Sukses

Pemukim Israel Dituduh Curi Panen Warga Palestina Saat Idul Fitri 2022

Para pencuri hasil panen warga Palestina saat perayaan Hari Raya Idul Fitri 2022 itu dituding merupakan sekelompok pemukim Israel.

Liputan6.com, Hebron - Sekelompok pemukim Israel dilaporkan menghancurkan dan mencuri hasil panen musiman warga Palestina. Peristiwa itu diduga terjadi di Masafer Yatta, sebelah selatan Hebron.

Dilansir WAFA, Rabu (4/5/2022), koordinator komite perlindungan lokal di Masafer Yatta, Fouad al-Amour, berkata para petani dan peternak merasa terkejut ketika mengetahui hasil panen mereka dicuri dan dihancurkan.

Fouad al-Amour berkata warga Israel menggunakan kesempatan saat warga Palestina sedang lengah ketika hari perayaan Idul Fitri 2022.

Para pemukim Israel juga membiarkan gembala mereka untuk berkeliaran di atas panen warga Palestina yang sebetulnya digunakan oleh warga Palestina karena harga makanan ternak sedang naik.

Masalah lahan lainnya muncul di Khirbet al-Farisiya yang berlokasi di Jordan Valley. Ekskavator milik Israel dituding meratakan area peternakan miliki warga desa setempat. Hal itu diduga karena motif bisnis, yakni pihak Israel ingin mendirikan usaha pertanian.

Sejak 1967, Israel dilaporkan telah mengirim 11 ribu warga Yahudi ke Jordan Valley. Sejumlah pemukiman yang dijadikan tempat tinggal disebut sebagai milik Palestina.

Selama bulan Ramadhan 2022, hubungan Israel dan Palestina sempat kembali memanas karena insiden di area Masjid Al-Aqsa. Para ekstrimis Yahudi bersikeras ingin melaksanakan tradisi pemotongan ternak di area suci tersebut. Hal itu ditentang Palestina dan sebetulnya juga tak diizinkan pemerintah Israel.

Meski demikian, kerusuhan di Masjid Al Aqsa sudah terlanjur terjadi sehingga mengundang kecaman dari dunia internasional.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Palestina Khawatir Hak di PBB Berkurang

Pemerintah Palestina tidak terima terhadap proposal baru yang muncul di PBB. Isi proposal itu adalah untuk mengalihkan sejumlah pelayanan dari badan PBB untuk pengungsi Palestina (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) ke badan-badan lain.

Dilaporkan Arab News, Selasa (3/5), pihak Palestina khawatir bahwa hal tersebut adalah taktik untuk membuat UNRWA bubar. Padahal, UNRWA memiliki nilai simbolis bagi para pengungsi Palestina.

UNRWA yang berdiri pada 1949 itu dilaporkan sering menjadi sasaran kritikan Israel yang menuduh UNRWA menyebarkan paham anti-Zionis di sekolah-sekolah, sehingga akibatnya konflik semakin parah.

UNRWA adalah satu-satunya badan PBB yang berfokus pada satu konflik saja, yakni konflik terkait Palestina.

"Selama UNRWA ada, ini adalah pengingat bahwa komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk menangani masalah pengungsi-pengungsi Palestina," ujar Muhammed Shehada dari Euro-Med Human Rights Monitor.

Salah satu tugas UNRWA adalah membantu rakyat Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang dengan Israel. Kondisi UNRWA sedang kesulitan dana dan seringkali kekurangan puluhan juta dolar yang dibutuhkan.

Rencana pengalihan tugas itu diumumkan bulan lalu oleh Philippe Lazzarini yang menjabat sebagai komisaris jenderal di UNRWA. Sepintas, rencana itu memang seperti pembagian tugas saja. 

Akan tetapi, Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh berkata rencana itu justru "melanggar" resolusi PBB yang mendirikan UNRWA. Pihak Hamas juga tidak menyambut baik rencana itu, dan menuding proposal Lazzarini adalah upaya membubarkan UNRWA.

3 dari 4 halaman

PM Palestina Sebut Israel Tingkatkan Ketegangan dan Rusak Solusi Dua Negara

Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtaye pada Selasa (26/4) mengatakan bahwa tindakan Israel di wilayah Palestina akan meningkatkan ketegangan dan merusak solusi dua negara.

Ishtaye membuat pernyataan itu selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg di kota Ramallah, Tepi Barat.

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas hubungan bilateral dan situasi politik di kawasan itu, menurut sebuah pernyataan resmi, demikian dikutip dari laman Xinhua, Rabu (27/4).

"Langkah-langkah Israel untuk mempercepat siklus permukiman, penghancuran rumah-rumah Palestina, penyitaan tanah, tindakan di Masjid Al-Aqsa, dan serangan harian di kota-kota Tepi Barat merusak solusi dua negara," kata Ishtaye.

Dia juga merujuk pada situasi ekonomi dan keuangan di wilayah Palestina, "yang sepenuhnya terkait dengan tindakan Israel dan kontrol Israel atas sumber daya Palestina."

Sebelumnya, Schallenberg bertemu dengan timpalannya dari Palestina Riyad Al-Maliki di Ramallah.

Di akhir pertemuan mereka, Al-Maliki mengatakan pada konferensi pers bahwa Palestina menyerukan kepada masyarakat internasional "untuk memaksa Israel menghentikan pelanggaran dan tindakannya di wilayah Palestina, terutama di Yerusalem Timur."

4 dari 4 halaman

OKI

Sebelumnya dilaporkan, pertemuan luar biasa tingkat Wakil Tetap negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (the Open-Ended Meeting of the Executive Committee at the Level of Permanent Representatives) telah berhasil terselenggara di markas OKI. Perhelatan yang digelar di Jeddah, pada 25 April 2022 merupakan permintaan Indonesia.

Mengutip situs Kemlu RI, Selasa (26/4), pertemuan ini dilatarbelakangi oleh perkembangan yang kian mengkhawatirkan di Palestina, terutama di Masjid Al Aqsa. 

Pertemuan luar biasa tersebut dipimpin oleh Saudi Arabia selaku Ketua Executive Committee dan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal OKI, dan Wakil Tetap negara anggota OKI.

​Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal OKI, Hissein Brahim Taha menekankan komitmen OKI untuk terus mendukung perjuangan bangsa Palestina hingga meraih kemerdekaannya. Lebih lanjut Hissein Brahim Taha menyampaikan OKI telah mengirim surat ke sejumlah international actors berisi penolakan dan pengecaman terhadap upaya penjajah Israel untuk menerapkan penyekatan/pembatasan yang bersifat sementara maupun sebagian dari kompleks mesjid Al Aqsa.

OKI meminta agar international actors menekan dan menghentikan agresi Israel ke Palestina khususnya tanah suci Al Aqsa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.