdiri di tengah pembangunan bandara NYIA Kulon Progo. Tugasnya saat ini memastikan warga dapat memiliki masjid di luar area bandara atau di relokasi warga.

"Saya sedang buat masjid yang lebih besar mungkin tujuh kali. Target sebulan jadi. Maka kalau jadi, masjid ini kita pindahkan," katanya.

Saat ini, warga sudah tidak bisa keluar masuk area pembangunan bandara. Demi keselamatan warga, jalan yang dahulu digunakan saat ini sudah ditutup untuk umum.

"Kalau warga keluar masuk tidak monitor, maka tidak terjaga faktor keselamatan. Harus steril karena peralatan besar sudah semakin banyak," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.