Sukses

Bendung Alami Bahayakan Nyawa Tim Pencari Korban Longsor Nganjuk

Hingga kini, lima korban tewas tertimbun longsor di Nganjuk belum juga ditemukan.

Liputan6.com, Nganjuk - Tim gabungan Basarnas dan TNI, serta sukarelawan berupaya mengurangi timbunan air di lokasi tanah longsor Desa Kepel, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur setelah longsor membendung sungai di sekitar perbukitan.

"Ini proses evakuasi dimulai lagi. Saat ini, tim juga masih mencari jalan air, guna mengurangi timbunan air," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk Sukoyono di Nganjuk, dilansir Antara, Kamis (13/4/2017).

Ia mengatakan, tanah longsor di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk itu membendung sungai, sehingga menyebabkan terjadinya bendung alami. Hal itu berpotensi terjadi longsor susulan jika hujan terjadi di areal Gunung Wilis lebih dari tiga jam.

Saat ini, akibat bendung alami itu, tanah di sekitarnya juga menjadi lembek dan rapuh, sehingga rawan bocor. Tim berupaya mengurangi takaran air dengan membuat jalur itu, menggunakan cara manual.

"Kalau sana (atas) hujan, dan di sini (yang melakukan pencarian di lokasi bencana longsor) tidak tahu itu membahayakan, jadi banjir. Untuk itu, sedikit-sedikit kami upayakan membuatkan jalur air," kata dia.

Ia pun mengatakan, pascalongsor Minggu, 9 April 2017, pencarian terus dilakukan oleh tim gabungan. Ada hampir 100 orang yang diterjunkan, tapi tidak semuanya turun di lokasi longsor.

"Itu tidak semua turun, jadi nanti gantian, ada sift. Sebagian memantau, sebagian kerja," kata Sukoyono.

Sukoyono juga menambahkan, saat ini cuaca cukup cerah, sehingga tim leluasa bisa mencari korban. Penggalian di titik yang dimungkinkan ada korban terus dilakukan, dengan beragam alat.

Ia berharap, pencarian itu bisa secepatnya membuahkan hasil, bahkan seluruh korban bisa ditemukan. Tim juga sudah menyiapkan beragam keperluan, misalnya kantong mayat dan beragam alat untuk mengevakuasi korban.

Sementara itu, ancaman tanah longsor susulan juga diungkapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. Mereka datang mengevaluasi ke lokasi bencana di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk tersebut.

Tim mengamati dan hasilnya penyebab longsor itu karena terjadi pelurusan yang mengindikasikan ada rekahan. Retakan tanah itu juga berlangsung sejak lama dan akibat hujan deras mengakibatkan bebatuan masuk ke dalam retakan.

Kondisi itu menyebabkan air masuk. Sementara, di lokasi juga terdapat lapisan kedap air di bawah lapisan tanah yang retak. Jika cuaca ekstrem terjadi dan turun hujan, air bisa masuk dan tertahan sehingga menyebabkan longsor susulan.

"Jika curah hujan ekstrim, air masuk, padahal di bawah ada lapisan kedap air. Air masuk dan tertahan, sehingga terjadi longsor," kata Ketua Tim PVMBG Bandung Eka Kadarsetia.

Hingga kini, tingkat kedalaman longsor mencapai 40 meter, membuat petugas pun harus berupaya keras mencari para korban. Dalam musibah itu, lima orang menjadi korban.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.