Sukses

Pelukis Garut Hadiahi Dubes Kanada Lukisan yang Dibuat Hanya 3 Menit

Dalam kunjungan Dubes Kanada untuk Indonesia H.E Peter Mac Arthur Kamis lalu di Cisurupan Garut, Jawa Barat. Ada satu momen memukau, ketika Iwan MURI, pelukis kebanggaan Garut, membuat lukisan buat souvenir sang dubes, hanya dalam waktu 3 menit 19 detik.

Liputan6.com, Garut Dalam kunjungan Duta Besar Kanada untuk Indonesia H.E Peter Mac Arthur Kamis lalu di Cisurupan Garut, Jawa Barat. Ada satu momen memukau, ketika Iwan MURI, pelukis kebanggaan Garut, membuat lukisan buat souvenir sang dubes, hanya dalam waktu 3 menit 19 detik. Garut

“Wow sungguh cepat, amazing,” ujar Duta Besar Kanada Untuk Indonesia H.E Peter Mac Arthur, sambil menyalami Iwan setelah sebelumnya menerima cenderamata lukisan abstrak bertema bunga, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kedatangannya ke Garut merupakan sebuah kehormatan untuk mengkampanyekan pencegahan pernikahan dini yang digelar Rahima, sebuah lembaga penggiat anti kekerasan terhadap perempuan dan anak.

“Alamnya asik sejuk dan indah,” ujar dia saat mengitari lokasi kegiatan, menyaksikan indahnya alam Garut.

Kanada selama ini ujar dia, selalu menjadi bagian pertama masyarakat internasional untuk menghentikan pernikahan dini anak dibawah umur di seluruh dunia.

Hal itu penting, sebab pernikahan dini dibawah umur dapat menyebabkan persoalan sosial bagi suatu bangsa di kemudian hari. "Anaknya yang lahir biasanya kecil dan memiliki iq rendah," kata dia.

Bahkan sejak dua tahun lalu negaranya memimpin resolusi bagi negara maju lainnya untuk mengkampanyekan pencegahan pernikahan anak usia dini di seluruh dunia.

“Ada sekitar US$ 80 juta dolar setiap tahunnya yang disumbangkan negara kami buat dunia dalam kampanye ini sosial ini," ujar dia.

Iwan yang mendapatkan cenderamata berupa topi merah berlogo bendera Kanada, nampak senang. Ia tidak bisa menyembunyikan kegembirannya, setelah mengetahui jika tulisannya akan dibawa ke kantor Dubes Kanada di Jakarta.

Iwan MURI biasa masyarakat Garut memanggil karena beberapa kali memecahkan Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) lewat karya uniknya, menyatakan jika pembuatan lukisan secara tepat merupakan hasil latihannya selama ini. “Tidak ada persiapan khusus, biasa saja, ya belajar speed action painting saja,” kata dia.

Dalam souvenir yang ia berikan bagi perwakilan orang nomor satu Kanada di Indonesia itu, Ia membuat sebuah lukisan menggunakan teknik abstrak dengan tema bunga yang melambangkan persahabatan kedua negara.

“Kebetulan tadi pak dubes bilang hari ini tepat 50 tahun persahabatan Indonesia-Kanada dimulai, jadi kita ambil tema lukisan bunga saja sebagai pengikat persahabatan itu,” ujarnya.

Dalam sebuah timer handphone yang disaksikan sang dubes dan seluruh santri peserta deklarasi yang hadir, diketahui jika waktu pembuatan souvenir lukisan bunga itu hanya memakan waktu 3 menit 19 detik. "Sebenarnya itu bukan rekor saya, aslinya ya bisa di angka dua menit," ujar Iwan bangga.

Iwan berharap, dengan adanya kenang-kenangan lukisan hasil goresan tangannya, menjadi bingkisan berkesan yang bisa mempererat hubungan bilateral kedua negara besar di dunia itu, menjadi lebih dekat dalam berbagai hal kegiatan yang saling menguntungkan.

“Ya lebih spesifiknya kan seperti tadi ada perhatian buat pesantren lah atau lembaga islam, Kanada kan menjungjung tinggi keberagaman,” ujar dia, mengutip sambuatan sang Dubes saat membuka acara deklarasi Santri menghentikan pernikahan dini anak dibawah umur di Garut beberapa waktu lalu.  

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Komitmen Kanada Buat Indonesia

Sebelumnya, Peter mengatakan, sejak pertama kali hubungan bilateral kedua negara dibuka 1950-an lalu, pemerintah Kanada selalu konsen memberikan perhatian pada persoalan sosial, termasuk pernikahan anak di bawah umur.

"Sebab pernikahan anak di bawah umur mengancam kehidupan," ujarnya.

Tahun lalu, negaranya mencatat sekitar 100 juta anak perempuan berusia di bawah 18 tahun di seluruh dunia, dipaksa melakukan pernikahan dini di bawah usia dengan berbagai alasan.

"Bahkan di Indonesia satu di antara tiga keluarga di pedesaan melakukan pernikahan usia dini," kata dia.

Peter menyatakan, selain mendapatkan pertentangan di seluruh dunia, pernikahan dini yang saat ini kembali muncul di Indonesia, beresiko mengancam keselatan si ibu muda, kemudian bayi yang dilahirkan kerap mengalami gizi buruk, hingga tingkat kecerdasan yang rendah.

"Makanya kami mendukung upaya pencegahan pernikahan dini melalui kampanye ini," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.