Sukses

Mengenang Maestro Tari Lengger Mbok Dariah di Bukit Kendalisada

Ratusan warga dari berbagai daerah di Kecamatan Kalibagor, Banyumas, memadati area bukit untuk menyaksikan lengger.

Liputan6.com, Banyumas - Malam itu, bukit Kendalisada di Desa Kaliori tampak gemerlap dengan kerlap kerlip lampu. Sepanjang jalan masuk tampak kemeriahan umbul-umbul dan lampion menghiasi.

Di bukit ini, sebuah panggung alam didirikan. Pada bagian latarnya terbuat dari anyaman janur dengan bentuk sampur atau selendang tari tradisional. Sedangkan bagian pijakannya berupa tanah.

Ratusan warga dari berbagai daerah di Kecamatan Kalibagor, Banyumas, mulai memadati area bukit. Ini menjadi lokasi penyelenggaraan Kendalisada Art Festival 2018 yang dilaksanakan di desa yang kesohor dengan Gua Maria Kaliori tersebut.

Tahun lalu, maestro lengger Banyumas, Dariah, pernah pentas di festival ini. Namun, Februari lalu ia telah berpulang pada usianya yang menginjak 97 tahun.

Dariah atau dikenal dengan nama Sadam telah memilih dunia lengger sebagai jalan hidupnya sampai akhir hayat. Tak salah jika selama dua hari, sejak Jumat sampai Sabtu 14-15 September 2018, puluhan lengger dari berbagai tempat berkumpul di bukit ini demi menghormati jejak riwayat sang maestro.

Sejurus kemudian calung ditabuh, seiring sayup-sayup suara sinden melantunkan langgam Jawa. Para penari dari grup Seblaka Sesukane yang dipimpin Otniel Tasman masuk dari sisi panggung. Mereka membawakan lengger kontemporer dengan goyangan yang lebih modern.

Usai penampilan Seblaka, dua penari dari Sadamas Kaliori juga turut menghibur malam itu. Cuaca cerah juga membuat acara semakin disesaki pengunjung yang tak hanya datang dari Banyumas.

"Saya datang dari Karawang. Karena kata saudara ada festival, saya jadi penasaran. Acaranya bagus, karena sudah jarang ada tarian tradisi seperti lengger ini ditampilkan dalam sebuah festival," kata Ari (38) kepada Liputan6.com, Sabtu, 15 September 2018.

Malam itu, spirit Dariah benar-benar semakin terasa dengan penampilan Agus Widodo dari Sanggar Mranggi Laras. Penari dengan nama panggung Agnes itu membawakan dua bagian tarian yang mengolaborasikan tarian dan olah vokal itu.

Penonton pun seakan tersihir dengan gerakan-gerakan pinggul maupun irama musiknya yang penuh energi. Bahkan, tampak beberapa di antara mereka berasal dari mancanegara. Dalam satu babak, Agnes memboyong turis untuk ikut berjoget di atas panggung. Penonton pun bertepuk tangan.

Selain Agnes, penari lengger untuk memperingati Dariah ini ada yang datang dari siswi SMKN 3 Banyumas. Sebelum acara ditutup, lengger Lanang Lanangsari menjadi penampil terakhir dalam festival tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Persembahan untuk Dariah

Kepala Desa Kaliori Ofan Sofian mengatakan jika kegiatan Festival Lengger Kendalisada tahun ini khusus dipersembahkan untuk mengenang Dariah.

Tidak mengherankan bila sejak hari pertama, sejumlah penari lengger tampil, mulai dari Lengger Miray Karashima Dewandaru Dance Company asal Jepang, Lengger Karinah dari Desa Puro, Lengger Narsih asal Desa Pegalongan, Lengger Suryati dari Desa Somagede Lengger Langen Budaya asal Desa Papringan.

"Jadi kita punya kebudayaan khas, bernama lengger, sebuah kearifan lokal dari leluhur dan tidak banyak orang yang memperjuangkan dengan totalitas. Salah satunya Mbok Dariah yang seumur hidupnya mengabdikan kesenian lengger," kata Ofan.

Dariah adalah simbol militansi kesenian rakyat yang mulai terkikis zaman. Baginya, lengger adalah kesenian adiluhung yang sarat makna filosofis kehidupan manusia. Kesenian lengger sendiri merupakan kesenian Banyumas yang sudah cukup tua, dimainkan oleh 2-4 penari dengan iringan musik calung.

"Eksistensi beliau dalam lengger telah memberikan warna sendiri sangat berkesan untuk masyarakat. Beliau bisa memberikan wejangan dan ilmu kepada generasi penerus. Bahkan, lengger yang sekarang akhirnya tidak bicara di Banyumas tapi sudah ke mancanegara," ujarnya.

Melalui acara mengenang Dariah ini, pihak desa berharap lengger tetap bertahan di masa mendatang. "Mudah-mudahan ini memberi satu semangat penutan pada generasi baru atau generasi muda. Kita punya budaya sendiri yang harus kita lestarikan," tegasnya.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.