Sukses

Potret Keberagaman dari Merah Putih yang Berkibar di Gunung Slamet dan Prau

Peringatan HUT ke-73 RI di gunung dan pengibaran merah putih telah menyatukan kelompok yang beragam.

Liputan6.com, Purwokerto - Ada yang berbeda di pos pendakian Gunung Slamet menjelang peringatan HUT ke-73 RI. Ribuan pendaki dari berbagai daerah mulai berdatangan untuk menggelar upcara peringatan hari ulang tahun atau HUT ke-73 RI di gunung.

Layaknya kelompok masyarakat lainnya, para pendaki pun memiliki cara khas untuk memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka hendak merayakannya di puncak gunung terbesar di Jawa ini.

Suasana tak jauh beda juga terjadi di Pos Gunung Prau, Dieng. Ribuan pendaki bermalam dan menunggu detik-detik proklamasi keesokan harinya di puncak gunung. Dingin yang menggigit hingga 3 derajat Celsius tak menghalangi pendaki demi menggelar upacara di puncak gunung.

Sebelum upacara dimulai, para pendaki membentangkan bendera merah putih raksasa sepanjang 17x2 meter. Merah putih ini terlihat kontras dengan alam sekitarnya yang didominasi warna hijau biru.

Usai pembentangan bendera raksasa, seribuan lebih pendaki berkumpul di dataran paling lapang puncak Gunung Prau. Tak ada yang berpakaian formal, layaknya upacara normal. Pakaian yang dikenakan khas para pendaki untuk melindungi diri dari sengatan dingin ekstrem.

Panitia peringatan HUT RI di Gunung Prau Misyadi mengatakan, baik peserta maupun petugas upacara peringatan kemerdekaan ke-73 RI di Gunung Prau ini memang tak diwajibkan berseragam. Sebabnya, mereka direkrut mendadak sebelum upacara.

Para petugas upacara HUT ke-73 RI di gunung ini pun berasal dari berbagai kelompok yang berbeda. Ketidakseragaman itu tidak mengurangi kekhidmatan peringatan kemerdekaan. Merah putih berkibar dengan iringan lagu Indonesia Raya yang mengalir dari bibir ribuan pendaki.

"Memang berasal dari daerah berbeda, sehingga tidak diwajibkan berseragam," ucapnya.

Menurut Misyadi, para petugas yang berasal dari berbagai kelompok dan daerah berbeda ini pun menjadi potret keberagaman Indonesia. Mereka mulanya mendaki secara berkelompok dari daerah atau komunitas masing-masing.

Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, baik suku, agama, etnik maupun golongan. Di antara mereka pun tak saling kenal. Namun, niat untuk mengikuti upacara peringatan HUT ke-73 RI di gunung dan mengibarkan merah putih telah menyatukan mereka. Para pendaki yang semula terpencar di seluruh penjuru puncak Gunung Prau, secara bertahap mendekati sang saka merah putih.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bersih-Bersih Gunung Usai Upacara Bendera

Sebanyak 1.000 layang-layang diterbangkan sebagai penghias acara. Agenda rutin tiap tahun, bersih gunung pun dilakukan bekerja sama dengan pengelola dan masyarakat setempat.

Kembali ke Gunung Slamet. Peserta upcara peringatan HUT ke-73 ini di gunung yang membentang di lima kabupaten ini tak kalah banyak, sedikitnya 1.300 pendaki. Mereka pun berasal dari dari berbagai daerah.

Antara lain, Bekasi, Cibitung, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan kota-kota lain di pulau Jawa. Ada pula yang berasal dari pulau Sumatera.

Pendakian ke puncak Gunung Slamet menjadi tradisi unik kalangan muda untuk merayakan peringatan kemerdekaan yang berbeda dari kalangan masyarakat pada umumnya. Secara berkelompok, mereka mulai bergerak ke puncak Slamet yang bertinggi 3.428 mdpl, sehari sebelumnya.

"Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, semua pendaki kami data di pos Bambangan dan juga menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter. Setiap ketua kelompok juga kami wajibkan meninggalkan identitas berupa KTP atau SIM serta nomor kontak," ucap Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Purbalingga, Prayitno, Jumat, 17 Agustus 2018.

Petugas di posko Bambangan yang dibantu dari SAR Purbalingga serta relawan Gunung Slamet juga membagikan lembaran informasi berupa jalur pendakian, serta tata cara dan larangan selama melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet.

Prayitno juga mengingatkan kepada para pendaki untuk tetap menjaga kesehatan serta kelestarian lingkungan selama di puncak dan jalur pendakian. Para pendaki diimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan wajib membawa turun kembali sampah yang dihasilkannya.

"Semua pendaki sebelum ke puncak juga dibekali kantong plastik untuk tempat sampah. Ikut menjaga kelestarian hutan dan vegetasi yang ada di Gunung Slamet," dia menambahkan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.